Title:
TEACH ME, LOVE ME
Author: Rina Noona
Main cast: Kang Jihwa, Jo
Youngmin
Other cast: No Minwoo dan teman
sekelas
Genre: Romance gaje
Rating: bimbingan orang tua
Youngmin POV
Jika orang bertanya padaku,
bagaimana kehidupan sekolahmu? Dengan senang hati pasti aku jawab
MEMBOSANKAN!!! Sekolah? Hanya seonggok gedung berisi manusia2 yang mengaku
menuntut ilmu. Tapi itu tidak berlaku bagiku. Kalau aku bisa memilih, aku lebih
suka belajar dari hidup di luar sana tanpa aturan2 bodoh seperti lingkungan
yang bernama SEKOLAH.
“Jo Youngmin! Dari tadi kau
tidak memperhatikan pelajaran? Ada apa denganmu?”
“Ah, aniyo seongsangnim, hanya
saja aku sedikit tak enak badan. Bolehkah aku ke UKS?”
“Tentu saja. Kalau kau sakit
pergi saja ke UKS. Nanti kalau kau sudah sehat bisa melanjutkan pelajaran.”
“Nae, kamsahamnida
seongsangnim.”
Aku bohong. Aku baik2 saja. Aku
tidak sakit. Hanya saja pelajaran hari itu sangat membosankan. Apa aku harus ke
UKS sungguhan. Ke kantin saja dulu.
“Aku ingin beli sebotol air
mineral dingin ahjumma.” Aku lalu menyerahkan uang pada si ahjumma penjaga
kantin.
“Ige. Gomapta nae?” aku melempar senyum pada ahjumma aku melangkahkan kakiku ke UKS.
“Ah mungkin lebih baik aku tidur
saja di UKS.”
Sampai di UKS aku mendengar
suara. Mungkin saja murid lain yang tidur di dalam. Aku masuk saja. Tapi aku
melihat seorang yeoja berbaju putih. Seperti dokter. Mungkin murid yang tugas
jaga UKS. Apa peduliku. Aku merebahkan tubuhku di salah satu ranjang.
“Ya~ kau murid kelas 3. Kenapa
tiduran disitu?” tiba2 dia menegurku.
“Aku? Tentu saja aku sedang
tidak enak badan.”
“Aku rasa bukan.”
“Jangan sok tahu!”
“Aku memang tahu kok. Tak usah
berpura2…”
Murid ini berisik sekali.
Sudahlah aku kembali ke kelas saja. Terpaksa aku mengikuti pelajaran yang
membosankan itu. Ketika seongsangnim keluar karena pelajaran berakhir, temanku
sebangku menegurku.
“Youngmin, hari ini kau tak
bersemangat sekali.”
“Ah Minwoo, kau tau kan tadi aku
ijin ke UKS sebentar karena tidak enak badan.”
“Nae Youngmin, tapi sepertinya
waktumu ke UKS tadi kurang. Kau masih terlihat tak bersemangat.”
“Ani, gwaenchana. Sudah, kita ke
kantin saja Minwoo.”
“Aaaa, kajja.”
***
Pelajaran berikutnya. Pelajaran bahasa
inggris. Menurutku ini lebih membosankan lagi. Ah, kali ini kau harus benar2
keluar dari kelas ini Youngmin, kataku dalam hati. Tapi ketika aku bersiap2 pergi, seseorang memasuki kelas.
Sial… ah, orang itu… bukankah dia…
“Yap, good afternoon class. Let
me introduce my self.”
“Sure mam.”
Guru itu, bukankah dia murid
yang di UKS tadi? Kenapa dia jadi guru disini? Dari umurnya pun dia kelihatan
masih muda. Mungkin usianya setara denganku. 17 tahun. Tapi dia guru. Aku tidak
percaya.
“Ok, my name’s Kang Jihwa and
I’ll be your teacher for a week cause your real teacher, Mrs. Yoora, she has a
bussiness for a week, so… let’s have fun with me and English lesson only for
this week.”
“Yeeeeaaaaahhhh…” kelas gempar.
Sudahlah. Aku tidak peduli. Lebih baik aku tidur di kelas. Ketika aku
merebahkan kepalaku di meja… guru baru itu menegurku.
“Jo Youngmin, don’t sleep on
this class please. Ah, and I want to ask you something….”
Mwo? Dia tahu namaku dari mana?
Setahuku aku tidak pernah berkenalan dengannya. Aish…
“Yes mam, what you want to ask?
“Is this yours?” dia mengambil
sesuatu dari saku kemejanya. Dia mengeluarkan kartu. Itu kartu pelajarku kan?
“Nae seongsangnim, itu milikku.
Dari mana kau dapatkan itu?”
“Terjatuh di UKS tadi. Ige, aku
kembalikan.” Dia mendatangi bangkuku dan menyerahkan kartu itu. Seisi kelas
memandang kearahku. Pasti gara2 guru muda ini pernah bertemu denganku
sebelumnya. Dasar…Minwoo yang dari tadi memperhatikan guru itu tiba2 bertanya
padaku.
“Youngmin? Kau kenal guru itu?
Ah beruntung sekali… Dia pasti pintar, sepertinya dia masih muda. Aku penasaran
dengan umurnya. Coba kau tanyakan.”
“Shireo, kau tanya sendiri saja.
That’s not my business.”
“Jo Youngmin dan kau teman
sebangkunya, siapa namamu?”
“Choyo? No… No Minwoo,
seongsangnim.”
“Ah, Youngmin and Minwoo. Silent
please.”
“Ah, mam… I have some question
for you.”
Aish, Minwoo. Kau ini… nekad
juga bertanya pada guru yang menurutku sepertinya menyebalkan ini. Kang Jihwa?
Nama yang aneh…bagiku.
“Yes, Minwoo?”
“How old are you? And don’t you
have boyfriend yet? ”
“Hahaha, me? I’m 17 years old, I
don’t have boyfriend yet.”
“Ah, masih muda ya? Seongsangnim
hebat, masih muda kenapa sudah jadi guru? Padahal umur kita sama semua, 17an
tahun.”
“Hahaha arasseoyo! Aku sejak
kecil tinggal di Inggris, dan umur 15 aku sudah lulus pendidikan sarjana. Oke,
enough for introduce session. Let’s get it started. Our English class….”
***
Akhirnya, kelas menyebalkan itu
berakhir juga. Entah mengapa dari tadi guru baru itu selalu mengajukan
pertanyaan2 tidak penting. aku keluar kelas.
“Ah sepertinya mau hujan. Untung
aku bawa payung.”
“Youngmin, aku pulang dulu ya….”
“Nae Minwoo, hati2…
Entah mengapa rasanya aku lebih
memilih tidak untuk pulang. Aku lebih senang memandangi hujan daripada berjalan
di bawah guyuran hujan. Ah, bukankah aku membawa kamera. Aku mengeluarkannya
dari dalam tas. Memotret memang hobiku.
“Mumpung sekolah sepi, lebih
baik aku memotret disni.”
Aku membidikkan lensaku ke
bebrapa tempat yang menurutku menarik
“Ternyata sekolah indah juga
kalau diguyur hujan.”
“Bukan sekolah yang indah, tapi
hujanlah yang indah.” Seseorang menegurku. Guru bahasa inggris itu, Kang Jihwa
seongsangnim.
“Ah, seongsangnim. Anda…”
“Jangan panggil seongsangnim,
ini sudah bukan jam sekolah lagi. panggil aku Jihwa saja. Lagipula umur kita
sama.”
“Ah nae, Jihwa.” Aku masih
terlalu canggung memanggilnya dengan nama Jihwa.
“Kenapa kau tidak pulang
Youngmin?”
“Entahlah, melihat hujan aku
lebih senang menikmatinya disini sambil memotret dari pada harus berjalan
diguyur hujan.”
“Ah, begitu ya…”
“Lalu kenapa kau tidak pulang?”
“Aku? Aku suka sekolah ini. Aku
segala hal di sekolah ini.”
“Begitu ya. Aku berpikir
sebaliknya. Sekolah membosankan, membosankan dengan aturan2 bodoh itu.”
“Bukankah memang dari awalnya
hidup kita diatur?”
“Maksudmu? Tuhan memberi kita
kebebasan seluas2nya…”
“Siapa bilang? Kau ini, kukira
pikiranmu sudah dewasa, tapi ternyata masih seperti anak kecil.” Dia
mengusutkan rambut pirangku. Deg… apa2an ini? Jantungku… lalu aku menepis
tangannya dari rambutku.
“Ah mian, Youngmin. Oh ya, kau
tidak tahu kalau sejak awal kita lahir, hidup kita sudah diatur?”
“Siapa yang mengatur?”
“Tentu saja Tuhan, sejak kita
lahir, ah tidak, sejak kita diciptakan kita sudah diatur, aturan itu dinamakan
takdir.” Dia berkata sambil tersenyum. Perasaan apa ini. Seumur hidup aku belum
pernah merasa seperti ini.
“Oh begitu ya? Jadi selama ini jalan
pikiranku salah.”
“Bukan salah, hanya perlu
diluruskan. Arasseo?”
“Nae seongsangnim.” Tanpa sadar
aku menyunggingkan senyum padanya.
“Sudah kubilang. Jangan panggil
aku seongsangnim, aku merasa tua. Dasar kau ini.”
“Ah, aku lupa. Mianhae Jihwa.”
“Gwaenchana…Geurom, aku pulang
dulu. Oh ya, gumawo, senyummu manis sekali. Annnyeong Youngmin.” Dia
melemparkan senyumnya padaku sebelum pergi. Astaga, manis sekali, kali ini aku
kira aku jatuh cinta.
“Ah, cakkamanyo.” Spontan, aku menarik dan
menggenggam tangannya. Sepertinya otakku sudah tidak berjalan dengan
semestinya.
“Gumawo, Jihwa.” Tiba2 saja aku
memeluknya dan dia pun tak menolak hal itu. Sadar, aku melepaskan pelukanku.
“Ah, mianhaeyo~, aku tak bermaksud…”
“Gwaenchana Youngmin, aku pulang
dulu.”
Aku hanya terdiam melihat dia
pergi. Kang Jihwa, tahukah kau, mulai saat ini, aku jatuh cinta padamu. Aku
harus bisa bicara padanya tentang perasaanku…
***
Ini hari terakhir Jihwa mengajar
di sekolah ini. Entah kenapa sejak saat itu, sejak hari hujan bersama Jihwa aku
jadi bersemangat masuk sekolah. Tapi aku hanya menikmati pelajaran bahasa
inggris yang di ajar Jihwa.
“Good afternoon class, ok, I
think this is the last day we study together… saya tidak akan mengajar materi,
hanya saja kita sharing2 mengenai experience for this week, setuju?” seperti
biasa Jihwa memasuki kelas dengan ceria.
“Setuju mam…” semua bersorak
serentak. Aku pun ikut bersorak. Tidak biasanya.
“Yak, mulai dari Minhwa,
Riyoung, Hyejin, Haneun dst…”
Aku melihat banyak yang menyukai
Jihwa, baik dari kecerdasannya, cara mengajarnya, bahkan sifatnya. Aku pun
tidak bisa menolak, semua yang dikatakan murid di sini memang benar.
“Yak, Youngmin. You turn…tell me
what u feel for this week.”
“Me? I got new experience, new
lesson, new….”
“Then? Continue…”
“I think enough, mam…”
“Ok Youngmin. Thank you, last,
Minwoo.”
“Of course, new lesson, new
experience, and new teacher.’
Semua murid di kelas tertawa
mendengar jawaban polos Minwoo. Aku pun ikut tersenyum. Minwoo, kau benar, aku
pun mendapat guru baru dan cinta baru. Itu berkat kau seongsangnim.
“Ok, sekarang gilliran saya,
tahukah kalian,seminggu disini terasa begitu cepat, saya senang mendapat murid
seperti kalian, seperti mendapat teman sebay, ehm mungkin karena factor umur.
Selain itu, kalia menyenangkan. Dan last of
all, terima kasih sudah memberi saya kesempatan mengajar kalian. Sampai
jumpa lagi. good bye and keep spirit!!”
“Nae seongsangnim. Gamsamnida.”
Pelajaran berakhir. Ini pelajan
terakhir hari ini. Aku sadar aku tak mau berpisah dengan Jihwa. Aku harus
mengungkapakan perasaanku. Aku tidak mau berakhir seperti ini. aku menunggu
sampai sekolah sepi. Setelah sepi, aku mencari Jihwa di ruang guru. Tidak ada.
Aku mengelilingi sekolah, dan Jihwa masih belum terlihat.
“Aish, apa Tuhan mengaturku
untuk berpisah dengannya seperti ini?” aku menggerutu. Tapi aku tak mau
menyerah. Tuhan, kalau memang kau mengaturku untuk berpisah dengannya, aku
minta maaf, aku kan melanggar aturan itu.
“Jihwa seongsangnim. Kang Jihwa…
dimana kau..?” aku berteriak di sekolah yang sepi seperti orang gila.
“Ah mungkin dia sudah pergi.
Mungkin kali ini aku harus menurut aturan.”
“Nae, tentu kau harus menurut
aturan. Tapai kenapa harus berteriak2 seperti itu?”
“Jihwa?” aku senang masih bisa
bertemu dengannya. “Kau masih disini? Aku mencarimu dari tadi.”
“Iya, aku masih ingin disini
sebentar lagi. menikmati suasana sekolah ini. Kau ini berteriak seperti itu,
tidak takut disangka orang gila?”
“Aku tak peduli, dengarkan aku
Jihwa. Aku… aku menyukaimu. Sejak hari itu, harki dimana kita menikmati hujan
disini. Aku tak peduli orang akan menganggap apa hubungan kita. Aku tak peduli
statusmu yang guru dan aku yang murid…”
“Stop…” Jihwa menaruh
telunjuknya dibibirku. “ Kau ini ya… cerewet sekali. Bisa tidak sih ngomong
pelan2 Youngmin?”
“Ah, mianhae. Aku hanya ingin
mengungkapkan perasaanku, mungkin aku terbawa suasana.”
“Arasseo.”
“Jadi? Kau mau menerima
perasaanku atau tidak?”
“Entahlah, menurutmu?”
“Ya~ jangan membuatku bingung,
Jihwa.”
“Hahaha, wajahmu lucu sekali
Youngmin. Nae, aku juga menyukaimu, mungkin aku lebih dulu menyukaimu.”
“Jinjja? Jadi kau mau menerimaku?
Kau mau jadi yeojachinguku?”
“Yeoja chingu? Kau tidak malu
punya yeoja seperti aku yang bisa dibilang lebih tua darimu?”
“Siapa bilang kau lebih tua?
Bukankah umur kita sama2 17 tahun?”
“Memang, tapi statusku guru dan kau
murid, kau tidak malu?”
“Sudah kubilang kan tadi, aku
tidak peduli. Aku rasa Tuhan tidak memberikan aturannya dalam hal ini. Lagipula
kau tidak mengajar lagi disini. Benarkan?”
“yah memang benar, tapi meskipun
kita tidak bersama di sekolah ini, tapi kita bisa jalan di luar sana. Baiklah, mulai
sekarang aku jadi yeoja chingumu.”
“Jinjja? Gumawo, aku senang
punya yeoja sepertimu, pintar, cerdas, dan guru pula, kau yang mengajariku
bahwa hidup memang bebas, tapi teratur. Benarkan kan seongsangnim.”
“Nae muridku yang baik….”
“Mam, I LOVE YOU!”
“I LOVE YOU TOO.”
Kami saling melempar senyum.
Selanjutnya aku menggandeng tangannya. Aku memutuskan menemaninya berkeliling
menikmati sekolah sebelum pulang Terimakasih seongsangnim. Kau datang dan
mengarahkanku. Termakasih mengajariku, terimakasih memberiku cinta…
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar