Title: First Shoe, First Love
Author: Rina NunaMain cast: No Min Woo
Other cast: seadanya…kekeke
Genre: gag tauuuu
Rating: semua makhluk dari yang muda sampe yang tua, dari sabang sampe korea boleh baca
Length: sepanjang jalan kenangan
Minwoo POV
(dari awal sampe akhir, Minwoo ngos2an deee)
“Minwoo-ah…bangun!!
Kau bisa terlambat, dasar malas.” Yeoja cantik bernama Yongjin menarik sellimutku dan berteriak. Dengan
malas aku bangun.
“Yongjin Nuna, aku kaget tau! Nanti bisa-bisa
dongsaeng tercintamu ini bisa jantungan.”
“Jantungan
kepalamu, sana cepat mandi.” Suara Nunaku satu-satunya itu membuat seisi rumah
gempar.
“Iya bawel. Bisa-bisa Donghyun Hyung minta putus
juga gara-gara tiap hari jantungan”
“Apa
kau bilang?” tangannya sudah memegang sandal seperti pitcher yang siap melempar
bola.
“Wuaaaa…”
aku berlari dan masuk kamar mandi.
Kupakai
seragamku, kemeja putih lengan pendek sesiku, celana hitam panjang dan dasi
motif kotak-kotak. Sambil melakukan gerakan break dance aq beralih kekaca.
Kusisir rambutku, membenarkan letak dasi dan seperti biasa kuakhiri semua
dengan menari.
Oh
ya, perkenalkan, aku No MInwoo, kelas 1 SMA Starship. Hobiku menari,tentu saja,
oh iya, aku cukup mahir melakukan rap. Saat ini hidupku baik-baik saja dengan
seorang Nuna bawel yang sangat sayang padaku dan aku juga sangat sayang
padanya.
“Minwoo-ah, ppali,
sarapanmu sudah siap” ya, suara Nunaku benar-benar,, hah sudahlah tak perlu
diragukan kelantangannya.
“Nae
Nuna, cakkamanyo.” Kuikat sepatu kiriku yang bertali hijau, dan yang kanan
kulekatkan saja. Ya begitulah bentuk sepatuku, sedikit aneh, tapi itu sepatu
favoritku. Sepatu inilah yang selalu menemaniku, ehm
sejak setahun lalu.
“Ini
sarapanmu dan ini susu coklatmu.” Nuna meletakkan sarapanku dimeja.
“Gumawo, Yongjin Nuna.” Kupeluk Nunaku satu-satunya itu. Dia sudah mengurusku sejak Eomma dan Appa pergi setelah mengalami kecelakaan.
“Gumawo, Yongjin Nuna.” Kupeluk Nunaku satu-satunya itu. Dia sudah mengurusku sejak Eomma dan Appa pergi setelah mengalami kecelakaan.
“Nuna,
aku berangkat dulu.” Kucium pipinya dan mencomot roti buatannya dan berlari
menuju sepedaku.
********
“Minggir kau,
ngapain kau menari disini?” seorang namja menegurku.
“Memang kenapa?
Ini tempat umum.” Aku tetap saja bergerak mengikuti irama lagu Change Up
Memphis Bleek.
“Dasar keras
kepala, suruh dia pergi. Aku ingin kita latihan disini.”
Dua orang
laki-laki menarikku minggir dari tempat itu. Ah, sial. Yasudahlah. Kulepas
headphone dan kumatikan iPod. Aku berjalan ke pinggir kolam sambil mengelap keringatku
yang banyak bercucuran dengan tisu.
Samar-samar
kudengar suara music, kalau tidak salah Lovestoned Justin Timberlake. Aku
berbalik. Ditengah orang-orang yang mengusirku tadi, seorang yeoja cantik
menari dengan lincahnya. Entah kenapa, kulihat dia bersinar ketika
meliuk-liukkan tubuhnya. Tanpa sadar aku mendekati tempat itu lagi. Aku terlalu
menikmati. Gerakannya lembut, tapi misterius.
“Ya namja bodoh.
Siapa menyuruhmu melihatku menari?” tiba-tiba wajahnya sudah berada didekatku.
Aku kaget dan memundurkan tubuhku. Rambut lurus sebahu, topi hitam.
“Yaa, kau tuli atau gagap? Kenapa tidak menjawab?”
“Ah, mianeyo
Nuna. Aku hanya suka melihatmu menari.”
“Nuna? Kau kira
aku kakakmu? Dasar bodoh.”
Yeoja itu
berbalik dan pergi. Aku masih diam ditempat dengan jantung berdegup lebih cepat
dari biasanya. Ah, bodoh. Kenapa aku ini. Pulang saja, bisa-bisa Nuna marah.
*********
Sampai
juga aku di sekolah tepat sekali saat bel berbunyi. Aku langsung berlari menuju
kelas. Untung seongsangnim belum datang. Kulihat sahabatku si kembar saling
melempar kertas.
“Ya,
Minwoo-ah, tumben kau baru datang? Ketinggalan berita kau.”
Si pirang Youngmin mendatangiku dan merangkul pundakku.
“Ketinggalan
apa hah? PR? Aku lupa dan malas mengerjakan. Kwangmin-ah,
aku pinjam punyamu. Apa PRnya?”
“Dasar
pabo, sudah lupa, malas, PR apa juga masih tanya. Hari ini tidak ada bodoh” si
kembar berambut hitam bernama Kwangmin itu berjalan menuju bangkunya sendiri.
“Lalu
berita apa hah?”
“Kau
liat saja nanti.” Si kembar gila ini tersenyum jahil. Hah, sudahlah. Aku duduk
dan segera kuambil iPod merah kesayanganku. Kupasang headphone dan kunyalakan
iPodku sambil menggerakkan kepala dan badanku mengikuti irama lagu I Love The DJ R.Kelly
favoritku.
“Selamat
pagi anak-anak. Yaa, No Minwoo, turunkan kakimu dan lepas headphonemu.”
Ah,
sial. Itu wali kelasku, Han Gain namanya. Cantik, tapi eyeliner tebal itu
selalu saja membuatku ingin tertawa. Dia guru yang baik.
“Baik,
seongsangnim. Kenapa cepat sekali datangnya?”
“Hah,
dasar kau ini. Oke anak-anak, hari ini kita kedatangan siswi baru. Bersikaplah
baik padanya.” Kelas gempar. Siswi baru? Hah, perasaanku kelas ini sudah penuh,
kenapa masih ada yang mau masuk kesini dan itu yeoja. Apa peduliku.
“Riyoung-ah,
ayo masuk. Ini kelasmu.”
“Annyeonghaseyo,
Shin Riyoung imnida. Pangabsumnida.”
Itu
suara yeoja baru ya? Aku tidak tahu, aku hanya mendengar suaranya yang
sepertinya aku kenal. Ya aku tidur menelungkupkan kepalaku di meja. Sampai
akhirnya, seongsangnim menegurku lagi. Hah…
“No
Minwoo, jangan begitu. Bersikap baiklah pada temanmu.”
“Baiklah
seongsangnim. Annyeong Riyoung-ah.” Aku
menyapanya tanpa memandang wajahnya. Setelah itu pelajaran dimulai. Aku hanya
memperhatikan saja. Kulihat poselku, ah hari ini tanggal 24 Juli, seminggu
lagi, tapi aku masih belum menemukannya. Kupandangi sepatuku.
*********
“Nuna, aku pergi
sebentar ya?”
“Mau kemana
Minwoo-ah? Sehari saja dirumah tidak bisa apa?”
“Kan ada
Donghyun Hyung tuh, iya kan Hyung?” ya, Donghyun Hyung itu pacar Yongjin Nuna.
Sejak kecil mereka dekat, kalau kuhitung, sudah 5 tahun pacaran. Ah awet
sekali. Aku senang, setidaknya aku tidak sendiri menjaga Nuna yang bawel itu.
“Hahaha,,betul
Minwoo-ah. Sudah main sana, Nunamu aku yang jaga”
“Gumawo Hyungie”
Seperti biasa,
aku mau menari di taman. Tapi mungkin kali ini ada tujuan lain. Ya, yeoja itu.
Aku ingin melihatnya menari lagi. Tapi kemungkinannya kecil. Sejak kecil aku
suka menari disini, dan sejak itu baru pertama kali kulihat yeoja itu menari
disini. Mungkin kemarin hanya sekedar lewat. Ah siapa tahu aku bertemu lagi.
Yah sepi.
Sudahlah, aku menari sendiri saja. Kunyalakan iPod dan kupasang headphone
ditelinga. Ah aku ingat, yeoja itu menari dengan lagu Lovestoned Justin Timberlake,
lalu aku memutar lagu itu dan mulai meliukkan tubuhku. Aku menari dengan mata
terpejam. Ah, tak biasanya aku merasa seperti ini. Jantungku berdegup lebih
cepat, aku merasa ada yang menari bersamaku. Music selesai. Kubuka mataku.
“Hebat juga
kau.”
“Ah, eh, e
gumawo Nuna. Sejak kapan kau disini?”
Dia, dia, dia.
Dia datang, melihatku menari. Ah tidak, pasti dia juga ikut menari. Aku bisa
merasakannya. Yeoja itu. Aku bertemu dengannya. Hei, No Minwoo, tenang. Jangan
kegirangan. Bisa malu kau.
“Bodoh, sudah
kubilang aku bukan Nunamu. Aku masih terlalu muda dipanggil Nuna, aku kira kita
seumuran”
“Ah, maaf Nuna,
eh bukan,maksudku kau.”
“Hah, dasar kau
ini. Ini, pasti kau haus.” Dia memberiku sebotol air mineral. Tentu saja
kuterima, aku memang benar-benar haus.
“Eh, e boleh
kutau namamu?”
“Hahaha, cari
tau sendiri.”
“Yah, lalu
setiap hari kau kesini untuk menari?”
“Ehm tidak juga,
K.Will oppa, kau tau kan, dia overprotective sekali padaku”
“Oh, namja galak
yang mengusirku dulu?” tiba-tiba dia menjitakku keras sekali. Ah dasar yeoja
aneh.
“Auw sakit tau.”
“Makanya jangan
seenaknya ngatain K.Will oppa, biar gitu dia sangat baik dan menyayangiku.”
“Hehehe, mian.
Ah, aku mau menari lagi. Kau mau ikut?”
“Tidak ah, aku
melihatmu saja dari sini. Lagu apa yang kau pakai?”
“Mau request?”
“Hahaha, bodoh.
Kau kira radio hah?” Ah dia tersenyum. Sial, selalu saja jantungku berdetak
lebih kencang dari biasanya.
“Ah sudahlah,
aku pakai lagu Justin Timberlake saja.”
“Yang Lovestoned
ya?”
“Hah, tadi kau
bilang tidak mau request, sekarang minta lagu itu.”
“Sudah cepat,
menari saja. Jangan ngoceh terus”
Aku tersenyum.
Lalu kunyalakan iPod dan kuputar lagu Justin Timberlake, seperti yang dia
minta, Lovestoned, aku juga menyukai lagu ini. Mulai kugerakkan tubuhku. Ah, kenapa
aku merasa semangat sekali. Tapi tiba-tiba Srek, sepatuku
robek. Ah sepatu kesayanganku. Sepatu hitam dengan perekat hitamku kini robek. Sepatu yang kiri.
“Ah, sepatuku.
Bagaimana ini?”
“Kenapa kau?
Kakimu terluka?” dia dekat sekali denganku. Tangan lembutnya memegang kakiku.
Jantungku…
“yaa, kenapa kau? Kau benar-benar terluka ya? Mau kubawa
ke rumah sakit?”
“Ah, anii. Hanya
saja sepatuku robek sewaktu menari. mana sepatu kesayanganku lagi.”
“Bodoh, kukira
kau terluka.” Kulihat wajahnya panic. Aku tersenyum menang. Bisa juga dia
khawatir.
“Kenapa
senyum-senyum bodoh? Ada yang lucu”
“Ah, anii, aku
hanya geli melihatmu. Bisa panic juga kau”
“Dasar bodoh.
Siapa yang panic, huh.”
Dia berdiri dan
beranjak pergi. Argh, Minwoo kau bodoh sekali, kenapa malah membuatnya marah
dan pergi. Tanpa piier panjang aku mengejarnya. Tapi
aku lupa kalo sepatuku robek. Akhirnya aku terjatuh. Lalu kulihat dia sudah
jongkok di depanku.
“Hah, kau ini.
Memang harus dipanggil bodoh, sudah tau sepatu rusak, masih bisa-bisanya lari
mengejarku.”
“Mian, membuatmu
tersinggung.”
“Siapa yang
tersinggung bodoh?” kulihat dia sibuk memperbaiki tali sepatunya yang berwarna
hijau.
“Ya, berhenti memanggilku
bodoh. Aku ini murid pintar tau.” Tiba-tiba di menarik sepatuku yang rusak dan
melemparku dengan sepatu kiri bertali hijau
miliknya.
“itu pakailah.
Yang ini kubawa sebagai gantinya. Sana cepat pulang.” Dia berlalu pergi dengan
sebelah sepatu dan membawa sepatuku pergi. Apa maksudnya ini. Aku harus memakai
sepatu yang berbeda? Hah..
“Hei, tunggu.”
Dia hanya melambaikan tangan saja dan menghilang d ujung taman. Ah
sudahlah kupakai saja, daripada aku tak bisa pulang. Pas sekali sepatunya
dikakiku nyaman dipakai. Gumawo, kataku dalam hati sambil tersenyum.
*********
“Ya,
Minwoo-ah bangun. Sudah bel pulang. Mau menginap disini kau?”
Kwangmin membangunkanku. Ternyata aku tertidur dari tadi. Sudah jam 12 siang.
Waktunya pulang.
“Kwangmin-ah,
memangnya tadi pelajaran apa? Tumben tidak ada guru yang membangunkanku.”
“Hari
tidak ada pelajaran bodoh. Kau ini tidur saja.”
“Ah,
bagus. Aku pulang dulu ya?”
Kuraih
tasku. Segera keluar kelas. Aku berlari sepanjang koridor. Ya, hari ini aku
berniat ke taman itu lagi. Setahun ini aku
mencarinya. Yeoja yang membawa sepatuku yang sebelah. Aku terlanjur jatuh cinta
padanya. Hah? Jatuh cinta? Aku masih terlalu kecil untuk jatuh cinta. Bodoh.
Aku tersenyum-senyum sendiri.
Brughh..
aku menabrak seseorang. Yeoja sepertinya.
“Ah
mian, aku terburu-buru.”
“sepatu
yang bagus.”
“Ah,
gumawo. Duluan ya.” Aku berlari meninggalkan yeoja itu. Aku tidak memandang
wajahnya karena ingin cepat pergi. Tapi kenapa perasaanku aneh. Aku
menghentikan kakiku dan membalikkan badanku ke tempat tadi aku menabrak yeoja
itu. Tapi sudah tidak ada yeoja itu. Ah, sudahlah aku harus pergi ke taman.
Sepi.
Tak ada siapapun. Hanya ada anak-anak kecil disana. Kemana dia? Aku memilih
duduk di sebuah bangku sambil mengelap keringatku yang bercucuran dengan tisu.
Yah, aku laki-laki basah, oleh keringat tapi. Kunyalakan iPod dan kuputar lahu
Lovestoned. Sampai akhirnya aku tertidur di taman itu.
“Minwoo-ah,
bangun. Ngapain kamu tidur disini?” suara itu membangunkanku. Aku kenal sekali
suaranya. Ah, kubuka mataku pelan-pelan.
“Yongjin
Nuna, ngapain Nuna disini?”
“Aku
mencarimu bodoh. Ayo pulang. Aku khawatir dari tadi siang seharusnya kau sudah
pulang, makanya aku mencarimu kesini.”
“Hehe,
mian Nuna. Ayo kita pulang. Kubonceng Nuna.”
“Mau
dibonceng dimana? sepedamu tidak ada boncengannya.’
“sudah
bonceng di depan saja. Ayo naik” kubeoncengkan Nuna
kesayanganku itu sampe rumah. Ah dia benar-benar berat.
********
Pagi
ini tanggal 31 Juli ya? Tapi aku belum bisa menemukannya. Mungkin
memang dia sudah tidak ada di sini. Pikiranku mulai berpikir untuk menyerah
mencari yeoja itu. Sehabis mandi, aku turun untuk sarapan. Lalu tiba-tiba Yongjin Nuna muncul di depan pintu kamar sambil membawa kue
blackforest mini dan lilin berbentuk angka 16.
“No Minwoo saengku tercinta, saengil chukae sayang.
Ayo tiup lilinnya.”
“gumawo Nuna. Aku sayang Nuna.” Aku memeluk Nunaku, ah
dia ,memang perhatian dan selalu baik padaku. Lalu kutiup lilin di kue ulang
tahunku itu dengan sedikit senyuman.
“Minwoo-ah,
kau sakit?”
“Ani
Nuna.”
“Lalu
kenapa wajahmu pucat dan tidak semangat?”
“Ah,
tidak Nuna. Mungkin aku hanya capek saja.”
“Mau
kuantar ke dokter? Kenapa kau jadi begini?”
“Ani
Nuna, aku berangkat dulu ya?”
Hari
ini aku tidak naik sepeda seperti biasanya. Aku berjalan kaki. Entah kenapa aku
menuju taman itu tanpa sadar. Aku terduduk lemas. Mungkin aku bolos sekolah
saja. Hah, dasar pemalas kau No Minwoo.
Kuambil ponselku lalu kutekan nomor Youngmin.
“Yaa,
magnae usil, saengil chukae. Kemana kau? Kwangmin mencarimu juga. Kami mau nagih makan- makan darimu.”
“ah gumawo Youngmin,tapi hari ini aku bolos sekolah. Aku sedang tidak
enak badan.”
“Bodoh,
ngapain bolos sekolah sendirian, lain kali ajak aku, dasar kau ini.” Suara
Kwangmin benar-benar merusak pendengaranku, hampir.
“Ya
ya ya, Kwangmin. Besok kalau aku bolos kau akan kuajak. Sudah duluu ya.
Annyeong.”
Aku
bingung. Harus bagaimana aku. Aku menunduk. Kupandangi sepatu itu. Ah, aku jadi
teringat sesuatu. Sekolah. Ya sekolah. Aku berlari menuju sekolah. Kuurungkan
niat membolosku. Sampai di sekolah. Aku berlari di koridor. Tapi yang kucari
tidak ada. Hah, sia-sia aku ke sekolah. Sudahlah aku masuk saja.
“Ya
No Minwoo. Katamu bolos, dasar plin plan.” Kwangmin menonjok pelan lenganku.
“Aku
berubah pikiran. Membolos sendiri tidak asyik.”
“Dasar
kau ini. Kau hari ini aneh, kenapa? Takut menghadapi kejutan di pesta ulang
tahunmu hah?” Youngmin datang dan ikut bicara.
“Ani,
hanya saja aku belum bisa menemukannya, yeoja cinta
pertamaku.
Ah, tapi aku merasa dekat sekali dengannya saat ini.”
“sudahlah,
lupakan saja. Bagaimana kalau kita ke kantin. Aku yakin kau belum sarapan kan?”
“Nae,
kajja.”
Ah,
lebih baik aku bersenang-senang saja. Ada sahabatku disini. Mungkin saatnya aku
menyerah. Lalu aku tertawa bersama Jo Twins sahabatku. Aku berjalan
membelakangi arah sampai akhirnya.. bruukk, ah bodoh. Aku menabrak seseorang
lagi.
“Yaa,
Minwoo-ah, dasar kau ini, makanya jalan kedepan. Kau jadi
menabrak yeoja itu kan sampai bukunya berantakan. Bantu dulu, aku dan Youngmin
duluan ke kantin ya?”
“Oke,
ah mian. Aku tidak sengaja.”
Tanpa
melihat wajahnya, aku membantu memungut
bukunya yang terjatuh.
“Sudah
dua kali ya. Dan sepatumu masih yang ini juga.”
Aku
kaget ketika dia berkata tentang sepatuku. Baru kali ini, ah tidak sudah dua
kali ada yang membicarakan tentang sepatuku. Ketika aku mengambil buku di dekat
kakinya, jantungku mungkin berhenti berdetak.
“Ah,
sepatumu. Itu… sama dengan.. milikku?” aku menunjuk
sepatunya.
“Sama?
Dasar bodoh, punyamu berbeda dengan punyaku. Punyamu yang kiri yang bertali.
Sedangkan punyaku yang kanan.”
Aku
mendongak dan menatap wajahnya. Yeoja itu. Ya, yeoja itu. Dia ada di depanku. Sekarang, saat ini.
“Kau, kenapa
kau disini? Ah, kali ini aku benar-benar menemukanmu.”
“Dasar bodoh,
seminggu yang lalu aku sudah ada disini?”
“Hah? Tapi aku
tak pernah melihatmu. Kenapa kau tidak pernah menemuiku?”
“Aduh, kau ini
ya… masih saja bodoh seperti dulu. Kau
saja yang tidak sadar. Aku selalu didekatmu tau. Kau itu ya, benar-benar tidak
peka No Minwoo. Hah, percuma aku datang kesini menemuimu.”
Aku terkejut
sampai tersedak. Dia datang ke sini hanya untuk menemuiku. Ah, aku senang
sekali. Sadar dari rasa terkejut, dia sudah taka da didepanku. Ah, dia marah
agi. Kau memang bodoh Minwoo-ah. Aku langsung berlari mengejarnya.
“yaaa, tunggu.
Hei yeoja bawel.”
“Apa kau
bilang? Bawel hah? Sini kau namja bodoh…”
Wuaa, dia
melepas sepatu dan siap melempar. Aku berbalik dan berlari menghindar.
Bisa-bise benjol kepalaku. Ah, aku teringat seseorang yang kelakuannya sama,
Yongjin Nuna tentu saja. Aku tersenyum sambil berlari. Aku lega hari ini. Aku
menemukannya, ah tapi namanya… aku tersandung dan jatuh.
“Ha, akhirnya
kena juga kau.”
“hahaha, ampun
Nuna bawel. Mian. Mian aku mengacuhkanmu.”
“Bodoh. Kau
tau salah satu sepatumu itu milik siapa hah? Kalo rusak kubunuh kau.”
“wuaaa aku
takut, mian Nuna. Hehehe. Kau tau, aku bahagia hari ini. Aku dapat hadiah yang
besar seumur hidupku?”
Lalu sedetik
kemudian dia duduk disampingku. Aku bangun juga, tadi sat terjatuh posisiku
tersungkur. Kemudian dia memandangku. Ah, jantungku, seperti biasa selalu
berdetak lebih kencang.
“Hadiah apa?
Hari ini kau ulang tahun ya. Ehm chukae No Minwoo, kau berusia 16 tahun kan?”
dia tersenyum memandangku. Tulus sekali senyumannya.
“nae, gumawo.
Aku senang sekali. Tapi bagaiman bisa kau tau aku, ulang tahunku dan usiaku”
“ehm, rahasia,
jadi hadiah apa yang kau maksud?”
“sepatuku
kembali, yang kau pakai itu. Hahahaha.”
“bodoh,
seharusnya aku yang menagih. Huh, kukira kau memang memberikannya padaku.”
“haha, aku
hanya bercanda. Aku suka sepatu ini. Tak usah dikembalikan ya?”
“ehm,kalau aku
tidak mau?”
“aku minta ganti hadiahnya. Oh ya, aku belum tau
namamu.”
“aduh, kau ini
ya. Memang benar-benar bodoh atau autis Minwoo, seminggu yang lalu kau sudah
mengenalku seharusnya.”
“hah? Seminggu
yang lalu? Seiingatku aku tidak berkenalan denganmu.”
“ah, sudahlah.
Malas aku bicara dengan orang bodoh. Jangan temui aku lagi.”
Ah, kenapa aku
tidak bisa mengingatnya? Ayo No Minwoo, putar otakmu. Jangan sampai kau
kehilangan yeoja cinta pertamamu. Siapa yang aku temui seminggu lalu? Siapa
yang aku kenal seminggu yang lalu. Ah, aku ingat. Yeoja itu. Ah, bodoh sekali
aku. Kenapa dari dulu aku tidak sadar. Lhoh, kemana dia? Tadi masih disini.
Pasti gara-gara aku kelamaan mikir. Aku berdiri dan berlari mencari yeoja itu.
Aku tak mau kehilangan lagi. Tapi seluruh sekolah sudah aku cari. Tapi dia
tidak ada.
“Ya, Minwoo-ah.
Kau kemana saj? Katanya mau ke kantin, tapi kami tunggu tidak ada. Kami cari
juga tidak ketemu.”
“Ah mian
Kwangmin-ah. Apa kau melihat yeoja yang aku tabrak tadi?”
“Ani,
memangnya kenapa?”
“Tak apa. Aku
pergi dulu ya.”
“Ya Minwoo-ah,
kau tidak ikut pelajaran?”
“Aku bolos
Kwangmin-ah. Mian kali ini aku tak bisa mengajakmu.”
Aku berlari
meninggalkan Jo twins. Ah, sial gerbang sekolah sudah ditutup lagi.
Terserahlah. Yang penting aku menemukannya. Aku berlari kencag, sampai di depan
gerbang aku melompatinya. Sekarang saatnya, aku pasti menemukannya. Ya, di
taman itu. Pasti, aku yakin. Sepanjang perjalanan aku berlari. Keringatku
keluar dengan lancer. Seluruh seragam sekolahku sudah basah oleh keringat.
Sampai di taman juga akhirnya. Tapi taka da seorangpun terlihat, ah, apa aku
benar gagal kali ini? Aku jatuh terduduk dan mulai mengatur nafasku.
“bodoh, siapa
suruh siang-siang panas berlari seperti itu. Kau kira lomba apa?”
Suara itu, aku
kenal. Seseorang menyerahkan tisu padaku. Yeoja itu. Aku berdiri dan langsung
memeluknya. Kali ini aku tak mau membuat kesalahan.
“Yaa,
Minwoo-ah, apa-apaan kau ini. Lepaskan aku, malu dilihat orang.”
“shiero, aku
tak mau melepaskanmu lagi. Mian aku selalu mengacuhkanmu. Padahal kau sudah
dekat sekali denganku.”
“yaa, apa-apaan
kau ini, Minwoo-ah.”
“sekali. Aku
hanya mau mengucapkannya sekali. Dengarkan
baik-baik. Shin Riyoung, naneun jeohahae.”
“Ah,
Minwoo-ah. Eee..”
“aku tak
peduli apapun, mau kau galak, bawel, atau apa saja. Aku tetap menyukaimu
Riyoung-ah. Sejak setaun lalu.”
“Bodoh, kau
ini. Menyatakan cinta malah mengejekku bawel dan galak.” Tiba-tiba saja dia
malah menjitakku. Keras sekali.
“Auw, sakit
tau.”
“Sudah diam,
aku katakan ini juga hanya sekali, jadi dengarkan baik-baik. No Minwoo, nado
jeohahe, sejak setahun lalu. Sejak sepatuku kau pinjam. Arasseo?”
“Jinjja?
Riyoung-ah, aku senang sekali.”
“jadi sekarang
tidak perlu meminta sepatu ini jadi hadiahnya kan?”
“ani, tapi aku
tetapa minta ganti hadiahnya.”
“Hah, dasar
kau itu Minwoo. Lalu apa?”
“Aku minta kau
sebagai gantinya.”
“apa kau
bilang?”
“wuaaaaa…”
ah,
terimakasih. Hari ulang tahunku kali ini sangat menyenangkan. Eomma, appa, aku
sudah 16 tahun sekarang. Dan yang mengejarku dibelakang… cinta pertamaku, Shin
Riyoung namanya. Yongjin Nuna, terimakasih untuk menjagaku selam 16 tahun.
Serta member Boyfriend yang lain, Donghyun hyung, Jo twins, Jeongmin hyung,
Hyunseong hyung, gumawo. Author. Makasih juga buat FF tentang diriku yang lagi
ultah. Buat semua Girlfriends, kamsahamnida. Ppyong~… (kyahaha,,yg ini kagak
nyambung)
TAMAT…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar