KISS ME, MY BESTFRIEND

Sabtu, 12 November 2011

FF TEACH ME, LOVE ME


Title: TEACH ME, LOVE ME
Author: Rina Noona
Main cast: Kang Jihwa, Jo Youngmin
Other cast: No Minwoo dan teman sekelas
Genre: Romance gaje
Rating: bimbingan orang tua

Youngmin POV
Jika orang bertanya padaku, bagaimana kehidupan sekolahmu? Dengan senang hati pasti aku jawab MEMBOSANKAN!!! Sekolah? Hanya seonggok gedung berisi manusia2 yang mengaku menuntut ilmu. Tapi itu tidak berlaku bagiku. Kalau aku bisa memilih, aku lebih suka belajar dari hidup di luar sana tanpa aturan2 bodoh seperti lingkungan yang bernama SEKOLAH.


“Jo Youngmin! Dari tadi kau tidak memperhatikan pelajaran? Ada apa denganmu?”
“Ah, aniyo seongsangnim, hanya saja aku sedikit tak enak badan. Bolehkah aku ke UKS?”
“Tentu saja. Kalau kau sakit pergi saja ke UKS. Nanti kalau kau sudah sehat bisa melanjutkan pelajaran.”
“Nae, kamsahamnida seongsangnim.”
Aku bohong. Aku baik2 saja. Aku tidak sakit. Hanya saja pelajaran hari itu sangat membosankan. Apa aku harus ke UKS sungguhan. Ke kantin saja dulu.
“Aku ingin beli sebotol air mineral dingin ahjumma.” Aku lalu menyerahkan uang pada si ahjumma penjaga kantin.
“Ige. Gomapta nae?” aku  melempar senyum pada ahjumma  aku melangkahkan kakiku ke UKS.
“Ah mungkin lebih baik aku tidur saja di UKS.”
Sampai di UKS aku mendengar suara. Mungkin saja murid lain yang tidur di dalam. Aku masuk saja. Tapi aku melihat seorang yeoja berbaju putih. Seperti dokter. Mungkin murid yang tugas jaga UKS. Apa peduliku. Aku merebahkan tubuhku di salah satu ranjang.
“Ya~ kau murid kelas 3. Kenapa tiduran disitu?” tiba2 dia menegurku.
“Aku? Tentu saja aku sedang tidak enak badan.”
“Aku rasa bukan.”
“Jangan sok tahu!”
“Aku memang tahu kok. Tak usah berpura2…”
Murid ini berisik sekali. Sudahlah aku kembali ke kelas saja. Terpaksa aku mengikuti pelajaran yang membosankan itu. Ketika seongsangnim keluar karena pelajaran berakhir, temanku sebangku menegurku.
“Youngmin, hari ini kau tak bersemangat sekali.”
“Ah Minwoo, kau tau kan tadi aku ijin ke UKS sebentar karena tidak enak badan.”
“Nae Youngmin, tapi sepertinya waktumu ke UKS tadi kurang. Kau masih terlihat tak bersemangat.”
“Ani, gwaenchana. Sudah, kita ke kantin saja Minwoo.”
“Aaaa, kajja.”
***
Pelajaran berikutnya. Pelajaran bahasa inggris. Menurutku ini lebih membosankan lagi. Ah, kali ini kau harus benar2 keluar dari kelas ini Youngmin, kataku dalam hati. Tapi ketika  aku bersiap2 pergi, seseorang memasuki kelas. Sial… ah, orang itu… bukankah dia…
“Yap, good afternoon class. Let me introduce my self.”
“Sure mam.”
Guru itu, bukankah dia murid yang di UKS tadi? Kenapa dia jadi guru disini? Dari umurnya pun dia kelihatan masih muda. Mungkin usianya setara denganku. 17 tahun. Tapi dia guru. Aku tidak percaya.
“Ok, my name’s Kang Jihwa and I’ll be your teacher for a week cause your real teacher, Mrs. Yoora, she has a bussiness for a week, so… let’s have fun with me and English lesson only for this week.”
“Yeeeeaaaaahhhh…” kelas gempar. Sudahlah. Aku tidak peduli. Lebih baik aku tidur di kelas. Ketika aku merebahkan kepalaku di meja… guru baru itu menegurku.
“Jo Youngmin, don’t sleep on this class please. Ah, and I want to ask you something….”
Mwo? Dia tahu namaku dari mana? Setahuku aku tidak pernah berkenalan dengannya. Aish…
“Yes mam, what you want to ask?
“Is this yours?” dia mengambil sesuatu dari saku kemejanya. Dia mengeluarkan kartu. Itu kartu pelajarku kan?
“Nae seongsangnim, itu milikku. Dari mana kau dapatkan itu?”
“Terjatuh di UKS tadi. Ige, aku kembalikan.” Dia mendatangi bangkuku dan menyerahkan kartu itu. Seisi kelas memandang kearahku. Pasti gara2 guru muda ini pernah bertemu denganku sebelumnya. Dasar…Minwoo yang dari tadi memperhatikan guru itu tiba2 bertanya padaku.
“Youngmin? Kau kenal guru itu? Ah beruntung sekali… Dia pasti pintar, sepertinya dia masih muda. Aku penasaran dengan umurnya. Coba kau tanyakan.”
“Shireo, kau tanya sendiri saja. That’s not my business.”
“Jo Youngmin dan kau teman sebangkunya, siapa namamu?”
“Choyo? No… No Minwoo, seongsangnim.”
“Ah, Youngmin and Minwoo. Silent please.”
“Ah, mam… I have some question for you.”
Aish, Minwoo. Kau ini… nekad juga bertanya pada guru yang menurutku sepertinya menyebalkan ini. Kang Jihwa? Nama yang aneh…bagiku.
“Yes, Minwoo?”
“How old are you? And don’t you have boyfriend yet? ”
“Hahaha, me? I’m 17 years old, I don’t have boyfriend yet.”
“Ah, masih muda ya? Seongsangnim hebat, masih muda kenapa sudah jadi guru? Padahal umur kita sama semua, 17an tahun.”
“Hahaha arasseoyo! Aku sejak kecil tinggal di Inggris, dan umur 15 aku sudah lulus pendidikan sarjana. Oke, enough for introduce session. Let’s get it started. Our English class….”
***
Akhirnya, kelas menyebalkan itu berakhir juga. Entah mengapa dari tadi guru baru itu selalu mengajukan pertanyaan2 tidak penting. aku keluar kelas.
“Ah sepertinya mau hujan. Untung aku bawa payung.”
“Youngmin, aku pulang dulu ya….”
“Nae Minwoo, hati2…
Entah mengapa rasanya aku lebih memilih tidak untuk pulang. Aku lebih senang memandangi hujan daripada berjalan di bawah guyuran hujan. Ah, bukankah aku membawa kamera. Aku mengeluarkannya dari dalam tas. Memotret memang hobiku.
“Mumpung sekolah sepi, lebih baik aku memotret disni.”
Aku membidikkan lensaku ke bebrapa tempat yang menurutku menarik
“Ternyata sekolah indah juga kalau diguyur hujan.”
“Bukan sekolah yang indah, tapi hujanlah yang indah.” Seseorang menegurku. Guru bahasa inggris itu, Kang Jihwa seongsangnim.
“Ah, seongsangnim. Anda…”
“Jangan panggil seongsangnim, ini sudah bukan jam sekolah lagi. panggil aku Jihwa saja. Lagipula umur kita sama.”
“Ah nae, Jihwa.” Aku masih terlalu canggung memanggilnya dengan nama Jihwa.
“Kenapa kau tidak pulang Youngmin?”
“Entahlah, melihat hujan aku lebih senang menikmatinya disini sambil memotret dari pada harus berjalan diguyur hujan.”
“Ah, begitu ya…”
“Lalu kenapa kau tidak pulang?”
“Aku? Aku suka sekolah ini. Aku segala hal di sekolah ini.”
“Begitu ya. Aku berpikir sebaliknya. Sekolah membosankan, membosankan dengan aturan2 bodoh itu.”
“Bukankah memang dari awalnya hidup kita diatur?”
“Maksudmu? Tuhan memberi kita kebebasan seluas2nya…”
“Siapa bilang? Kau ini, kukira pikiranmu sudah dewasa, tapi ternyata masih seperti anak kecil.” Dia mengusutkan rambut pirangku. Deg… apa2an ini? Jantungku… lalu aku menepis tangannya dari rambutku.
“Ah mian, Youngmin. Oh ya, kau tidak tahu kalau sejak awal kita lahir, hidup kita sudah diatur?”
“Siapa yang mengatur?”
“Tentu saja Tuhan, sejak kita lahir, ah tidak, sejak kita diciptakan kita sudah diatur, aturan itu dinamakan takdir.” Dia berkata sambil tersenyum. Perasaan apa ini. Seumur hidup aku belum pernah merasa seperti ini.
“Oh begitu ya? Jadi selama ini jalan pikiranku salah.”
“Bukan salah, hanya perlu diluruskan. Arasseo?”
“Nae seongsangnim.” Tanpa sadar aku menyunggingkan senyum padanya.
“Sudah kubilang. Jangan panggil aku seongsangnim, aku merasa tua. Dasar kau ini.”
“Ah, aku lupa. Mianhae Jihwa.”
“Gwaenchana…Geurom, aku pulang dulu. Oh ya, gumawo, senyummu manis sekali. Annnyeong Youngmin.” Dia melemparkan senyumnya padaku sebelum pergi. Astaga, manis sekali, kali ini aku kira aku jatuh cinta.
 “Ah, cakkamanyo.” Spontan, aku menarik dan menggenggam tangannya. Sepertinya otakku sudah tidak berjalan dengan semestinya.
“Gumawo, Jihwa.” Tiba2 saja aku memeluknya dan dia pun tak menolak hal itu. Sadar, aku melepaskan pelukanku. “Ah, mianhaeyo~, aku tak bermaksud…”
“Gwaenchana Youngmin, aku pulang dulu.”
Aku hanya terdiam melihat dia pergi. Kang Jihwa, tahukah kau, mulai saat ini, aku jatuh cinta padamu. Aku harus bisa bicara padanya tentang perasaanku…
***
Ini hari terakhir Jihwa mengajar di sekolah ini. Entah kenapa sejak saat itu, sejak hari hujan bersama Jihwa aku jadi bersemangat masuk sekolah. Tapi aku hanya menikmati pelajaran bahasa inggris yang di ajar Jihwa.
“Good afternoon class, ok, I think this is the last day we study together… saya tidak akan mengajar materi, hanya saja kita sharing2 mengenai experience for this week, setuju?” seperti biasa Jihwa memasuki kelas dengan ceria.
“Setuju mam…” semua bersorak serentak. Aku pun ikut bersorak. Tidak biasanya.
“Yak, mulai dari Minhwa, Riyoung, Hyejin, Haneun dst…”
Aku melihat banyak yang menyukai Jihwa, baik dari kecerdasannya, cara mengajarnya, bahkan sifatnya. Aku pun tidak bisa menolak, semua yang dikatakan murid di sini memang benar.
“Yak, Youngmin. You turn…tell me what u feel for this week.”
“Me? I got new experience, new lesson, new….”
“Then? Continue…”
“I think enough, mam…”
“Ok Youngmin. Thank you, last, Minwoo.”
“Of course, new lesson, new experience, and new teacher.’
Semua murid di kelas tertawa mendengar jawaban polos Minwoo. Aku pun ikut tersenyum. Minwoo, kau benar, aku pun mendapat guru baru dan cinta baru. Itu berkat kau seongsangnim.
“Ok, sekarang gilliran saya, tahukah kalian,seminggu disini terasa begitu cepat, saya senang mendapat murid seperti kalian, seperti mendapat teman sebay, ehm mungkin karena factor umur. Selain itu, kalia menyenangkan. Dan last of  all, terima kasih sudah memberi saya kesempatan mengajar kalian. Sampai jumpa lagi. good bye and keep spirit!!”
“Nae seongsangnim. Gamsamnida.”
Pelajaran berakhir. Ini pelajan terakhir hari ini. Aku sadar aku tak mau berpisah dengan Jihwa. Aku harus mengungkapakan perasaanku. Aku tidak mau berakhir seperti ini. aku menunggu sampai sekolah sepi. Setelah sepi, aku mencari Jihwa di ruang guru. Tidak ada. Aku mengelilingi sekolah, dan Jihwa masih belum terlihat.
“Aish, apa Tuhan mengaturku untuk berpisah dengannya seperti ini?” aku menggerutu. Tapi aku tak mau menyerah. Tuhan, kalau memang kau mengaturku untuk berpisah dengannya, aku minta maaf, aku kan melanggar aturan itu.
“Jihwa seongsangnim. Kang Jihwa… dimana kau..?” aku berteriak di sekolah yang sepi seperti orang gila.
“Ah mungkin dia sudah pergi. Mungkin kali ini aku harus menurut aturan.”
“Nae, tentu kau harus menurut aturan. Tapai kenapa harus berteriak2 seperti itu?”
“Jihwa?” aku senang masih bisa bertemu dengannya. “Kau masih disini? Aku mencarimu dari tadi.”
“Iya, aku masih ingin disini sebentar lagi. menikmati suasana sekolah ini. Kau ini berteriak seperti itu, tidak takut disangka orang gila?”
“Aku tak peduli, dengarkan aku Jihwa. Aku… aku menyukaimu. Sejak hari itu, harki dimana kita menikmati hujan disini. Aku tak peduli orang akan menganggap apa hubungan kita. Aku tak peduli statusmu yang guru dan aku yang murid…”
“Stop…” Jihwa menaruh telunjuknya dibibirku. “ Kau ini ya… cerewet sekali. Bisa tidak sih ngomong pelan2 Youngmin?”
“Ah, mianhae. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku, mungkin aku terbawa suasana.”
“Arasseo.”
“Jadi? Kau mau menerima perasaanku atau tidak?”
“Entahlah, menurutmu?”
“Ya~ jangan membuatku bingung, Jihwa.”
“Hahaha, wajahmu lucu sekali Youngmin. Nae, aku juga menyukaimu, mungkin aku lebih dulu menyukaimu.”
“Jinjja? Jadi kau mau menerimaku? Kau mau jadi yeojachinguku?”
“Yeoja chingu? Kau tidak malu punya yeoja seperti aku yang bisa dibilang lebih tua darimu?”
“Siapa bilang kau lebih tua? Bukankah umur kita sama2 17 tahun?”
“Memang, tapi statusku guru dan kau murid, kau tidak malu?”
“Sudah kubilang kan tadi, aku tidak peduli. Aku rasa Tuhan tidak memberikan aturannya dalam hal ini. Lagipula kau tidak mengajar lagi disini. Benarkan?”
“yah memang benar, tapi meskipun kita tidak bersama di sekolah ini, tapi kita bisa jalan di luar sana. Baiklah, mulai sekarang aku jadi yeoja chingumu.”
“Jinjja? Gumawo, aku senang punya yeoja sepertimu, pintar, cerdas, dan guru pula, kau yang mengajariku bahwa hidup memang bebas, tapi teratur. Benarkan kan seongsangnim.”
“Nae muridku yang baik….”
“Mam, I LOVE YOU!”
“I LOVE YOU TOO.”
Kami saling melempar senyum. Selanjutnya aku menggandeng tangannya. Aku memutuskan menemaninya berkeliling menikmati sekolah sebelum pulang Terimakasih seongsangnim. Kau datang dan mengarahkanku. Termakasih mengajariku, terimakasih memberiku cinta…
END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar