Title:
Heart Locker
Author: saya sendiri dongs..Rina
Nuna a.k.a _rinWoo
Main cast: Saya sendiri a.k.a Shin
Riyoung, Jo Kwangmin, Jo Youngmin
Other cast: Kim Donghyun, Lee
Jeongmin, Shim Hyunseong
Genre: Sad Romance
Rating: semua umur, tapi habis
baca jangan gorok saya ya? kekeke
Riyoung POV
“Riyoung-ah..”
“Nae Kwangmin-ah. Kenapa kau
aneh sekali?”
“Ani… nan.. naneun jeohahae..
Would u be my girlfriend?”
Kwangmin menyerahkan sebuah
boneka Pikachu. Dia, dia menyukaiku? Jinjja? Aku masih belum percaya. Kwangmin
namja paling popular di sekolah. Tapi dia menyukai yeoja biasa sepertiku. Aku
pasti bermimpi. Tapi ini terlalu nyata.
“Ah, ee, Kwangmin-ah, apa kau
bersungguh-sungguh?”
“Tentu Riyoung-ah. Aku
menyukaimu sejak dulu, sejak ospek SMA kita setahun lalu dan kita dihukum
bersama-sama.”
“Jinjja? Kau masih ingat
ternyata.”
“Jadi, bagaimana? Mau menerimaku
sebagai namjachingumu?”
“Kau terlalu sempurna
Kwangmin-ah, terlalu baik untuk jadi namjachinguku”
“Ah, sudah kuduga, kau pasti
menolakku. Mianhae Riyoung-ah, tapi aku lega mengungkapkan perasaanku. Semoga
hal ini tidak mengganggumu.”
“Ani, Kwangmin-ah. Aku… nado
jeohahae. Aku mau jadi yeojachingumu.”
“Jinjja? Gumawo Riyoung-ah.”
Kwangmin mendekat lalu memelukku (enak enak, anget *digorok reader*) “Riyoung-ah,
aku masuk dulu. Sampai ketemu nanti.”
Kwangmin tersenyum manis lalu
pergi ke kelasnya. Ah, boneka Pikachu ini. Apa dia ingin aku menyimpannya.
Baiklah, aku bawa saja.
Author POV
Bel berbunyi. Riyoung
cepat-cepat pulang kerumahnya. Hari ini dia ada les piano. Karena buru-buru,
dia tidak sadar bahwa boneka Pikachu pemberian Kwangmin tertinggal diatas meja.
Ketika akan memasukkan ke tasnya, boneka tersebut terjatuh. Kwangmin yang lewat
melihatnya kemudian mengambilnya.
“Ah, ini kan boneka yang tadi
kuberikan pada Riyoung. Dia menerima, tapi kenapa tertinggal. Ehm, mungkin
terjatuh. Aku harus mengejarnya, pasti dia belum jauh.”
Kwangmin berlari keluar gerbang
mengejar Riyoung. Tapi Riyoung tidak terlihat. Diapun tetap mencari. Sampai
akhirnya Kwangmin menemukan Riyoung. Dia sedang menyeberang jalan. Kwangmin
berlari menyusulnya.
“Riyoung-ah.. Tunggu..”
Riyoung yang sudah berada di
seberang jalan mendengar panggilan Kwangmin. Dia menoleh kearah kwangmin yang
tengah berlari menyeberang jalan. Dia melihat Pikachu di tangan Kwangmin.
Sedetik kemudian…
Tiiiinnnn….. Braaakkkk…..
“Andwaeeeee… Kwangmin-ah!!!!”
Kwangmin yang menyeberang jalan
tidak melihat sebuah truk yang sedang berjalan dengan cepat dari arah kanan.
Dia tertabrak truk tersebut. Seluruh baju seragam putihnya berubah merah.
Pikachu yang dia pegang terlempar di samping tubuh Kwangmin. Riyoung yang
melihat kejadian itu langsung mendekati TKP. Air matanya mengalir deras. Ketika
melihat tubuh Kwangmin yang bersimbah darah, kakinya tak sanggup menopang, dia
ambruk.
“Kwangmin-ah, ireona.. ireona
Kwangmin-ah!!! Andwae Kwangmin-ah.. Kwangmin-ah!!
Kwangmin dilarikan ke rumah
sakit. Riyoung yang mengantarnya. Kwangmin masuk ke ruang UGD. Riyoung hanya
menangis dan menangis sambil memegang boneka Pikachu yang terkena bercak darah
itu.
Riyoung POV
“semua ini salahku, salahku.”
Aku bodoh. Kenapa aku harus
meninggalkan boneka ini. Kwangmin jadi seperti ini. Aku tidak bisa membayangkan
kalau terjadi sesuatu pada Kwangmin.
“Kwangmin-ah, mianhae..
mianhae.. Aku mohon kau harus bangun”
Aku menangis. Aku tak bisa
berhenti. Kumohon Tuhan, jangan sampai terjadi hal yang buruk pada Kwangmin.
Sesaat kemudian kulihat dokter keluar dari ruang dimana Kwangmin berada.
“Dokter, bagaimana keadaan
Kwangmin? Dia baik-baik saja kan? Dia bisa bangun kan dok?”
“Anda siapa? Keluarganya?”
“Animnida, saya Shin Riyoung,
teman Kwangmin. Keluarganya sedang dalam perjalanan kemari dok. Ada apa dengan
Kwangmin?”
“Jeosonghamnida, Kwangmin..
dia.. tidak bisa diselamatkan. Darahnya terlalu banyak keluar. Jeosonghamnida
nona Riyoung.”
“Andwae, tidak mungkin dok.
Dokter pasti bercanda.”
Aku tidak percaya apa yang
dikatakan dokter. Tidak mungkin Kwangmin pergi. Dia pasti mengerjaiku. Aku tahu
itu. Dia pasti sedang tertawa di dalam karena berhasil mengerjaiku. Aku
melangkahkan kakiku ke ruang itu. Berat sekali rasanya. Aku membuka pintu
ruangan itu.
“Kwangmin-ah, kau jangan
bercanda. Ayo bangun, jangan bersembunyi”
Kata-kataku meluncur begitu
saja. Aku terisak. Disitu hanya ada satu tubuh. Tertutup kain putih seluruhnya.
(gag bisa bayangin,,naujubillah deh)
“Andwae, ini pasti bukan
Kwangmin. Kwangmin-ah, ayo keluar. Jangan sembunyi.” Suaraku terdengar
menyedihkan di ruangan yang sepi itu.
“Kwangmin-ah.”
Kubuka kain penutup itu. Ah,
kakiku tak kuat menopang tubuhku. Aku masih tak percaya. Benarkah ini tubuh
Kwangmin. Sakit sekali rasanya, hatiku sakit sekali. Kwangmin terbaring pucat.
Air mataku sudah tak terbendung lagi. Aku menangis sejadi-jadinya.
“Kwangmin-ah, ireona. Ireona
Kwangmin-ah. Kau harus bangun. Kau tidak boleh pergi. Kau tidak boleh
meninggalkanku. Kwangmin-ah”
Tangisku memecah keheningan
ruangan itu. Kemudian, aku merasa tak kuat lagi. Gelap.
“Riyoung-ah. Saranghae..”
“Nado saranghae. Kau harus selalu di sisiku, jangan pernah pergi.
Arasseo?”
“Nae, aku akan selalu disisimu.”
Tapi kenapa Kwangmin semakin mennjauh. Bukankah dia akan selalu
disisiku? Senyumnya semakin jauh.
“Kwangmin-ah… Eodisseo? Kwangmin-ah, jangan pergi. Kwangmin-ah!!”
“Riyoung-ah, ireona”
“Ahjumma, dimana aku?”
“Kau dirumah kami sayang. Ini
kamar Kwangmin. Kau pingsan sejak kemarin.”
“Jinjja? Ahjumma, Kwangmin
dimana? Dia baik-baik saja kan?”
“Riyoung-ah, Kwangmin. Dia sudah
dimakamkan tadi pagi.”
Aku menangis lagi. Entah berapa
kali. Rasanya sudah tidak ada lagi air mata yang bisa keluar. Ini kamar
Kwangmin, harum. Aku menyadarkan diriku dan mengusap air mataku. Kutelusuri
tiap inchi jejaknya disini. Dimeja belajarnya yang rapi, aku melihat sebuah
pigura kecil. Itu foto kami berdua, ketika ospek.
“Kwangmin-ah,
mianhae…mianhae.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar