Title: Hug Me Once
Author: Rina Nuna
Main cast: No Minwoo, Kim Donghyun
Genre: ….*silent*
Rating: balita ++
Minwoo POV
“Aku
benci padamu, No Minwoo, jangan pernah muncul di depan mataku lagi. Selamanya!!!”
Donghyun mengatakan itu, tidak mungkin.
“andwae,
jangan bicara seenaknya Donghyun. Kau harus tetap di sisiku”
Tiba-tiba
dia mencekikku. Ah, sakit sekali. Apa aku akan mati ditangannya. Aku mati
ditangan orang yang selalu disampingku, setiap saat. Orang yang kupercaya
sepenuhnya, melebihi siapapun, orang paling berharga dalam hidupku melebihi
diriku sendiri.
“kalau
kau tidak mau menjauh, maka aku akan melenyapkanmu.” Matanya semakin tajam
menatapku. Tangannya semakin keras menekan leherku.
“andwae
Donhyun.. andwaeeeee..”
Kubuka mataku. Ah, hanya mimpi. Tapi, aku merasa
mimpi ini terlalu nyata. Keringatku mengalir deras. Dingin. Tiba-tiba pintu
kamarku terbuka
“Minwoo-ah. Kenapa kau berteriak?
Gwaenchana?”
Suara itu, aku hafal sekali.
Entah mengapa aku selalu merasa damai mendengarnya.
“ani, gwaenchana. Hanya saja..”
Aku tak mau Donghyun mengetahui
mimpiku. Aku takut. Aku terlalu takut kehilangannya.
“hanya saja apa?”
Donghyun mendekati tempat
tidurku. Sedetik kemudian dia sudah duduk disampingku dan memelukku. Ah,selalu
saja. Dia tahu bagaimana cara membuatku tenang.
“mianhae, aku tidak bisa berbuat
banyak untuk membuatmu bahagia Minwoo-ah.”
“ani Donghyun-ah. Cukup berada
disisiku setiap saat, itu sudah lebih dari cukup.”
Aku semakin mengeratkan pelukanku.
Entah kenapa aku merasa tak ingin melepasnya. Tapi kemudian dia melepaskanku.
“nah, tuan muda. Sekarang
silahkan mandi lalu sarapan dan berangkat sekolah.”
“aku malas ke sekolah hari ini.
Tak bisakah kau menemaniku main saja?”
“ehm, bukan ide yang buruk. Baiklah
kalau begitu. Kau pergi ke sekolah, pulangnya kita jalan-jalan kemanapun kau
mau.”
“ah, sama saja. Yasudah kau
berjanji kan? Kalau begitu aku akan kesekolah sekarang”
Aku siap2 menuju ke sekolah.
Kami, aku dan Donghyun sarapan berdua. Ah, beginilah kehidupanku. Eomma dan
appa yang sibuk dengan perusahaan mereka diluar negeri. Sejak kecil,
Donghyunlah yang selalu mennjagaku meskipun dia bukan keluargaku, bukan
saudaraku.
“Minwoo-ah, sudah selesai?
Kajja.. aku yang akan mengantarkanmu dan menunggumu sampai pulang sekolah.”
“jinjja? Ayo berangkat sekarang.”
Biasanya Donghyun hanya mengantar
dan menjemputku. Itupun juga ditemani sopir. Tapi kali ini hanya kami berdua.
Ah seandainya tidak ke sekolah. Aku ingin bersamanya sehari penuh. Hanya bersenang-senang
bersamanya.
“Minwoo-ah”
“nae? Ah, aku..”
“bisakah kita tidak usah ke
sekolahmu?”
“ah, tentu saja. Lalu kita mau
kemana?”
“ke tempat yang menyenangkan. Taman
ria misalnya.”
“nae, tapi kau tahu kan? Aku
masih berseragam.”
Dia melemparku dengan tas karton.
Kubuka. Baju ganti. Ah, dia ini. Ku buka segera baju seragam sekolahku dan
menggantinya dengan kaos putih dan blazer hitam.
“bagus, kita kompak
sekarang. Sama-sama hitam, seperti mafia.”
“Minwoo-ah, Bagaimana kalau saat
ini aku tidak ada disampingmu?”
“sudah jangan bicarakan hal yang
tidak penting. Yang aku tahu sekarang kau disini bersamaku. Cukup.”
Dia hanya tersenyum. Apa-apaan
dia ini. Kami berhenti di taman ria. Tapi dia menarik tanganku kearah lain.
Sebuah danau kecil di seberang taman ria. Sejuk, damai dan tenang di sini.
Donghyun menarikku duduk disampingnya. Sedetik kemudian dia berbaring.
“Minwoo-ah. Sekali lagi aku ingin
bertanya. Apa yang akan kau lakukan jika aku tak bisa lagi disisimu?”
“Kim Donghyun. Sudah kubilang,
hentikan! Pertanyaanmu sama sekali tidak penting.”
“apa kau akan menangis?”
“hentikan! Aku tak mau
mendengarnya. Kalau kau memang ingin pergi dariku, pergi saja!”
Kakiku melangkah pergi menjauh.
Aku marah padanya. Aku benci Donghyun. Kenapa saat ini Donghyun seakan ingin
meninggalkanku sama seperti mimpi itu. Ah, aku tak ingin melihatnya. Kurasakan
pipiku basah. Kenapa aku menangis? Tiba2 seseorang menarikku dan memelukku dari
belakang. Aku tahu siapa.
“mianhae. Aku memang benar-benar
bodoh Minwoo-ah. Aku tidak bisa membuatmu bahagia”
“Donghyun-ah, cukup…”
“kau tahu, aku tak pernah ingin
meninggalkanmu. Aku akan tetap disisimu. Hanya itu yang kuinginkan.”
“aku tahu itu, jadi jangan pernah
mengatakan hal itu lagi. Atau kau akan kubunuh saat itu juga.”
“benarkah? Kau bisa membunuhku?
Hahaha.”
Aku berbalik saat mendengar
tawanya. Namun saat itu juga dia berhenti. Hanya sebuah senyum misterius yang
terlihat di wajahnya. Orang ini, benar-benar.
“Donghyun-ah…”
“nae?”
“bisakah kau memelukku sekali
saja?”
“Minwoo-ah, hanya sekali? Ribuan
kalipun kau minta aku akan melakukannya.”
“jangan berlebihan.”
“itu tidak berlebihan. Aku selalu
disisimu. Kapanpun, aku akan melakukan apapun untukmu.”
“lalu sekarang kenapa kau masih diam?”
Sedetik kemudian, Donghyun
menarik tubuhku dan meraihku dalam pelukannya. Ah, seandainya waktu bisa
berhenti saat ini juga dan jangan pernah berputar.
“Kim Donghyun”
“nae?”
“berjanjilah, kau tidak akan
meninggalkanku?”
“tentu saja. Kau bisa pegang janjiku.”
“gumawo”
Entah mengapa, kurasakan
pelukannya semakin erat mendekap tubuhku. Akupun ikut mengeratkan pelukanku dan
kupejamkan mataku. Kim Donghyun, seseorang yang paling berharga bagiku, No
Minwoo.
“Donghyun..”kataku di sela
pelukannya.
“hmm,,apalagi?”
“apa aku juga berharga bagimu?”
“lebih dari apapun, bahkan
nyawaku”
Aku tersenyum mendengar
jawabanya. Dan aku juga tahu, aku merasakannya, dia menjawab dengan tersenyum.
Senyum tulusnya. Dan aku tau, mimpi buruk itu hanya mimpi, dan aku yakin mimpi
itu tak akan pernah lagi menyapa tidurku.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar