KISS ME, MY BESTFRIEND

Selasa, 27 September 2011

FF MINWOO'S BIRTHDAY


Title: First Shoe, First Love
Author: Rina Nuna
Main cast: No Min Woo
Other cast: seadanya…kekeke
Genre: gag tauuuu
Rating: semua makhluk dari yang muda sampe yang tua, dari sabang sampe korea boleh baca
Length: sepanjang jalan kenangan



 Minwoo POV (dari awal sampe akhir, Minwoo ngos2an deee)

“Minwoo-ah…bangun!! Kau bisa terlambat, dasar malas.” Yeoja cantik bernama Yongjin  menarik sellimutku dan berteriak. Dengan malas aku bangun.
“Yongjin  Nuna, aku kaget tau! Nanti bisa-bisa dongsaeng tercintamu ini bisa jantungan.”
“Jantungan kepalamu, sana cepat mandi.” Suara Nunaku satu-satunya itu membuat seisi rumah gempar.
“Iya  bawel. Bisa-bisa Donghyun Hyung minta putus juga gara-gara tiap hari jantungan”
“Apa kau bilang?” tangannya sudah memegang sandal seperti pitcher yang siap melempar bola.
“Wuaaaa…” aku berlari dan masuk kamar mandi.
Kupakai seragamku, kemeja putih lengan pendek sesiku, celana hitam panjang dan dasi motif kotak-kotak. Sambil melakukan gerakan break dance aq beralih kekaca. Kusisir rambutku, membenarkan letak dasi dan seperti biasa kuakhiri semua dengan menari.
Oh ya, perkenalkan, aku No MInwoo, kelas 1 SMA Starship. Hobiku menari,tentu saja, oh iya, aku cukup mahir melakukan rap. Saat ini hidupku baik-baik saja dengan seorang Nuna bawel yang sangat sayang padaku dan aku juga sangat sayang padanya.
“Minwoo-ah, ppali, sarapanmu sudah siap” ya, suara Nunaku benar-benar,, hah sudahlah tak perlu diragukan kelantangannya.
“Nae Nuna, cakkamanyo.” Kuikat sepatu kiriku yang bertali hijau, dan yang kanan kulekatkan saja. Ya begitulah bentuk sepatuku, sedikit aneh, tapi itu sepatu favoritku. Sepatu inilah yang selalu menemaniku, ehm sejak setahun lalu.
“Ini sarapanmu dan ini susu coklatmu.” Nuna meletakkan sarapanku dimeja.
“Gumawo, Yongjin Nuna.”  Kupeluk Nunaku satu-satunya itu. Dia sudah mengurusku sejak Eomma dan Appa pergi setelah mengalami kecelakaan.
“Nuna, aku berangkat dulu.” Kucium pipinya dan mencomot roti buatannya dan berlari menuju sepedaku.
********
“Minggir kau, ngapain kau menari disini?” seorang namja menegurku.
“Memang kenapa? Ini tempat umum.” Aku tetap saja bergerak mengikuti irama lagu Change Up Memphis Bleek.
“Dasar keras kepala, suruh dia pergi. Aku ingin kita latihan disini.”
Dua orang laki-laki menarikku minggir dari tempat itu. Ah, sial. Yasudahlah. Kulepas headphone dan kumatikan iPod. Aku berjalan ke pinggir kolam sambil mengelap keringatku yang banyak bercucuran dengan tisu.
Samar-samar kudengar suara music, kalau tidak salah Lovestoned Justin Timberlake. Aku berbalik. Ditengah orang-orang yang mengusirku tadi, seorang yeoja cantik menari dengan lincahnya. Entah kenapa, kulihat dia bersinar ketika meliuk-liukkan tubuhnya. Tanpa sadar aku mendekati tempat itu lagi. Aku terlalu menikmati. Gerakannya lembut, tapi misterius.
“Ya namja bodoh. Siapa menyuruhmu melihatku menari?” tiba-tiba wajahnya sudah berada didekatku. Aku kaget dan memundurkan tubuhku. Rambut lurus sebahu, topi hitam.
Yaa, kau tuli atau gagap? Kenapa tidak menjawab?”
“Ah, mianeyo Nuna. Aku hanya suka melihatmu menari.”
“Nuna? Kau kira aku kakakmu? Dasar bodoh.”
Yeoja itu berbalik dan pergi. Aku masih diam ditempat dengan jantung berdegup lebih cepat dari biasanya. Ah, bodoh. Kenapa aku ini. Pulang saja, bisa-bisa Nuna marah.
*********
Sampai juga aku di sekolah tepat sekali saat bel berbunyi. Aku langsung berlari menuju kelas. Untung seongsangnim belum datang. Kulihat sahabatku si kembar saling melempar kertas.
“Ya, Minwoo-ah, tumben kau baru datang? Ketinggalan berita kau.” Si pirang Youngmin mendatangiku dan merangkul pundakku.
“Ketinggalan apa hah? PR? Aku lupa dan malas mengerjakan. Kwangmin-ah, aku pinjam punyamu. Apa PRnya?”
“Dasar pabo, sudah lupa, malas, PR apa juga masih tanya. Hari ini tidak ada bodoh” si kembar berambut hitam bernama Kwangmin itu berjalan menuju bangkunya sendiri.
“Lalu berita apa hah?”
“Kau liat saja nanti.” Si kembar gila ini tersenyum jahil. Hah, sudahlah. Aku duduk dan segera kuambil iPod merah kesayanganku. Kupasang headphone dan kunyalakan iPodku sambil menggerakkan kepala dan badanku mengikuti irama lagu I Love The DJ R.Kelly favoritku.
“Selamat pagi anak-anak. Yaa, No Minwoo, turunkan kakimu dan lepas headphonemu.”
Ah, sial. Itu wali kelasku, Han Gain namanya. Cantik, tapi eyeliner tebal itu selalu saja membuatku ingin tertawa. Dia guru yang baik.
“Baik, seongsangnim. Kenapa cepat sekali datangnya?”
“Hah, dasar kau ini. Oke anak-anak, hari ini kita kedatangan siswi baru. Bersikaplah baik padanya.” Kelas gempar. Siswi baru? Hah, perasaanku kelas ini sudah penuh, kenapa masih ada yang mau masuk kesini dan itu yeoja. Apa peduliku.
“Riyoung-ah, ayo masuk. Ini kelasmu.”
“Annyeonghaseyo, Shin Riyoung imnida. Pangabsumnida.”
Itu suara yeoja baru ya? Aku tidak tahu, aku hanya mendengar suaranya yang sepertinya aku kenal. Ya aku tidur menelungkupkan kepalaku di meja. Sampai akhirnya, seongsangnim menegurku lagi. Hah…
“No Minwoo, jangan begitu. Bersikap baiklah pada temanmu.”
“Baiklah seongsangnim. Annyeong Riyoung-ah.” Aku menyapanya tanpa memandang wajahnya. Setelah itu pelajaran dimulai. Aku hanya memperhatikan saja. Kulihat poselku, ah hari ini tanggal 24 Juli, seminggu lagi, tapi aku masih belum menemukannya. Kupandangi sepatuku.
*********
“Nuna, aku pergi sebentar ya?”
“Mau kemana Minwoo-ah? Sehari saja dirumah tidak bisa apa?”
“Kan ada Donghyun Hyung tuh, iya kan Hyung?” ya, Donghyun Hyung itu pacar Yongjin Nuna. Sejak kecil mereka dekat, kalau kuhitung, sudah 5 tahun pacaran. Ah awet sekali. Aku senang, setidaknya aku tidak sendiri menjaga Nuna yang bawel itu.
“Hahaha,,betul Minwoo-ah. Sudah main sana, Nunamu aku yang jaga”
“Gumawo Hyungie”
Seperti biasa, aku mau menari di taman. Tapi mungkin kali ini ada tujuan lain. Ya, yeoja itu. Aku ingin melihatnya menari lagi. Tapi kemungkinannya kecil. Sejak kecil aku suka menari disini, dan sejak itu baru pertama kali kulihat yeoja itu menari disini. Mungkin kemarin hanya sekedar lewat. Ah siapa tahu aku bertemu lagi.
Yah sepi. Sudahlah, aku menari sendiri saja. Kunyalakan iPod dan kupasang headphone ditelinga. Ah aku ingat, yeoja itu menari dengan lagu Lovestoned Justin Timberlake, lalu aku memutar lagu itu dan mulai meliukkan tubuhku. Aku menari dengan mata terpejam. Ah, tak biasanya aku merasa seperti ini. Jantungku berdegup lebih cepat, aku merasa ada yang menari bersamaku. Music selesai. Kubuka mataku.
“Hebat juga kau.”
“Ah, eh, e gumawo Nuna. Sejak kapan kau disini?”
Dia, dia, dia. Dia datang, melihatku menari. Ah tidak, pasti dia juga ikut menari. Aku bisa merasakannya. Yeoja itu. Aku bertemu dengannya. Hei, No Minwoo, tenang. Jangan kegirangan. Bisa malu kau.
“Bodoh, sudah kubilang aku bukan Nunamu. Aku masih terlalu muda dipanggil Nuna, aku kira kita seumuran”
“Ah, maaf Nuna, eh bukan,maksudku kau.”
“Hah, dasar kau ini. Ini, pasti kau haus.” Dia memberiku sebotol air mineral. Tentu saja kuterima, aku memang benar-benar haus.
“Eh, e boleh kutau namamu?”
“Hahaha, cari tau sendiri.”
“Yah, lalu setiap hari kau kesini untuk menari?”
“Ehm tidak juga, K.Will oppa, kau tau kan, dia overprotective sekali padaku”
“Oh, namja galak yang mengusirku dulu?” tiba-tiba dia menjitakku keras sekali. Ah dasar yeoja aneh.
“Auw sakit tau.”
“Makanya jangan seenaknya ngatain K.Will oppa, biar gitu dia sangat baik dan menyayangiku.”
“Hehehe, mian. Ah, aku mau menari lagi. Kau mau ikut?”
“Tidak ah, aku melihatmu saja dari sini. Lagu apa yang kau pakai?”
“Mau request?”
“Hahaha, bodoh. Kau kira radio hah?” Ah dia tersenyum. Sial, selalu saja jantungku berdetak lebih kencang  dari biasanya.
“Ah sudahlah, aku pakai lagu Justin Timberlake saja.”
“Yang Lovestoned ya?”
“Hah, tadi kau bilang tidak mau request, sekarang minta lagu itu.”
“Sudah cepat, menari saja. Jangan ngoceh terus”
Aku tersenyum. Lalu kunyalakan iPod dan kuputar lagu Justin Timberlake, seperti yang dia minta, Lovestoned, aku juga menyukai lagu ini. Mulai kugerakkan tubuhku. Ah, kenapa aku merasa semangat sekali. Tapi tiba-tiba Srek, sepatuku robek. Ah sepatu kesayanganku. Sepatu hitam dengan perekat hitamku kini robek. Sepatu yang kiri.
“Ah, sepatuku. Bagaimana ini?”
“Kenapa kau? Kakimu terluka?” dia dekat sekali denganku. Tangan lembutnya memegang kakiku. Jantungku…
yaa, kenapa kau? Kau benar-benar terluka ya? Mau kubawa ke rumah sakit?”
“Ah, anii. Hanya saja sepatuku robek sewaktu menari. mana sepatu kesayanganku lagi.”
“Bodoh, kukira kau terluka.” Kulihat wajahnya panic. Aku tersenyum menang. Bisa juga dia khawatir.
“Kenapa senyum-senyum bodoh? Ada yang lucu”
“Ah, anii, aku hanya geli melihatmu. Bisa panic juga kau”
“Dasar bodoh. Siapa yang panic, huh.”
Dia berdiri dan beranjak pergi. Argh, Minwoo kau bodoh sekali, kenapa malah membuatnya marah dan pergi. Tanpa piier panjang aku mengejarnya. Tapi aku lupa kalo sepatuku robek. Akhirnya aku terjatuh. Lalu kulihat dia sudah jongkok di depanku.
“Hah, kau ini. Memang harus dipanggil bodoh, sudah tau sepatu rusak, masih bisa-bisanya lari mengejarku.”
“Mian, membuatmu tersinggung.”
“Siapa yang tersinggung bodoh?” kulihat dia sibuk memperbaiki tali sepatunya yang berwarna hijau.
“Ya, berhenti memanggilku bodoh. Aku ini murid pintar tau.” Tiba-tiba di menarik sepatuku yang rusak dan melemparku dengan sepatu kiri bertali hijau miliknya.
“itu pakailah. Yang ini kubawa sebagai gantinya. Sana cepat pulang.” Dia berlalu pergi dengan sebelah sepatu dan membawa sepatuku pergi. Apa maksudnya ini. Aku harus memakai sepatu yang berbeda? Hah..
“Hei, tunggu.” Dia hanya melambaikan tangan saja dan menghilang d ujung taman. Ah sudahlah kupakai saja, daripada aku tak bisa pulang. Pas sekali sepatunya dikakiku nyaman dipakai. Gumawo, kataku dalam hati sambil tersenyum.
*********
“Ya, Minwoo-ah bangun. Sudah bel pulang. Mau menginap disini kau?” Kwangmin membangunkanku. Ternyata aku tertidur dari tadi. Sudah jam 12 siang. Waktunya pulang.
“Kwangmin-ah, memangnya tadi pelajaran apa? Tumben tidak ada guru yang membangunkanku.”
“Hari tidak ada pelajaran bodoh. Kau ini tidur saja.”
“Ah, bagus. Aku pulang dulu ya?”
Kuraih tasku. Segera keluar kelas. Aku berlari sepanjang koridor. Ya, hari ini aku berniat ke taman itu lagi. Setahun ini aku mencarinya. Yeoja yang membawa sepatuku yang sebelah. Aku terlanjur jatuh cinta padanya. Hah? Jatuh cinta? Aku masih terlalu kecil untuk jatuh cinta. Bodoh. Aku tersenyum-senyum sendiri.
Brughh.. aku menabrak seseorang. Yeoja sepertinya.
“Ah mian, aku terburu-buru.”
“sepatu yang bagus.”
“Ah, gumawo. Duluan ya.” Aku berlari meninggalkan yeoja itu. Aku tidak memandang wajahnya karena ingin cepat pergi. Tapi kenapa perasaanku aneh. Aku menghentikan kakiku dan membalikkan badanku ke tempat tadi aku menabrak yeoja itu. Tapi sudah tidak ada yeoja itu. Ah, sudahlah aku harus pergi ke taman.
Sepi. Tak ada siapapun. Hanya ada anak-anak kecil disana. Kemana dia? Aku memilih duduk di sebuah bangku sambil mengelap keringatku yang bercucuran dengan tisu. Yah, aku laki-laki basah, oleh keringat tapi. Kunyalakan iPod dan kuputar lahu Lovestoned. Sampai akhirnya aku tertidur di taman itu.
“Minwoo-ah, bangun. Ngapain kamu tidur disini?” suara itu membangunkanku. Aku kenal sekali suaranya. Ah, kubuka mataku pelan-pelan.
“Yongjin Nuna, ngapain Nuna disini?”
“Aku mencarimu bodoh. Ayo pulang. Aku khawatir dari tadi siang seharusnya kau sudah pulang, makanya aku mencarimu kesini.”
“Hehe, mian Nuna. Ayo kita pulang. Kubonceng Nuna.”
“Mau dibonceng dimana? sepedamu tidak ada boncengannya.’
“sudah bonceng di depan saja. Ayo naik” kubeoncengkan Nuna kesayanganku itu sampe rumah. Ah dia benar-benar berat.
********
Pagi ini tanggal 31 Juli ya? Tapi aku belum bisa menemukannya. Mungkin memang dia sudah tidak ada di sini. Pikiranku mulai berpikir untuk menyerah mencari yeoja itu. Sehabis mandi, aku turun untuk sarapan. Lalu tiba-tiba Yongjin Nuna muncul di depan pintu kamar sambil membawa kue blackforest mini dan lilin berbentuk angka 16.
“No Minwoo saengku tercinta, saengil chukae sayang. Ayo tiup lilinnya.”
“gumawo Nuna. Aku sayang Nuna.” Aku memeluk Nunaku, ah dia ,memang perhatian dan selalu baik padaku. Lalu kutiup lilin di kue ulang tahunku itu dengan sedikit senyuman.
“Minwoo-ah, kau sakit?”
“Ani Nuna.”
“Lalu kenapa wajahmu pucat dan tidak semangat?”
“Ah, tidak Nuna. Mungkin aku hanya capek saja.”
“Mau kuantar ke dokter? Kenapa kau jadi begini?”
“Ani Nuna, aku berangkat dulu ya?”
Hari ini aku tidak naik sepeda seperti biasanya. Aku berjalan kaki. Entah kenapa aku menuju taman itu tanpa sadar. Aku terduduk lemas. Mungkin aku bolos sekolah saja. Hah, dasar pemalas kau No Minwoo. Kuambil ponselku lalu kutekan nomor Youngmin.
Yaa, magnae usil, saengil chukae. Kemana kau? Kwangmin mencarimu juga. Kami mau nagih makan- makan darimu.
ah gumawo Youngmin,tapi  hari ini aku bolos sekolah. Aku sedang tidak enak badan.”
“Bodoh, ngapain bolos sekolah sendirian, lain kali ajak aku, dasar kau ini.” Suara Kwangmin benar-benar merusak pendengaranku, hampir.
“Ya ya ya, Kwangmin. Besok kalau aku bolos kau akan kuajak. Sudah duluu ya. Annyeong.”
Aku bingung. Harus bagaimana aku. Aku menunduk. Kupandangi sepatu itu. Ah, aku jadi teringat sesuatu. Sekolah. Ya sekolah. Aku berlari menuju sekolah. Kuurungkan niat membolosku. Sampai di sekolah. Aku berlari di koridor. Tapi yang kucari tidak ada. Hah, sia-sia aku ke sekolah. Sudahlah aku masuk saja.
“Ya No Minwoo. Katamu bolos, dasar plin plan.” Kwangmin menonjok pelan lenganku.
“Aku berubah pikiran. Membolos sendiri tidak asyik.”
“Dasar kau ini. Kau hari ini aneh, kenapa? Takut menghadapi kejutan di pesta ulang tahunmu hah?” Youngmin datang dan ikut bicara.
“Ani, hanya saja aku belum bisa menemukannya, yeoja cinta pertamaku. Ah, tapi aku merasa dekat sekali dengannya saat ini.”
“sudahlah, lupakan saja. Bagaimana kalau kita ke kantin. Aku yakin kau belum sarapan kan?”
“Nae, kajja.”
Ah, lebih baik aku bersenang-senang saja. Ada sahabatku disini. Mungkin saatnya aku menyerah. Lalu aku tertawa bersama Jo Twins sahabatku. Aku berjalan membelakangi arah sampai akhirnya.. bruukk, ah bodoh. Aku menabrak seseorang lagi.
“Yaa, Minwoo-ah, dasar kau ini, makanya jalan kedepan. Kau jadi menabrak yeoja itu kan sampai bukunya berantakan. Bantu dulu, aku dan Youngmin duluan ke kantin ya?”
“Oke, ah mian. Aku tidak sengaja.”
Tanpa melihat wajahnya, aku  membantu memungut bukunya yang terjatuh.
“Sudah dua kali ya. Dan sepatumu masih yang ini juga.”
Aku kaget ketika dia berkata tentang sepatuku. Baru kali ini, ah tidak sudah dua kali ada yang membicarakan tentang sepatuku. Ketika aku mengambil buku di dekat kakinya, jantungku mungkin berhenti berdetak.
“Ah, sepatumu. Itu… sama dengan.. milikku?” aku menunjuk sepatunya.
“Sama? Dasar bodoh, punyamu berbeda dengan punyaku. Punyamu yang kiri yang bertali. Sedangkan punyaku yang kanan.”
Aku mendongak dan menatap wajahnya. Yeoja itu. Ya, yeoja itu. Dia ada di depanku. Sekarang, saat ini.
“Kau, kenapa kau disini? Ah, kali ini aku benar-benar menemukanmu.”
“Dasar bodoh, seminggu yang lalu aku sudah ada disini?”
“Hah? Tapi aku tak pernah melihatmu. Kenapa kau tidak pernah menemuiku?”
“Aduh, kau ini ya… masih saja bodoh seperti  dulu. Kau saja yang tidak sadar. Aku selalu didekatmu tau. Kau itu ya, benar-benar tidak peka No Minwoo. Hah, percuma aku datang kesini menemuimu.”
Aku terkejut sampai tersedak. Dia datang ke sini hanya untuk menemuiku. Ah, aku senang sekali. Sadar dari rasa terkejut, dia sudah taka da didepanku. Ah, dia marah agi. Kau memang bodoh Minwoo-ah. Aku langsung berlari mengejarnya.
“yaaa, tunggu. Hei yeoja bawel.”
“Apa kau bilang? Bawel hah? Sini kau namja bodoh…”
Wuaa, dia melepas sepatu dan siap melempar. Aku berbalik dan berlari menghindar. Bisa-bise benjol kepalaku. Ah, aku teringat seseorang yang kelakuannya sama, Yongjin Nuna tentu saja. Aku tersenyum sambil berlari. Aku lega hari ini. Aku menemukannya, ah tapi namanya… aku tersandung dan jatuh.
“Ha, akhirnya kena juga kau.”
“hahaha, ampun Nuna bawel. Mian. Mian aku mengacuhkanmu.”
“Bodoh. Kau tau salah satu sepatumu itu milik siapa hah? Kalo rusak kubunuh kau.”
“wuaaa aku takut, mian Nuna. Hehehe. Kau tau, aku bahagia hari ini. Aku dapat hadiah yang besar seumur hidupku?”
Lalu sedetik kemudian dia duduk disampingku. Aku bangun juga, tadi sat terjatuh posisiku tersungkur. Kemudian dia memandangku. Ah, jantungku, seperti biasa selalu berdetak lebih kencang.
“Hadiah apa? Hari ini kau ulang tahun ya. Ehm chukae No Minwoo, kau berusia 16 tahun kan?” dia tersenyum memandangku. Tulus sekali senyumannya.
“nae, gumawo. Aku senang sekali. Tapi bagaiman bisa kau tau aku, ulang tahunku dan usiaku”
“ehm, rahasia, jadi hadiah apa yang kau maksud?”
“sepatuku kembali, yang kau pakai itu. Hahahaha.”
“bodoh, seharusnya aku yang menagih. Huh, kukira kau memang memberikannya padaku.”
“haha, aku hanya bercanda. Aku suka sepatu ini. Tak usah dikembalikan ya?”
“ehm,kalau aku tidak mau?”
“aku  minta ganti hadiahnya. Oh ya, aku belum tau namamu.”
“aduh, kau ini ya. Memang benar-benar bodoh atau autis Minwoo, seminggu yang lalu kau sudah mengenalku seharusnya.”
“hah? Seminggu yang lalu? Seiingatku aku tidak berkenalan denganmu.”
“ah, sudahlah. Malas aku bicara dengan orang bodoh. Jangan temui aku lagi.”
Ah, kenapa aku tidak bisa mengingatnya? Ayo No Minwoo, putar otakmu. Jangan sampai kau kehilangan yeoja cinta pertamamu. Siapa yang aku temui seminggu lalu? Siapa yang aku kenal seminggu yang lalu. Ah, aku ingat. Yeoja itu. Ah, bodoh sekali aku. Kenapa dari dulu aku tidak sadar. Lhoh, kemana dia? Tadi masih disini. Pasti gara-gara aku kelamaan mikir. Aku berdiri dan berlari mencari yeoja itu. Aku tak mau kehilangan lagi. Tapi seluruh sekolah sudah aku cari. Tapi dia tidak ada.
“Ya, Minwoo-ah. Kau kemana saj? Katanya mau ke kantin, tapi kami tunggu tidak ada. Kami cari juga tidak ketemu.”
“Ah mian Kwangmin-ah. Apa kau melihat yeoja yang aku tabrak tadi?”
“Ani, memangnya kenapa?”
“Tak apa. Aku pergi dulu ya.”
“Ya Minwoo-ah, kau tidak ikut pelajaran?”
“Aku bolos Kwangmin-ah. Mian kali ini aku tak bisa mengajakmu.”
Aku berlari meninggalkan Jo twins. Ah, sial gerbang sekolah sudah ditutup lagi. Terserahlah. Yang penting aku menemukannya. Aku berlari kencag, sampai di depan gerbang aku melompatinya. Sekarang saatnya, aku pasti menemukannya. Ya, di taman itu. Pasti, aku yakin. Sepanjang perjalanan aku berlari. Keringatku keluar dengan lancer. Seluruh seragam sekolahku sudah basah oleh keringat. Sampai di taman juga akhirnya. Tapi taka da seorangpun terlihat, ah, apa aku benar gagal kali ini? Aku jatuh terduduk dan mulai mengatur nafasku.
“bodoh, siapa suruh siang-siang panas berlari seperti itu. Kau kira lomba apa?”
Suara itu, aku kenal. Seseorang menyerahkan tisu padaku. Yeoja itu. Aku berdiri dan langsung memeluknya. Kali ini aku tak mau membuat kesalahan.
“Yaa, Minwoo-ah, apa-apaan kau ini. Lepaskan aku, malu dilihat orang.”
“shiero, aku tak mau melepaskanmu lagi. Mian aku selalu mengacuhkanmu. Padahal kau sudah dekat sekali denganku.”
“yaa, apa-apaan kau ini, Minwoo-ah.”
“sekali. Aku hanya mau mengucapkannya  sekali. Dengarkan baik-baik. Shin Riyoung, naneun jeohahae.”
“Ah, Minwoo-ah. Eee..”
“aku tak peduli apapun, mau kau galak, bawel, atau apa saja. Aku tetap menyukaimu Riyoung-ah. Sejak setaun lalu.”
“Bodoh, kau ini. Menyatakan cinta malah mengejekku bawel dan galak.” Tiba-tiba saja dia malah menjitakku. Keras sekali.
“Auw, sakit tau.”
“Sudah diam, aku katakan ini juga hanya sekali, jadi dengarkan baik-baik. No Minwoo, nado jeohahe, sejak setahun lalu. Sejak sepatuku kau pinjam. Arasseo?”
“Jinjja? Riyoung-ah, aku senang sekali.”
“jadi sekarang tidak perlu meminta sepatu ini jadi hadiahnya kan?”
“ani, tapi aku tetapa minta ganti hadiahnya.”
“Hah, dasar kau itu Minwoo. Lalu apa?”
“Aku minta kau sebagai gantinya.”
“apa kau bilang?”
“wuaaaaa…”
ah, terimakasih. Hari ulang tahunku kali ini sangat menyenangkan. Eomma, appa, aku sudah 16 tahun sekarang. Dan yang mengejarku dibelakang… cinta pertamaku, Shin Riyoung namanya. Yongjin Nuna, terimakasih untuk menjagaku selam 16 tahun. Serta member Boyfriend yang lain, Donghyun hyung, Jo twins, Jeongmin hyung, Hyunseong hyung, gumawo. Author. Makasih juga buat FF tentang diriku yang lagi ultah. Buat semua Girlfriends, kamsahamnida. Ppyong~… (kyahaha,,yg ini kagak nyambung)

TAMAT…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar