Title: LONG TIME
LOVE
Author: Rina Noona
Main cast: Park Hyejin, Lee
Jeongmin
Other cast: Shin Yongjin, No
Minwoo, Yoon Jihyun
Genre: Romance (mungkin)
Rating: 13+ (ngarang sendiri
ratingnya)
Hyejin POV
“Kyaaaa…
Jeongmin, Minwoo…!!”
Aish teriakan
itu lagi. Kenapa sih mereka? Seperti orang kurang kerjaan saja.
“Minwoo, kau mau
menerima ini dariku” mohon seorang yeoja pada namja berwajah imut bernama Minwoo
itu.
“Geurae, aku
senang sekali menerimanya. Gumawo.” Dia menerima hadiah itu sambil ber-wink
ria. Aish, orang itu sungguh menyebalkan. Kemudian seorang yeoja mengacungkan
bungkusannya pada namja yang satu lagi.
“Jeongmin, kau
mau menerima juga kan hadiah dariku?”
“Tentu saja,
gumawo.”
Aish, pipi yeoja
itu dicium Jeongmin. Huh… dasar namja playboy. Aku benci dua orang itu.
Sebenarnya bukan benci. Tapi aku cemburu. Ya tepat sekali. Aku suka pada
Jeongmin sejak dulu, tapi tak bisa melakukan apapun seperti para yeoja itu. Aku
terlanjur sakit hati mengingat kejadian dulu.
“Hyejin, kau
melamun lagi?”
“Ya~ Yongjin,
kau mengagetkanku.”
“Ah, arasseo.
Kau bukan melamun, tapi kau memperhatikan Jeongmin kan?”
“Aniii, ngapain
aku memperhatikan namja playboy seperti 2 orang di sana itu?”
“Ssstttt,
bicaramu keras sekali. Mereka dengar nanti.”
“Biar saja
mereka dengar, dasar 2 namja playboy.”
Kata2ku kali ini
benar2 benar keras. Astaga. Apa yang kukatakan? Aku mengatupkan mulutku dan
membungkamnya dengan tanganku. Kulihat wajah Yongjin panic. Kulirik ke arah Minwoo
dan Jeongmin. Mereka menatap curiga ke arahku dan mulai berjalan kemari.
“Ige mwoya?
Eottoke Yongjin? Mereka pasti dengar kata2ku barusan.”
“Kau ini Hyejin,
makanya jangan bicara sembarangan.”
Jeongmin POV
“Biar saja
mereka dengar, dasar 2 namja playboy.”
Apa yang
kudengar barusan? Playboy? Aku dan Minwoo? Siapa yang berani mengatai kami
seperti itu. Aku melihat ke kelas 3-1. Dua yeoja berdiri menatap kami. Yang
satu membungkam mulutnya.
“Ah, jadi dia
yang mengatai kita Minwoo. Bagaimana menurutmu?”
“Mereka? Yongjin
dan Hyejin. Sudahlah kita datangi saja.”
“Nae, kajja.”
Dua yeoja itu
terlihat panic. Dasar yeoja aneh. Aku berjalan mendekati yeoja yang tadi meneriakiku.
Yeoja berambut ikal, berwajah manis dan berbadan kecil. Kudekatkan wajahku
padanya sambil mengeluarkan tatapan garang.
“Ya~ kau. Apa
maksudmu mengatai kami playboy?”
“Apa aku salah
hah? Bukankah kau dan temanmu yang berwajah sok cute itu memang playboy.”
“Ah, neo jinjja,
kau mengatai wajahku sok cute? Dasar yeoja…” Minwoo siap mengangkat tangannya
untuk menampar wajah yeoja ini. Kemudian tangannya ditahan yeoja teman Hyejin.
“Geumane! Kalau
kau menamparnya kujadikan kau daging cincang Minwoo.” Sedetik kemudian tangan Minwoo
diuntir kebelakang.
“Hentikan
Yongjin. Kau tidak perlu mengotori tanganmu untuk dua orang namja ini.” Kata
Hyejin pada Yongjin.
Namun Minwoo
dengan mudah membalik keadaan. Dia menguntir tangan yeoja itu ke belakang dan
kini wajah mereka bertatapan.
“Kau kira bisa
melawanku dengan mudah nona manis?”
“Argh, lepaskan
aku. Lepaskan No Minwoo!”
“Ternyata kau
masih kuat seperti dulu Yongjin. Tapi sekarang aku tidak akan kalah lagi
darimu.”
Ah, kenapa
rasanya kami malah menganiaya dua yeoja ini. Sudahlah, aku tidak peduli. Mereka
sudah menggatai aku dan Minwoo playboy. Aku tidak suka hal itu. Ya, karena kami
memang bukan playboy. Hanya sekedar bermain2. Ini semua karena dua gadis ini
juga.
“Hei, kau
Hyejin. Kau belum jawab pertanyaanku tadi, apa maksudmu mengatai kami seperti
itu?”
“Hah, masih
tanya juga. Bukankah kau memang begitu Jeongmin. Kau bukan lagi Jeongmin yang
dulu. Sekarang kau merasa sok tampan dan mempermainkan yeoja di sini. Bukan
begitu?”
“Oh jadi begitu.
Kau cemburu hah? Kau cemburu dulu pernah kutolak? Kalau begitu jika kau nyatakan
cintamu kali ini akan kuterima.”
Plak… mwo?
Hyejin menamparku. Sangat keras. Pipiku panas terkena tangannya. Apa aku
keterlaluan sampai dia menamparku sekeras ini.
“Geumanae
Jeongmin. Aku memang menyukaimu, bahkan sampai sekarang. Tapi kau tak perlu
berkata seperti itu. Mulai sekarang aku akan berhenti menyukaimu. Ingat itu!”
Lalu Hyejin
pergi berlari meninggalkan kelas. Sekilas aku melihat setitik air di pipinya.
Dia menangis? Apa yang sudah kuperbuat. Tiba2 saja Yongjin sudah mencengkeram
kerah bajuku.
“Ya~ Lee
Jeongmin. Puas kau menyakiti hati Hyejin hah? Cih, kau benar2 tidak berperasaan,
kenapa orang sebaik Hyejin bisa menyukaimu.”
Yongjin pergi
menyusul Hyejin. Aish, perasaan apa ini. Kenapa aku merasa sangat bersalah.
Kenapa kau menyukaiku Hyejin? Aku bukan orang yang pantas, karena itu dulu aku
tidak bisa menerimamu. Mianhae Hyejin.
“Jeongmin…” Minwoo
menepuk pundakku.
“Apa aku
keterlaluan Minwoo? Aku sudah menyakitinya?”
“Mollayo~ aku
tidak mengerti yeoja. Sejak dulu, mereka membuatku bingung, termasuk yeoja itu,
sampai sekarangpun aku tak bisa melupakannya.”
“Aku rasa aku
juga belum bisa melupakan perasaanku Minwoo. Aku masih mnyukai Hyejin.”
“Sudahlah, aku
yakin nanti dia akan mengerti”
Hyejin POV
“Hiks, dasar
namja tak berperasaan. Kenapa dia bisa berkata seperti itu. Kenapa aku
menyukainya?”
Tiba2 aku merasa
ada seseorang mendekatiku yang sedang menangis. Dan orang itu menegurku.
“Annyeonghaseyo”
“Ah, nuguya?”
“Eh, aku murid
baru dari kelas 2-3. Namaku Yoon Jihyun. Aku melihatmu menangis. Maaf, ada apa
denganmu?”
“Ani, lupakan.
Kau murid baru? Namaku Park Hyejin dari kelas 3-1. Pangabta.”
“Ah, sunbae ya?
Senang beretemu denganmu. Akhirnya aku punya kenalan juga di sini.”
“Nae, selamat
datang.”
Aku mengusap
sisa air mataku. Ah sial, kenapa saat aku tadi menangis, anak ini melihatnya.
Aku malu sekali. Sudahlah. Samar-samar aku mendengar Yongjin memanggilku.
Yongjin POV
“Hyejin…
eodisseo?”
Ah aku melihat
Hyejin di taman belakang. Dia bersama seorang yeoja. Aku belum pernah
melihatnya. Siapa dia? Teman Hyejin yang ini aku tidak tahu.
“Yongjin, aku di
sini.” Hyejin melambaikan tangannya
“Ah, kau ini.
Menghilang tiba2 membuatku khawatir saja.”
“Mian. Oh ya,
ini hoobae kita. Anak baru, namanya Jihyun.”
“Oh, hoobae
baru. Pantas aku belum pernah melihatnya. Annyeong, namaku Shin Yongjin, kelas
3-1.”
“Nae sunbae.
Senang berkenalan denganmu juga.”
“Geurae, Hyejin
kajja kita masuk kelas. Sudah hampir bel masuk. Annyeong Jihyun, kami pergi
dulu ya”
Aku menarik
tangah Hyejin mauk ke kelas.
Minwoo POV
“Jeongmin,
bagaimana kalau sebelum pulang kita pergi beli sepatu dulu?”
“Ah, aku sedang
malas Minwoo, bisakah kau pergi sendiri? Entah kenapa aku merasa tidak enak,
moodku buruk sekali hari ini.”
“Ah~ tidak seru
kalau sendiri. Hanya sebentar saja. Kajja.”
Tiba2 saja Minwoo
sudah menarik tanganku keluar. Senang sekali dia memaksaku. Apa boleh buat,
mungkin aku bisa sejenak menyegarkan pikiran. Ketika kami keluar dari gerbang
aku melihat seorang yeoja yang berjalan melamun. Astaga, ada mobil mau
menabraknya. Aku harus menolongnya. Aku
berlari kea rah yeoja itu.
“Jeongmin,
eodiga? Ya~ eodiga?”
“Aku harus
menolongnya.”
“Hati2 Jeongmin…
Jeongmin…”
Tiiiiiinnnnnn…
bruuggg… mataku terpejam. Ah apa aku selamat? Apa yeoja tadi sempat kutolong.
Kubuka mataku dan kulihat yeoja itu dipelukanku sambil menangis terkejut.
“Gwaenchana? Apa
kau terluka?”
“A…aniyo sunbae.
Gwaenchanayo. Su.. sunbae tidak terluka kan gara2 menolongku?”
“Syukurlah, lain
kali kau jalan hati2. Jangan melamun saja, ara?”
“Mianhamnida
sunbae. Kamsahamnida sudah menolongku.
Aku berdiri dan
mebersihkan bajuku yang penuh debu karena tersungkur di aspal jalan.
“Jeongmin,
gwaenchana? Kau tidak terluka kan? Tubuhmu baik2 saja kan? Nyawamu masih utuh
kan?”
Bletak, kujitak
kepala Minwoo. Bodoh.
“Ya~ pabo. Kau
kira aku mati hah? Kau lihat aku masih bisa berdiri kan? Neo jinjja. Kajja kita
pergi.”
“Ah, sunbae.
Cakkamanyo” yeoja itu memanggilku lagi.
“Wae?”
“Ani, sekali
lagi kamsahamnida. Eh, ah mianhamnida, kalau boleh tau nama sunbae siapa?”
“Oh, gwaenchana e.
namaku Lee Jeongmin, kelas 3-3. Annyeong.”
Aku meninggalkan
yeoja itu dan pergi bersama Minwoo. Untunglah yeoja tidak apa2. Setelah
berjalan beberapa lama, kami sampai juga di toko sepatu.
“Jeongmin.
Menurutmu mana warna yang bagus, hitam atau putih. Atau aku beli keduanya. Ah,
tapi aku sudah punya warna putih dirumah.”
“Ya~ kau ini cerewet
sekali, ppali. Pilih apa saja. Aish, kenapa aku mau kau ajak kesini? Kalau
dalam waktu 5 menit kau tidak memilihnya, aku pulang.”
“Apa2an kau ini.
Mana bisa begitu? Ya sudah aku beli yang hitam saja. Kajja kita bayar.”
“Hah, kenapa kau
tidak mengajak yeoja chingumu saja.”
“Mana aku punya.
Aku masih mengharap yeoja itu, yah meskipun dia benci padaku.”
“Yongjin? Yeoja
tomboy itu. Otakmu benar2 tidak berfungsi.”
“Wae? Bukankah
dia imut. Dia cinta pertamaku. Aku menyukainya sejak kelas 5 SD.”
“Lalu kenapa
tidak kau jadikan yeoja chingumu bodoh?”
“Aku ditolaknya.
Hahaha, tapi aku yakin suatu saat nanti ketika aku menyatakan cintaku lagi, dia
pasti akan menerimanya.”
“Ya~ kenapa
malah curhat disini. Kajja, ppali kau bayar.”
“Hahahaha, siapa
yang memancing hah? Kajja kita pulang”
Hyejin POV
Ah, sekolah sepi
sekali pagi ini. Apa aku datang terlalu pagi ya? Ah, mollayo~, aku ke taman
belakang saja dulu. Aku rasa ada yang memanggilku.
“Sunbae… Hyejin
sunbae.”
“Ah kau Jihyun.
Jam segini sudah datang? Ada piket?”
“Aniyo sunbae.
Aku dari kecil memang terbiasa datang pagi. Sunbae juga?”
“Ani, entahlah.
Hari ini tidak seperti biasanya aku datang pagi.”
“Oh ya sunbae…”
“Jangan panggil
aku sunbae. Eonni saja.”
“Jinjjayo? Oke,
aku panggil Hyejin eonni sekarang.”
“Nae, ada apa?”
“Aku mau cerita
deh, kemarin aku hampir tertabrak mobil.”
“Mwo? Kamu tidak
apa2?”
“Nae eonni.
Lihatlah, aku sehat kan? Ini semua berkat namja sunbae yang sekolah disini
juga. Ah, eonni aku jatuh cinta padanya. Love at the first sight gitu.”
“Hahaha, kau
ini. Siapa sunbae itu? Mungkin aku kenal.”
“Rahasia. Nanti
eonni jatuh cinta sama dia lagi. Tapi mungkin eonni kenal juga.”
“Aish kau ini.
Aku tidak akan jatuh cinta pada siapapun.”
Ya, tentu saja
aku tidak akan jatuh cinta lagi. entah kenapa, sejak saat bertemu Jeongmin aku
merasa tak bisa jatuh cinta lagi pada orang lain. Aish, kenapa aku malah
memikirkan namja tak berguna itu. Kalau begini aku tidak bisa membuktikan
padanya kalau aku akan melupakannya.
“Eonni… Hyejin
eonni…”
“Ah nae, mian.”
“Eonni melamun?”
“Ah, ani. Sudah
hampir bel masuk. Kajja kita pergi.”
“Nae eonni. Oh
ya boleh aku minta nomor ponsel eonni?”
“Tentu, nomor
ponselku 085xxxxxx”
“Gumawo eonni.”
“Cheon, aku
masuk dulu ya?”
“Annyeong eonni”
Aku berjalan ke
kelas. Bel sudah berbunyi ya? Kulihat seongsangnim sudah berjalan ke ruanganku.
Eottoke? Aku harus berlari nih. Bisa2 telat masuk kelas.
Bruuugggg…
“Ya~ kalau jalan
hati2 dong. Kau kira ini sekolah kakekmu hah?” seorang namja marah2. Ah aku
kenal suara ini. Jeongmin. Aish, kenapa ketemu di saat begini sih?
“Heh, kau kira
aku saja yang salah? Aku terburu2 tau!”
“Hyejin… aku…”
“Ah sudahlah,
aku mau masuk kelas. Berdebat denganmu tidak penting.”
“Cakkaman”
Jeongmin menarik tanganku. Ah, jantungku. Kenapa? Berdetak lebih cepat dari biasanya.
“Lepaskan
Jeongmin.”
“Shiero. Aku mau
bicara denganmu. Kau harus dengarkan aku dulu.”
“Lepaskan
Jeongmin.” Kali ini kata2ku lebih pelan namun terdengar sangat kesal.
“Ara, aku lepas,
tapi tolong dengarkan aku.”
Aku tidak mau.
Lebih baik aku pergi saja. Aku tak mau salah tingkah di depan Jeongmin. Aku
mulai berlari.
“Ah, Hyejin.
Kajima.”
Aish, kenapa sih
Jeongmin? Dia berhasil lagi menarik tanganku. Eottoke? Aku takut salah tingkah.
Tiba2 saja dia menarikku pergi ke taman belakang sekolah.
“Jeongmin,
lepaskan. Kau ini apa2an sih? Seenaknya saja.”
“Kalau tidak
begini, aku tidak bisa bicara denganmu”
“Cih, apa
maksudmu Jeongmin?”
Sekejap
kemudian, Jeongmin memojokkanku di pohon. Aish, wajahnya dekat sekali denganku.
Jeongmin, apa yang mau kau lakukan padaku? Apa yang di otakmu saat ini?
“Je… Jeongmin,
mau apa kau?”
“Mauku? Aku mau
kau bilang kalau kau masih menyukaiku sampai saat ini.”
“Ani, aku tidak
menyukaimu lagi Lee Jeongmin. Perasaanku sudah lenyap.”
“Hyejin, lihat
aku. Lihat mataku. Jangan berpura2 kau tidak menyukaiku lagi.”
Ya Tuhan, tolong
aku. Tolong. Aku tak bisa seperti ini. Aku tak bisa menatap matanya. Aku memang
masih menyukainya. Tapi aku tak mau Jeongmin tahu perasaanku.
“Shireo. Aku tidak
suka padamu lagi Jeongmin. Jadi, lepaskan aku.”
“Shireo! Kau
bohong Hyejin. Aku tahu.”
“Hah? Tahu apa
kau tentang perasaanku? Bukankah kau sudah menyakiti perasaanku?”
“Mianhae Hyejin,
waktu itu, aku benar2 dalam kondisi yang tak bisa menerimamu.”
Ah, kenapa dia
mengingatkanku tentang masa lalu. Rasanya semakin sakit.
“Hiks, kondisi
apa hah? Kau tahu, aku malu saat itu… semua orang menertawakanku ketika kau
menolakku.” Jeongmin memegang kedua pipiku dengan lembut.
Jeongmin POV
“Hiks, kondisi
apa hah? Kau tahu, aku malu saat itu… semua orang menertawakanku ketika kau
menolakku” suara Hyejin terdengar parau. Dia mulai menangis. Aku memegang kedua
pipinya lembut.
“Mian, jeongmal
mianhae Hyejin…”
“Aku… aku…”
Aku mendekatkan
wajahku ke wajah Hyejin. 20 cm, 10 cm, 5 cm. aku mengecup keningnya lembut. Dia
tidak melawan. Hanya semakin terisak. Aku menengadahkan wajahnya agar aku bisa
menatap wajanya.
“Hyejin, tahukah
kau. Saat itu, sampai sekarang aku benar2 menyesal. Aku menyesal menolakmu, aku
menyesal telah menyakitimu.”
Kembali
kudekatkan kedua wajahku. Hyejin mulai memejamkan matanya. Ah apa ini terlalu
jauh? Semakin kudekatkan wajahku dan kupejamkan pula mataku. Bibirku menyentuh
bibirnya. Jantungku serasa berhenti berdetak. Ingin rasanya waktu berhenti saat
ini….
Hyejin POV
“Hyejin, tahukah
kau. Saat itu, sampai sekarang aku benar2 menyesal. Aku menyesal menolakmu, aku
menyesal telah menyakitimu.”
Sesaat kemudian,
Jeongmin mulai mendekatkan lagi wajahnya padaku. Aku pasrah. Aku memang
menyukai Jeongmin, sangat menyukainya. Kupejamkan mataku. Jantungku berdetak
dua kali lebih cepat dari biasanya. Jeongmin menciumku.
Jeongmin POV
1 menit, 2
menit, aku tak mau menghentikan semua ini. Entah karena aku terlalu menyayangi
Hyejin atau memang otakku yang sudah tidak waras, kuperdalam ciumanku. Aku
melumat bibir Hyejin yang lembut semakin dalam.
Author POV
Seorang namja
memperhatikan adegan Hyejin dan Jeongmin di taman belakang. Minwoo. Dia hanya
tersenyum melihat kejadian itu.
“Kalian harusnya
bersatu dari dulu, bodoh.”
Tiba2 seorang
yeoja datang.. dia mengendap2 di belakang Minwoo. Dia penasaran apa yang
dilihat Minwoo. Dia mendongak2an kepalanya. Dia terlalu pendek utuk melihat
karena terhalang badan Minwoo.
“Kau lihat apa
sih Minwoo? Mengintip yeoja ya?”
“Mwoya? Kau
mengagetkanku. Ya~ Yongjin, ngapain kau disini?”
“Kenapa kalau
aku kesini? Tidak boleh hah? Memangnya ini sekolah appamu?”
“Sssssttt, nanti
ada yang dengar kita disini.”
“Memangnya ada
apa sih?”
Yongjin melihat kearah
taman. Dia kaget ketika mengarahkan matanya ke sebuah pohon besar. Dia tidak
percaya apa yang dilihatnya. Melihat sahabatnya Hyejin, berciuman dengan namja,
dan itu Jeongmin.
“Omo, apa2an
mereka… aku harus menghentikannya, Hye…” Ketika mulai berteriak, mulut Yongjin
dibungkam Minwoo. Minwoo menarik Yongjin ke balik tembok.
“Aish, kau ini.
Tidak bisa ya melihat temanmu bahagia?” Minwoo berkata masih sambil membungkam
mulut Yongjin. Lalu kaki Yongjin menginjak kaki Minwoo.
“Ya~ appeuda”
“Makanya jangan
seenaknya. Main bungkam mulutku saja.”
“Habis kau ini
cerewet sekali. Biarkan saja mereka menikmati moment itu.”
“Nae arasseo,
aku tahu sebenarnya mereka saling menyukai. Tapi ini sekolah Minwoo. Bagaimana
kalau mereka ketahuan?”
“Di sini aman,
kajja kita pergi, jangan ganggu mereka”
“Ah, tapi Minwoo…”
Minwoo menarik
tangan Yongjin kembali. Yongjin mencoba melepaskan tangannya, namun genggaman Minwoo
terlalu kuat. Akhirnya dia menurut saja Minwoo membawanya pergi ke kelas
masing2.
Hyejin POV
Ah, apa ini?
Jeongmin semakin dalam menciumku. Aku takut. Jeongmin hentikan. Aku mulai meronta.
Aku takut semua ini semakin jauh.
“Mmmhhhh…” aku
mulai melepaskan tautan bibir kami.
“Jeongmin,
tolong. Cukup….”
“Ah, mianhae
Hyejin. Aku sudah keterlaluan.”
“Aku pergi…”
“Ah Hyejin…”
Jeongmin POV
“Mmmhhhh…”
Hyejin mulai melepas bibirku.
“Jeongmin,
tolong. Cukup….”
“Ah, mianhae
Hyejin. Aku sudah keterlaluan.” Tapi aku tidak menyesal melakukan semua ini
Hyejin.
“Aku pergi…”
“Ah Hyejin…”
Hyejin pergi
berlalu begitu saja. Mungkin dia kaget. Semua ini terlalu mendadak. Aku yang
tidak bisa menahan diriku. Aku lega mengetahui semua itu. Aku semakin
menyukaimu Hyejin. Apalagi setelah menciummu. Ah, sial. Aku menginginkannya,
aku menginginkanmu Hyejin.
“Hyejin, aku
tidak pernah menyesal menciummu. Karena saat itu juga aku tahu perasaanmu. Aku
yakin kau masih menyukaimu. Kini, giliranku yang memintamu jadi milikku.”
Hyejin POV
Aku pergi
meninggalkan Jeongmin. Ah, kenapa hal itu terjadi. Aku pasti terlihat memalukan
karena menikmatinya.
“Jeongmin, kalau
begini, aku semakin sulit melupakanmu, bahkan mungkin tak bisa.”
Aku berlari. Aku
bingung harus kemana. Ke kelas? Tidak mungkin dengan keadaanku yang seperti
ini. Pulang? Tasku masih di kelas. Aku ke UKS saja.
“Ah, sepi sekali
di sini.”
Aku merebahkan
badanku disalah satu ranjang di UKS. Mungkin saja aku bisa tiduran sampai bel
pulang. Jadi aku tidak bertemu Yongjin, nanti dia tanya aneh2 lagi kenapa aku
tidak masuk.
“Ah, apa ini.
Kenapa rasanya ada seseorang yang tidur disini.”
Aku meraba2
gundukan dibalik selimut itu. Lalu benda itu bergerak2.
“Kyaaaaa…” aku berteriak
ketakutan.
Jeongmin POV
Aku kembali ke
kelas saja. Ah tidak. Aku ke UKS saja. Pikiranku sudah banyak dipenuhi Hyejin.
Mungkin tidur sebentar pikiranku bisa jernih. Aku mengambil ponselku dan
memngirim pesan ke Minwoo.
Aku bolos sampai pulang nanti. Bawakan tasku
ke UKS.
Sesaat kemudian,
sms balasan dari Minwoo menghampiri ponselku.
Ara. Bagaimana rasanya? Apa saat ini kau
sedang galau dibuatnya? Haha… XD
Aku tidak
mengerti maksud Minwoo. Aneh sekali anak ini. Karena penasaran, akhirnya aku
mengetik pesan lagi padanya.
Ya~ apa maksudmu bodoh? Aku tidak mengerti…
Ah, kemudian ponselku
berdering lagi. ini pasti balasan dari Minwoo.
Ah, jangan pura2 tidak tahu Jeongmin. Aku
melihatnya. Taman belakang, kau dan Hyejin. Itu seperti drama. Kalian benar2 menikmatinya.
XD kissu ne?!
Mworago? Minwoo
melihatnya. Minwoo melihatku dan Hyejin berciuman. Ah, jinjja… ah semoga dia
tidak memberitahu siapapun. Aigo, bagaimana bisa begini.
“Kyaaaaa…” aku
mendengar suara teriakan dari dalam UKS. Aku kenal suara itu. Itu Hyejin. Aku
segera berlari ke UKS. Semoga Hyejin baik2 saja.
Hyejin POV
“Kyaaaa…” aku
berteriak ketakutan.
“Kyaaaa…” aku
mendengar teriakan lain. Benda di balik selimt itu bergerak. Selimut itu jatuh
ke lantai.
“Hyejin eonni?”
“Jihyun? Aish,
kau ini mau mebuatku mati jantungan ya?”
“Mian eonni, aku
juga kaget waktu eonni berteriak.”
“Aish, kau ini.”
Aku mengelus dadaku dan tanpa sadar aku berkeringat dingin dan posisiku
terduduk di lantai karena lemas.
Jihyun POV
“Eonni, tidak
apa2? Mianhae eonni. Ayo kubantu berdiri.” Aku memegang tangan Hyejin eonni dan
membantunya berdiri. Aku ini bodoh sekali membuat orang lain kaget.
“Ani Jihyun, aku
hanya kaget. Kalau kaget aku memang suka berkeringat dan lemas. Kau ngapain
disini?”
“Ah, aku sedang
tidak enak badan. Makanya aku tidur di sini.”
“Oh, begitu. Ya
sudah aku keluar saja. Nanti malah mengganggu.”
“Aniyo. Aku
senang eonni temani.”
“Omo, jangan.
Aku ini berisik. Geurae, aku keluar dulu ya… annyeong”
“Ah, eonni…”
Hyejin eonni
pergi keluar. Ah, padahal aku sedang ingin ngobrol dengannya. Tapi sepertinya
suasana hatinya sdang tidak enak. Ketika aku berbalik untuk kembali berbaring,
aku melihat sesuatu diranjang.
“Lho? Ini
ponsel. Punya Hyejin eonnikah? Kenapa bisa disini? Ah mungkin tadi terjatuh.
Nanti pulang sekolah aku kembalikan saja deh.”
Aku tak sengaja
membuka tombol kuncinya. Ah menyala. Tak sengaja kulihat wallpapernya. Aku
kaget sekali.
“Ini… ini kan
foto Jeongmin sunbae…”
Brak…tiba2 pintu
terbuka. Dan rang yang membuka itu…
“Je… Jeongmin
sunbae?” spontan saja aku menyembunyikan ponsel Hyejin eonni.
“Ya~ tadi aku mendengar
seseorang berteriak. Apa itu kau?”
“Ah, eh, itu
tadi…”
“Nugu? Kau tidak
apa2 kan? Atau ada seseorang yang jahat masuk ke sini?”
“A… ani sunbae.
Itu tadi suara Hyejin eonni.”
“Hyejin? Lalu
sekarang dia dimana? Apa terjadi sesuatu padanya?”
“Hyejin eonni
baik2 saja. Dia tadi hanya kaget karena melihatku tidur disini”
“Ah, syukurlah.”
Aku melihat
wajah Jeongmin sunbae sangat panic ketika aku bilang yang berteriak Hyejin
eonni. Ada apa ini? apa mereka berdua… ah tidak mungkin. Tapi wallpaper ponsel
eonni. Apa seseorang itu… Jeongmin sunbae?
“Su… sunbae…
aku..”
“Wae? Apa kau
sakit? Ada yang bisa kubantu?”
“Ani, aku hanya
mau bertanya. Sunbae, apa kau…?”
“Nae? Aku kenapa?”
Hyejin POV
“Hwah, aku
benar2 kaget. Gara2 Jihyun tadi. Lalu aku harus ke mana?”
Ah, mungkin
harusnya aku ke kelas. Ini jam berapa? Apa seongsangnim yang tadi sudah pergi
ya? Aku kirim pesan saja ke Yongjin. Aku mencari2 ponsel di kantongku.
“Mwoya? Dimana
ponselku? Ah, hilang.”
Aduh… keman
ponselku. Ah, mungkin terjatuh di UKS. Wuaaaa…. Bahaya. Bahaya kalau ponselku
ditemukan Jihyun. Mana wallpaper yang kupasang foto Jeongmin lagi. Aku harus
kembali ke UKS.
“Aigoooo, UKS
itu kan jauh dari sini. Aish, tapi aku harus mengambil ponselku.”
Jihyun POV
““Su… sunbae…
aku..”
“Wae? Apa kau
sakit? Ada yang bisa kubantu?”
“Ani, aku hanya
mau bertanya. Sunbae, apa kau…?”
“Nae? Aku
kenapa?”
Aku harus berani
bicara. Meskipun hal yang kuduga itu benar. Meskipun terjadi sesuatu antara
Jeongmin sunbae dan Hyejin eonni. Jeongmin sunbae itu cinta pertamaku, aku
harus mengungkapkan perasaanku.
“Hei, kalau
tidak ada yang dibicarakan, aku harus pergi sekarang, annyeong.”
Ah, eottoke?
Jeongmin sunbae akan pergi. Aku harus menahannya. Entah apa yang kulakukan.
Tubuhku bergerak tak sejalan dengan otakku.
“Cakkamanyo
sunbae…”
Jeongmin POV
Aku harus
mencari Hyejin. Tapi anak ini ingin bicara sesuatu. Tapi dia terlalu lama
berpikir. Ah aku harus pergi sekarang.
“Hei, kalau
tidak ada yang dibicarakan, aku harus pergi sekarang, annyeong.”
“Cakkamanyo
sunbae…”
Mworago? Aku
merasa sesuatu yang aneh. Yeoja ini memelukku dari belakang. Apa2an ini.
“Ya~ wae
geurae?”
“Sunbae, kajima.
Ada sesuatu yang ingin kukatakan.”
“Ara… tapi
tolong lepaskan aku.”
Dia melepaskan
pelukannya. Aku berbalik menghadap yeoja ini. Apa yang mau dia katakan? Aku
merasa akan ada sesuatu yang terjadi.
“Sunbae. Aku
menyukai sunbae. Sunbae itu cinta pertamaku. Apa sunbae mau menerimaku?” aku
kaget mendengar kata2nya. Dia menyukaiku. Tapi aku tidak bisa membalasnya.
“Ah, itu.. aku…
Mianhae… aku…”
“Arasseoyo
sunbae, tak perlu minta maaf. Aku hanya mau sunbae tahu perasaanku. Itu sudah
cukup. Sunbae menyukai Hyejin eonni
kan?”
“Bagaimana kau
tahu? Kau kenal Hyejin?”
“Tentu saja aku
tahu. Sunbae begitu panic mendengar eonni berteriak, sunbae juga khwatir sekali
padanya. Dan aku juga tahu, Hyejin eonni juga sangat menyukai sunbae.”
“Kau... darimana
kau bisa tahu kalau Hyejin menyukaiku?”
“Ige…”
Yeoja ini
menyerahkan sebuah benda padaku. Sebuah ponsel? Apa maksudnya memberiku benda
itu. Tapi aku menerima benda itu.
“Ponsel ini,
maksudmu?”
“Itu ponsel
Hyejin eonni. Tadi terjatuh sewaktu dia kemari. Sunbae lihat saja.”
“Ini ponsel
Hyejin? Gumawo…”
Aku masih tidak
mengerti. Ada apa dengan ponsel ini. Aku membuka tombol kuncinya. Aku terkejut.
Wallpaper ponsel Hyejin. Itu fotoku. Kenapa dia bisa mendapat fotoku? Darimana?
Apa dia mengambilnya diam2? Aku tidak pernah merasa berpose seperti ini.
“Sunbae sudah
mengerti sekarang. Aku lega… aish kalian ini. Kenapa kalian berdua menyimpan
perasaan satu sama lain?”
“Hehehe… aku
juga tak mengerti. Tapi berkat kau, aku tahu semua. Gumawosseo. Aku akan
menemui Hyejin. Jeongmal gumawo.”
“Cheonmaneyo
sunbae…”
Sebelum aku
pergi, aku mengelus kepalanya. Dari mana ada orang sebaik yeoja ini? Dia harus
mendapat namja yang lebih baik dariku. Ah, Hyejin. Aku harus mengejarmu. Aku
yakin, kali ini aku harus mengungkapkan perasaanku.
Braakkk… pintu
terbuka… Hyejin…
Hyejin POV
Braakkk… aku membuka
pintu. Aku kaget. Pemandangan yang kulihat… Jeongmin mengelus kepala Jihyun.
Apa ini?
“Ah, mian. Aku
mengganggu kalian. Aku pergi…”
Aku tidak
percaya. Mereka berdua. Setetes air hangat mengaliri pipiku. Ah, kenapa harus
menangis Hyejin. Aku pergi dari ruang itu. Siapa Jeongmin? Bukankah dia
menyakitimu lagi kali ini? Lupakan dia.
“Dasar bodoh.
Jeongmin, kau memang namja yang tidak berperasaan…”
Aku berlari ke
taman belakang. Kenapa mesti kemari sih. Di otakku terbayang2 kejadian tadi
pagi bersama Jeongmin. Air mataku mengalir semakin deras saja…
“Jeongmin… aku
benci padamu.”
Jeongmin POV
Braakkk… pintu
terbuka… Hyejin…
“Ah, mian. Aku
mengganggu kalian. Aku pergi…”
Hyejin tiba2
berkata seperti itu. Apa2an ini? Dia pasti salah paham. Hal ini seharusnya…
aish…
“Sunbae, Hyejin
eonni pasti salah paham. Cepat kita kejar.”
“Nae, kajja.
Aish, kenapa jadi seperti ini sih?”
“Mianhaeyo
sunbae. Ini semua gara2 aku. Hyejin eonni jadi salah paham”
“Bukan salahmu.
Kita bisa jelaskan ke Hyejin.”
Aku berlari
memutari sekolah. Dimana kau Hyejin? Tidak seharusnya kau salah paham. Itu
semua bukan seperti yang kau pikirkan.
“Sunbae, aku
rasa aku tahu ke mana dia pergi.”
“Jinjja,
kemana?”
“Ayo ikut aku.”
Aku mengikuti
kemana langkah yeoja ini pergi, sepertinya aku tahu dimana maksudnya. Ini kea
rah taman belakang. Sampai di sana aku melihat Hyejin menangis. Salah paham ini
bisa membuatnya seperti ini? Aku semakin merasa bersalah.
“Hyejin…
dengarkan aku”
“Eonni…”
Hyejin POV
Aku mendengar
ada yang datang. Dalam keadaan seperti ini?
Ketika aku menangis.
“Hyejin…
dengarkan aku”
“Eonni…”
Suara Jeongmin
dan Jihyun. Aish, kenapa sih mereka kemari. Aku sedang tidak ingin bertemu
mereka. Rasanya ingin lenyap saja dari tempat ini. Aku segera menghapus air
mataku. Aku tidak mau mereka melihat.
“Mau apa kalian
kemari?”
“Hyejin,
dengarkan dulu…”
“Shireo,
silahkan kalian pergi”
“Eonni, kami
tidak ada hubungan apapun. Aku memang menyukai Jeongmin sunbae, tapi…”
“Geumane! Aku
tak mau mendengarkan apapun.”
“Tapi Hyejin…”
Jeongmin mencoba meyakinkanku. Tapi itu sia2 saja.
“Sudahlah
Jeongmin, pergilah.”
“Tapi Hyejin,
aku mencintaimu!’ Kali ini Jeongmin berteriak.
“Benar eonni,
sunbae hanya menyukaimu. Mianhaeyo eonni, tadi sunbae ke UKS untuk mencarimu.
Dia mendengarmu berteriak, dia panic sekali dan mengkhawatirkanmu.”
Aku tak bisa
berkata2. Apakah benar Jeongmin sampai seperti itu? Tapi…
“Hyejin, jebal…
kali ini saja kau percaya padaku.”
“Aku kira
tugasku sampai disini, Hyejin eonni…” tiba2 saja Jihyun memgang tanganku. Dia
mendekat padaku dan berbisik “Aku tahu Hyejin eonni juga suka pada sunbae.
Jadi, terima saja. Oke, aku pegi.”
Jihyun berlalu
meninggalkan aku dan Jeongmin. Ah, aku masih merasa canggung. Aku tidak suka
suasana ini.
“Hyejin… jadi
apa keputusanmu? Kau percaya padaku kan?”
“Entahlah…”
“Wae geurae? Aku
benar2 mencintaimu…dan…dan… aku mau kau jadi yeojachinguku.”
Deg… aku?
Jeongmin mau aku jadi yeojachingunya. Aku bingung. Aku harus bahagia atau apa.
“Ayolah Hyejin…
aku tahu kau juga menyukaiku.”
“Jangan sok.
Tahu dari mana kau tentang perasaanku?”
“Kau mau bukti.
Ige…” Jeongmin merogoh sakunya. Dia mengeluarkan sesuatu. Itu…
“Itu ponselku…
dari mana kau dapat Jeongmin.” Aku berteriak dan beranjak mendekati Jeongmin.
Aku merebut ponselku. Apa dia sudah melihat2 isi ponselku. eottoke?
“Aku sudah
melihatnya. Sekarang kau tidak bisa mengelak lagi Hyejin.”
Astaga… Jeongmin
tersenyum penuh kemenangan. Ah kali ini aku kalah telak. Aku tak bisa
menghindar lagi kalau aku memang suka, ah tidak, aku mencintai Jeongmin.
“Nae… aku memang
menyukaimu Lee Jeongmin. Sangat…” aku tahu saat ini wajahku pasti sudah berubah
merah menyala.
“Geurom Hyejin…”
Jeongmin mendekatiku.
“Wae?”
Jeongmin
memegang bahuku dan mendekatkan tubuhku padanya. Sedetik kemudian bibirnya
kembali menyentuh bibirku. Kali ini perasaanku benar2 melayang.
Jeongmin POV
“Geurom Hyejin…”
aku mulai mendekati Hyejin.
“Wae?”
Kupegang bahunya
agar dia semakin yakin padaku. Sedetik kemudian aku menciumnya. Entah kenapa,
perasaanku pada Hyejin benar2 tersampaikan. Aku melepaskan ciumanku sebentar.
“Hyejin
saranghae…”
Lalu aku kembali
melumat bibir Hyejin tanpa memberi kesempatan dia untuk membalas kata2ku.
Hyejin POV
“Hyejin
saranghae…” kata Jeongmin di sela2 ciumannya.
Tanpa memberi
jeda untukku membalas kata2nya, dia kembali mendekatkan wajahnya dan bibir kami
kembali bertaut. Ah, aku menyukainya. Entah kenapa, kini aku berani membalas
ciuman Jeongmin. Semakin dalam, semakin lama. Rasanya tak ingin melepasnya.
Author POV
Yongjin
kebingungan mencari Hyejin. Dari tadi dia tidak masuk kelas. Padahal ini sudah
jam pulang sekolah. Kemudian dia berkeliling sekolah mencari Hyejin.
“Aish, anak itu.
Kemana sih perginya? Apa masih di taman belakang?”
Lalau Yongjin
memutuskan pergi ke taman belakang sekolah. Dia berlari, tapi ketika melewati
kelas 3-3 tangannya ditarik seseorang. Minwoo.
“Ya~ Minwoo,
apa2an kau ini.”
“Kau mau kemana?
Terburu2 sekali?”
“Bukan urusanmu.
Lepaskan, ppali.”
“Shireo,
katakana kau mau kemana?”
“Aish, aku mau
mencari Hyejin. Sejak tadi dia tidak masuk kelas.”
“Mungkin saja
mereka masih menikmati itu.”
“Mwo? Tidak
mungkin. Sudah lepaskan. Aku mau pulang, aku harus cepat2 mencari Hyejin.”
“Oke, aku ikut.
Sejak tadi Jeongmin juga tidak masuk.”
Mereka berdua
berlari menuju taman belakang. Betapa terkejutnya mereka ketika adegan yang
sebelumnya mereka lihat, saat ini kembali terulang. Terpaksa kali ini mereka
mencoba meng-cut adegan itu. Hyejin yang ingin memanggil temannya itu, kembali
dicegah oleh Minwoo.
“Minwoo, kau ini
apa2an sih. Aku harus menghentikan mereka.”
“Tapi lihat saja
mereka, menikmati sekali.”
Yongjin nekad
berjalan mendekati Hyejin dan Jeongmin. Kali ini Minwoo tidak bisa lagi
mencegahnya. Dia mengikuti langkah Yongjin. Tapi sebelum mereka
menghentikannya, Jeongmin dan Hyejin menghentikan keasyikan mereka.
“Ah, Yongjin,
Minwoo…” kata2 Hyejin terdengar kaget.
“Wah, kalian
asyik sekali ya? Hahaha, sampai2 membuat Yongjin iri, iya kan Yongjin?” Minwoo
berkat sambil mencolek bahu Yongjin.
“Minwoo, apa2an
sih? Siapa yang iri hah? Kau kan yang iri? Dasar bodoh.”
Minwoo dan
Yongjin saling melempar ejekan. Jeongmin dan Hyejin hanya tertawa cekikan.
Mereka heran melihat temannya, Minwoo dan Yongjin yang selalu bertengkar.
Padahal keduanya juga sepertinya saling menyukai. Akhirnya Jeongmin
menghentikan pertengkaran itu.
“Ya~ kalian
berdua, hentikan. Aku mau memberi tahu kalian. Sekarang aku dan Hyejin
berpacaran.”
“Jeongmin…
memangnya aku sudah bilang mau?”
“Tidak perlu,
aku sudah tahu, kau tidak bisa menolakku kali ini. Oke… karena kami sudah
jadian, aku trakti deh. Kau dan Yongjin boleh ikutan.”
“Bagus, ini baru
namanya teman. Selalu berbagi kebahagiaan. Iya kan Yongjin?”
Tangan Minwoo
merangkul bahu Yongjin. Yongjin yang kaget, marah dan segera menampar tangan
Minwoo.
“Minwoo, apa2an
sih? Tanganmu ini usil sekali.”
“Sudah… kalian
ini. Kajja kita pergi.”
Sebelum pergi,
Jeongmin mendekati Minwoo. Dia berbisik di telinga Minwoo.
“Kini giliranmu.
Aku tunggu kabar baik darimu Minwoo.”
Minwoo POV
Ketika kami akan
pergi, tiba2 Jeongmin mendekatiku. Kemudian dia berbisik.
“Kini giliranmu.
Aku tunggu kabar baik darimu Minwoo.”
“Nae, arasseo…
aku rasa akupun tak bisa menahan perasaanku lagi.”
Lalu Jeongmin
menarik tangan Hyejin. Sesuai janji Jeongmin, kami akan pergi makan. Ketika
Yongjin mulai beranjak pergi, aku menarik tangannya. Aku rasa ini waktunya.
“Yongjin,
cakkaman…”
Yongjin POV
“Yongjin,
cakkaman…”
Tiba2 saja
Minwoo menarik tanganku. Apa lagi sih? Aku memandang Minwoo. Entah kenapaaku
merasa saat ini dia berbeda sekali. Ah, tapi…
“Apa lagi
Minwoo?”
“Aku ingin kau
mendengarku, sebentar saja.” Aku melihat raut wajah Minwoo berubah serius.
Mwoya? Ada apa ini.”
“Apa yang mau
kau bicarakan?”
“Dengarkan
baik2, Shin Yongjin, sarangahae, aku ingin saat ini juga kau tahu perasaanku
yang sebenarnya. Aku suka padamu sejak
kelas 5 SD, sejak kau mengalahkanku di lomba karate dulu.”
“Minwoo…”
“Jadi? Aku ingin
mendengar jawabanmu,sekarang juga.”
“Ya~ apa2an kau
ini? Ini namanya memaksa.”
“Jebal, aku bisa
gila kalau terus begini Yongjin.”
“Geurae, aku
tidak bisa…”
“Mwo? Tidak
bisa? Apa kau tidak bisa percaya padaku Yongjin?”
“Ya~ No Minwoo,
kalau orang bicara jangan suka memotong, aku tidak bisa menolakmu bodoh. Aku
juga menyukaimu, tapi aku tidak tahu sejak kapan.”
“Jinjja? Gumawo.”
Tiba2 saja Minwoo sudah memelukku.
Minwoo POV
“Jinjja?
Gumawo.”
Aku memeluk
Yongjin. Aku tahu dia juga menyukaiku. Aku senang sekali. Aku semakin
mempererat pelukanku.
“Minwoo, apa2an
kau ini? Kalau ada yang melihat bagaimana? Lepaskan.”
“Biar saja, biar
tahu kalau kita sudah pacaran.”
Yongjin
melepaskan pelukanku. Wajahnya memerah. Aku tersenyum melihatnya. Lucu sekali.
Ah, kyeopta. Aku mencubit pipinya.
“Auw, memangnya
aku mau jadi yeoja chingumu hah?”
“Mwo? Kau tidak
mau?”
“Shireo.”
“Ara, kalau
begini kau tak akan bisa menolaknya lagi.”
Aku memegang
kedua pipinya yang merah itu. Lalau kudekatkan wajahku padanya. Kucium bibirnya
sekilas. Saat itu juga aku lihat wajahnya yang kaget. Pipinya semakin merah.
Aku menyunggingkan senyum kemenangan.
“Bagaimana
Yongjin? Masih menolak…”
“Ya~ kau.
Minwoo… awas kau ya.”
Aku berlari. Dan
Yongjin, dia mengejarku. Pasti dia malu sekali. Jeongmin, sepertinya hari ini
tidak ada acara kau mentraktirku. Karena, kita berdua harus saling mentraktir.
Benarkan?
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar