KISS ME, MY BESTFRIEND

Selasa, 27 September 2011

FF HEART LOCKER PART 1


Title: Heart Locker
Author: saya sendiri dongs..Rina Nuna a.k.a _rinWoo
Main cast: Saya sendiri a.k.a Shin Riyoung, Jo Kwangmin, Jo Youngmin
Other cast: Kim Donghyun, Lee Jeongmin, Shim Hyunseong
Genre: Sad Romance
Rating: semua umur, tapi habis baca jangan gorok saya ya? kekeke


Riyoung POV
“Riyoung-ah..”
“Nae Kwangmin-ah. Kenapa kau aneh sekali?”
“Ani… nan.. naneun jeohahae.. Would u be my girlfriend?”
Kwangmin menyerahkan sebuah boneka Pikachu. Dia, dia menyukaiku? Jinjja? Aku masih belum percaya. Kwangmin namja paling popular di sekolah. Tapi dia menyukai yeoja biasa sepertiku. Aku pasti bermimpi. Tapi ini terlalu nyata.
“Ah, ee, Kwangmin-ah, apa kau bersungguh-sungguh?”
“Tentu Riyoung-ah. Aku menyukaimu sejak dulu, sejak ospek SMA kita setahun lalu dan kita dihukum bersama-sama.”
“Jinjja? Kau masih ingat ternyata.”
“Jadi, bagaimana? Mau menerimaku sebagai namjachingumu?”
“Kau terlalu sempurna Kwangmin-ah, terlalu baik untuk jadi namjachinguku”
“Ah, sudah kuduga, kau pasti menolakku. Mianhae Riyoung-ah, tapi aku lega mengungkapkan perasaanku. Semoga hal ini tidak mengganggumu.”
“Ani, Kwangmin-ah. Aku… nado jeohahae. Aku mau jadi yeojachingumu.”
“Jinjja? Gumawo Riyoung-ah.” Kwangmin mendekat lalu memelukku (enak enak, anget *digorok reader*) “Riyoung-ah, aku masuk dulu. Sampai ketemu nanti.”
Kwangmin tersenyum manis lalu pergi ke kelasnya. Ah, boneka Pikachu ini. Apa dia ingin aku menyimpannya. Baiklah, aku bawa saja.
Author POV
Bel berbunyi. Riyoung cepat-cepat pulang kerumahnya. Hari ini dia ada les piano. Karena buru-buru, dia tidak sadar bahwa boneka Pikachu pemberian Kwangmin tertinggal diatas meja. Ketika akan memasukkan ke tasnya, boneka tersebut terjatuh. Kwangmin yang lewat melihatnya kemudian mengambilnya.
“Ah, ini kan boneka yang tadi kuberikan pada Riyoung. Dia menerima, tapi kenapa tertinggal. Ehm, mungkin terjatuh. Aku harus mengejarnya, pasti dia belum jauh.”
Kwangmin berlari keluar gerbang mengejar Riyoung. Tapi Riyoung tidak terlihat. Diapun tetap mencari. Sampai akhirnya Kwangmin menemukan Riyoung. Dia sedang menyeberang jalan. Kwangmin berlari menyusulnya.
“Riyoung-ah.. Tunggu..”
Riyoung yang sudah berada di seberang jalan mendengar panggilan Kwangmin. Dia menoleh kearah kwangmin yang tengah berlari menyeberang jalan. Dia melihat Pikachu di tangan Kwangmin. Sedetik kemudian…
Tiiiinnnn….. Braaakkkk…..
“Andwaeeeee… Kwangmin-ah!!!!”
Kwangmin yang menyeberang jalan tidak melihat sebuah truk yang sedang berjalan dengan cepat dari arah kanan. Dia tertabrak truk tersebut. Seluruh baju seragam putihnya berubah merah. Pikachu yang dia pegang terlempar di samping tubuh Kwangmin. Riyoung yang melihat kejadian itu langsung mendekati TKP. Air matanya mengalir deras. Ketika melihat tubuh Kwangmin yang bersimbah darah, kakinya tak sanggup menopang, dia ambruk.
“Kwangmin-ah, ireona.. ireona Kwangmin-ah!!! Andwae Kwangmin-ah.. Kwangmin-ah!!
Kwangmin dilarikan ke rumah sakit. Riyoung yang mengantarnya. Kwangmin masuk ke ruang UGD. Riyoung hanya menangis dan menangis sambil memegang boneka Pikachu yang terkena bercak darah itu.
Riyoung POV
“semua ini salahku, salahku.”
Aku bodoh. Kenapa aku harus meninggalkan boneka ini. Kwangmin jadi seperti ini. Aku tidak bisa membayangkan kalau terjadi sesuatu pada Kwangmin.
“Kwangmin-ah, mianhae.. mianhae.. Aku mohon kau harus bangun”
Aku menangis. Aku tak bisa berhenti. Kumohon Tuhan, jangan sampai terjadi hal yang buruk pada Kwangmin. Sesaat kemudian kulihat dokter keluar dari ruang dimana Kwangmin berada.
“Dokter, bagaimana keadaan Kwangmin? Dia baik-baik saja kan? Dia bisa bangun kan dok?”
“Anda siapa? Keluarganya?”
“Animnida, saya Shin Riyoung, teman Kwangmin. Keluarganya sedang dalam perjalanan kemari dok. Ada apa dengan Kwangmin?”
“Jeosonghamnida, Kwangmin.. dia.. tidak bisa diselamatkan. Darahnya terlalu banyak keluar. Jeosonghamnida nona Riyoung.”
“Andwae, tidak mungkin dok. Dokter pasti bercanda.”
Aku tidak percaya apa yang dikatakan dokter. Tidak mungkin Kwangmin pergi. Dia pasti mengerjaiku. Aku tahu itu. Dia pasti sedang tertawa di dalam karena berhasil mengerjaiku. Aku melangkahkan kakiku ke ruang itu. Berat sekali rasanya. Aku membuka pintu ruangan itu.
“Kwangmin-ah, kau jangan bercanda. Ayo bangun, jangan bersembunyi”
Kata-kataku meluncur begitu saja. Aku terisak. Disitu hanya ada satu tubuh. Tertutup kain putih seluruhnya. (gag bisa bayangin,,naujubillah deh)
“Andwae, ini pasti bukan Kwangmin. Kwangmin-ah, ayo keluar. Jangan sembunyi.” Suaraku terdengar menyedihkan di ruangan yang sepi itu.
“Kwangmin-ah.”
Kubuka kain penutup itu. Ah, kakiku tak kuat menopang tubuhku. Aku masih tak percaya. Benarkah ini tubuh Kwangmin. Sakit sekali rasanya, hatiku sakit sekali. Kwangmin terbaring pucat. Air mataku sudah tak terbendung lagi. Aku menangis sejadi-jadinya.
“Kwangmin-ah, ireona. Ireona Kwangmin-ah. Kau harus bangun. Kau tidak boleh pergi. Kau tidak boleh meninggalkanku. Kwangmin-ah”
Tangisku memecah keheningan ruangan itu. Kemudian, aku merasa tak kuat lagi. Gelap.
“Riyoung-ah. Saranghae..”
“Nado saranghae. Kau harus selalu di sisiku, jangan pernah pergi. Arasseo?”
“Nae, aku akan selalu disisimu.”
Tapi kenapa Kwangmin semakin mennjauh. Bukankah dia akan selalu disisiku? Senyumnya semakin jauh.
“Kwangmin-ah… Eodisseo? Kwangmin-ah, jangan pergi. Kwangmin-ah!!”
“Riyoung-ah, ireona”
“Ahjumma, dimana aku?”
“Kau dirumah kami sayang. Ini kamar Kwangmin. Kau pingsan sejak kemarin.”
“Jinjja? Ahjumma, Kwangmin dimana? Dia baik-baik saja kan?”
“Riyoung-ah, Kwangmin. Dia sudah dimakamkan tadi pagi.”
Aku menangis lagi. Entah berapa kali. Rasanya sudah tidak ada lagi air mata yang bisa keluar. Ini kamar Kwangmin, harum. Aku menyadarkan diriku dan mengusap air mataku. Kutelusuri tiap inchi jejaknya disini. Dimeja belajarnya yang rapi, aku melihat sebuah pigura kecil. Itu foto kami berdua, ketika ospek.
“Kwangmin-ah, mianhae…mianhae.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar