KISS ME, MY BESTFRIEND

Sabtu, 01 Oktober 2011

FF UNCONDITIONAL LOVE

Title: UNCONDITIONAL LOVE
Author: saya sendiri dongs...
Main cast: No Minwoo, Kim Donghyun
Genre: sekali lagi, yaoi romance gaje
Rating: remaja menjelang dewasa (?)

Assalmualaikum Wr. Wb. Jamaah, oh jamaah, alhamdu…lillah yah~
Ini FF saya yg kesekian, dan sekali lagi saya ambil tema yaoi dan romance, entah karena otak saya yang ga bener gr2 somplak ato karena kebanyakan nnton film roman ato DongWoonya aja yang terlalu mesra? Entahlah, sekian lama berpikir jawabannya kagak ketemu2 juga = =.  Jadi, intinya, yang mau baca silahkan, yang ga mau jg gpp, remove aja tagnya.
PERINGATAN: siapakan obat anti mabuk ketika membaca karena saya yakin anda akan mengalami pusing, mual dan rasa enek yang berlebihan. So daripada kelamaan gr2 author keanyakan nyrocos, chek this one!!!



Minwoo POV

“Ehm, segar sekali udara di sini. Rasanya aku tidak mau beranjak dari tempat ini.”
Sebuah pohon sakura kecil yang tengah bersemi di tepi danau. Tempat yang sangat indah dan menenangkan. Aku  menyandarkan tubuh kecilku di pohon itu. Ketika itu hari sudah terlalu sore.
Kudengar ada orang datang. Entahlah, aku hanya ingin menenggelamkan diriku dalam lamunanku. Namun karena langkah kaki itu terdengar semakin dekat, aku menoleh ke belakang, asal suara2 itu.
“Tidak ada siapa2.” Aku melanjutkan lamunanku. Dan tanpa sadar aku pun terlelap bersandar di pohon sakura ini.

Donghyun POV

Aku berjalan menuju tepi danau. Aku melihat sebuah pohon sakura. Aku memutuskan melangkahkan kakiku ke pohon itu. Kuambil sebuah kerikil dan kulempar kea rah danau.
“Aaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrggggggghhhhhhhhhhh…..” aku berteriak sekencang2nya. Aku ingin meluapkan emosi selama ini. Tanpa sadar, dari mataku meleleh cairan yang mengalir pelan dipipiku.
“Bora, tahukah kau. Aku begitu membutuhkanmu saat ini. Kenapa secepat ini?”
Air mata yang sebelumnya mengalir pelan, kini berubah menjadi tangis. Sesak yang di dadaku begitu terasa menyakitkan
“Aku merindukanmu, Bora. Apa kau mendengarku?”
“Mmmmhhhh…” ada suara? Suara manusia. Aku menghapus air mataku. Ketika aku berbalik, kudapati seorang namja bertubuh mungil sedang menguap dan mengusap2 matanya. Apa dia mendengarku tadi?
 “Kau menguping?” kata2ku terdengar marah saat ini.
“Ah, eh, mi..mianhaeyo. aku tidak tahu apa2, sejak tadi aku tertidur di sini.” Wajah anak itu ketakutan. Dia menunduk dan tangannya melingkarkan jari2nya. Mungkin aku terlalu berlebihan.
“Sudahlah, sedang apa kau disini?” aku ikut duduk di sampingnya. Ternyata danau ini sangat nyaman. Tenang.
“Setiap hari aku kesini. Kalau suasana hatiku buruk, aku akan berteriak sekencangnya dan meluapkan segalanya. Ah, setelah itu perasaanku lega. Sepertinya kau juga harus melakukan itu…”
“Diam. Kau cerewet sekali.”
“Mianhaeyo.”
“Aku sudah melakukannya. Setidaknya perasaanku sedikit lebih ringan.” Harus kuakui, perasaanku lebih lega sekarang.
Aku menyandarkan punggungku di pohon sakura itu. Sejuk sekali.
“Ah, boleh kupanggil kau Hyung? Sepertinya kau lebih tua dariku.”
“Terserah kau saja. Kau memang seperti anak kecil.”
“Ah, siapa nama Hyung?”
“Kim Donghyun. Kenapa kau mau tahu namaku.”
“Aniyo~, hanya ingin tahu saja. Aku Kim Minwoo. Senang bertemu denganmu Hyung.”
“Hm…” aku mencoba memejamkan mataku. Anak yang bernama Minwoo itu terdiam. Kecerewetannya lenyap. Baguslah.
“Hyung… Hyung lelah?”
“Lebih dari  sekedar lelah. Karena dia sudah tidak ada di sini.” Ah, kenapa aku ini? Minwoo bukan siapa2, tapi kenapa aku berbicara padanya seolah dia telah lama kukenal. Sudahlah.
“Dia? Siapa dia Hyung?”
“Dia kekasihku, Yoon Bora. Aku sangat mencintainya. Sampai akhirnya kini dia pergi meninggalkanku.” aku membuka mata dan tak lagi bersandar di pohon. Kini mataku meberawang jauh kearah danau.
“Ah, mianhaeyo Hyung. Aku tidak bermaksud…”
“Tak apa… hanya saja aku merindukannya.”

Minwoo POV

“Dia kekasihku, Yoon Bora. Aku sangat mencintainya. Sampai akhirnya kini dia pergi meninggalkanku.” wajah Donghyun Hyung terlihat begitu sedih. Kini pandangannya kosong dan menerawang jauh. Aku merasa bersalah.
“Ah, mianhaeyo Hyung. Aku tidak bermaksud…”
“Tak apa… hanya saja aku merindukannya.”
Entah kenapa. Aku ingin sekali menghiburnya. Perasaanku terasa sakit ketika melihatnya seperti itu. Ya, meskipun kami baru bertemu, aku merasa sangat dekat dengannya
“Hyung menangis?”
Donghyun Hyung tidak mebalas pertanyaanku. Tapi aku tahu, perasaanya sedang terkoyak. Aku ingin menguatkannya. Sesaat kemudian aku melihat setitik air keluar dari kelopak matanya.
“Hyung…” aku memegang pundaknya. Kini dia tertunduk. Aku beralih ke hadapannya. Entah yang kulakukan ini benar atau tidak. Aku hanya tidak ingin dia bersedih.
“Hyung, menangislah.” Kurengkuh tubuhnya yang kekar kedalam dekapan kecilku. Aku hanya berharap itu cukup menguatkannya saat ini.
Donghyun POV
Perasaanku semakin sakit mengingat. Hatiku berkecamuk hebat. Aku tak kuat lagi
“Hyung…” Minwoo memegang pundakku. Aku hanya tertunduk ketika air mataku kembali mengalir. Tiba2 saja Minwoo berada dihadapanku.
“Hyung, menangislah.” Lalu tubuh kecilnya mendekapku. Saat itu aku hanya merasa, tubuh kecil inilah tempatku bersandar. Aku menangis. Aku tak peduli malu atau apapun. Hanya ingin meluapkan perasaanku saja di pelukan Minwoo.
Satu menit, dua menit, tiga menit aku menangis. Tapi sedikitpun Minwoo melonggarkan dekapan tubuhnya. Aku merasa lebih baik sekarang kulepas pelukannya.
“Maaf…”
“Gwaencahana Hyung. Perasaanmu sudah membaik?”
“Aku rasa begitu. Terima kasih Minwoo.”
“Tidak perlu Hyung. Kalau perasaanmu sedang tak enak, kau bisa datang padaku. Aku akan selalu menghibur dan menguatkanmu.” Terkembang senyum kecil di wajahnya. Deg… jantungku serasa berhenti berdetak.
“Hyung… kau kenapa? Kau baik2 saja kan?” dia memegang wajahku yang terlalu terpaku menatap wajah dan senyum mungilnya. Aku menepis tangannya dan kini menggenggamnya.
“Minwoo… kau…” aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Namun samar2 dibelakangnya aku melihat sosok Bora tersenyum padaku. Bora. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan. Namun aku mendengar seolah2 Bora berkata “Lakukanlah Donghyun, jika membuatmu lebih baik.” Semakin lama, beyangan Bora menghilang dari pandanganku
Aku hanya tersenyum simpul. Kualihkan pandanganku pada tatapan polos Minwoo. Aku merasa dia malaikatku saat ini. 5 cm, 3 cm, semakin dekat wajahku ke wajahnya. Ketika bibir kami bersentuhan Minwoo tidak menolak. Kami menikmatinya.
1 menit, 2 menit semakin lama bibir kami tidak hanya bersentuhan namun kini saling melumat. Semakin dalam. Kuhabisi bibir mungil Minwoo yang saaat ini benar2 menggodaku. Dia bukan hanya diam, tapi ikut membalas. Sampai akhirnya nafas kami tak kuasa lagi berhembus, kuhentikan adegan itu. Kupalingkan wajahku.
“Hyung… kau..” Minwoo mengarakan tatapannya yang menyelidik.
“Mianhae Minwoo, aku hanya terbawa emosi. Lupakan kejadian tadi.”
“Tidak bisa begitu, Hyung. Kau sudah…”
“Lupakan saja!” Aku memotong pembicaraanya dan membentaknya. Kenapa denganku. Kenapa aku harus membentaknya.
“Aku pergi.” Tiba2 Minwoo berdiri dan berlari pergi meninggalkanku. aku mengejarnya.
“Minwoo, cakkaman. Tunggu dulu. Aku tidak bermaksud begitu.”
“Kau ingin aku melupakannya kan? Baiklah, akan kulupakan.”
“Dengarkan aku dulu.” Aku berhasil meraih tangannya. Kuhadapkan padaku tubuh mungilnya dengan paksa.
“Lepaskan Hyung.”
“Dengarkan aku dulu.”
“Apalagi? Kau mau bilang kalau kau menciumku karena emosi? Karena kau menganggapku kekasihmu yang sudah pergi itu hah? Atau karena kau mau mempermainkanku?”
“Tidak. Aku melakukannya karena keinginanku. Aku memang menginginkannya. Aku hanya…entah kenapa mulai saat itu aku benar2 merasa membutuhkanmu, Minwoo.”
Minwoo hanya tertunduk lesu. Dia diam setelah mendengar pengakuanku. Aku memegang kedua pipinya dan mendongakkan wajahnya.
“Minwoo, kau benar2 membenciku?”
“Ah, eh…” Minwoo hanya memalingkan wajahnya yang kini terlihat sangat manis bagiku. Pipinya bersemu merah.
“Minwoo, jangan memalingkan wajahmu. Lihat aku. Apa kau benar membenciku karena kejadian tadi?”
“A…ani Hyung. Aku… aku…”
“Katakan Minwoo.”
“Aku menyukainya Hyung.” Kini kuperdalam tatapanku padanya. Kulihat pipinya bersemu merah. Aegyo sekali. Kucubit hidungnya yang besar dan mancung itu.
“Akupun begitu, Minwoo.” Aku memberikan senyumanku padanya. Dia pun ikut menyembulkan senyum dari bibirnya. Ah, rasanya ingin kulumat lagi bibir itu. Donghyun, sadarlah. Otakmu sudah tidak waras sepertinya.
“Ah, tapi Hyung. Kau tahu kita baru bertemu kan?”
“Lalu?”
“Kau bilang kau menyukainya. Sedangkan kita baru kenal.”
“Apa kau tidak suka?”
“Ani, aku menyukai Hyung, aku nyaman bersamamu, meskipun kita baru bertemu beberapa saat lalu.”
“Lalu kau masih keberatan? Aku juga ingin bersamamu dan aku merasa perasaanku lebih baik jika bersamamu. Kau masih ragu?”
“Tidak, tapi orang lain akan menganggap kita …”
“Aku tidak peduli. Ini hidupku.”
“Baiklah Hyung.” Ah anak ini, senyumnya membuatku akan berhenti bernafas,
“Sudahlah, kajja kita pergi. Ku antar kau pulang.”
Aku menggenggam tangannya dan menariknya menuju mobil. Sepanjang perjalanan kami hanya diam saja. Kusetir mobilku hanya dengan satu tangan, tanganku yang lain menggenggam tangan mungil seseorang yang saat ini malaikat bagiku. Sampai di depan rumahnya. Terlihat sepi.
“Hyung, ayo masuk.” Minwoo menarik tanganku dan keluar dari mobil.
“Tidak, aku mengantarmu sampai gerbang sini saja. Nanti keluargamu…”
“Aku tinggal sendiri kok. Ayo masuk.” Dia nekad menarik tanganku. Tapi aku menahannya.
“Besok kita masih bisa ketemu lagi. sekarang kau masuklah, udara  mulai dingin.” Aku mengecup keningnya dan kembali ke mobil. Namun ketika kubuka pintu mobilku, terasa hangat di punggungku. Tubuh Minwoo sudah merangkuh erat dari belakang. Anak ini.
“Hyung, kajima. Temani aku malam ini saja. Aku ingin bersamamu.”
“Minwoo, aku harus…”
“Tidak mau, jebal Hyung.” Dia semakin mengeratkan pelukannya. Sepertinya pertahananku roboh karena sikap manjanya.
“Baiklah, kajja. Kita masuk kedalam.”
Minwoo menuntunku masuk ke dalam rumahnya. Dia membuatkanku secamgkir cappuccino hangat. Udara memang dingin. Api unggun dinyalakan, dan kami duduk didepannya agar terasa hangat.
“Hyung tidak kedinginan? Ini selimut.” Dia menyodorkan selimut yang dari tadi dipakainya.
“Kau saja yang pakai. Tubuhmu kecil, jadi gampang terserang dingin.” Kupakaikan selimut itu ketubuhnya.
“Kalau begitu kita pakai berdua.”
“Baiklah kalau begitu.” Aku menuruti katanya. Kami berdua diselubungi satu selimut. Ketika bersentuhan dengannya, kurasakan kulitnya begitu dingin.
“Minwoo, kau dingin sekali.” Spontan aku mendekap tubuh kecilnya. Kupeluk tubuhnya dari belakang.
“Donghyun Hyung, gomapta.”
Aku semakin mengeratkan pelukanku. Entah kenapa aku begitu merasa nyaman dengannya dan sangat menyayanginya.
“Hyung, aku menyayangimu.”
“Aku tahu itu.” Kami menikmati malam itu dengan kesunyian. Tanpa pembicaraan lain lagi. Minwoo terlelap dipelukanku. Kuelus rambutnya lalu kukecup puncak kepalanya. Setelah itu pun, kesadaraanku tenggelam dalam mimpi bersama malaikat kecil yang tengah kudekap.

END
NB: Bagaimana? Beneran mual? Hahaha…mianhada kalo notenya cuman menuh2in notif. Boleh dibuang kok. Hohoho…
Kalo jelek, saya kapok bikin yaoi, gag cocok buat saya genrenya, hahaha...
Sekian dari saya, jamaah oh jamaah alhamdu…lillah yah~
Wassalam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar