KISS ME, MY BESTFRIEND

Sabtu, 12 November 2011

FF LONG TIME LOVE


Title: LONG TIME LOVE
Author: Rina Noona
Main cast: Park Hyejin, Lee Jeongmin
Other cast: Shin Yongjin, No Minwoo, Yoon Jihyun
Genre: Romance (mungkin)
Rating: 13+ (ngarang sendiri ratingnya)

Hyejin POV
“Kyaaaa… Jeongmin, Minwoo…!!”
Aish teriakan itu lagi. Kenapa sih mereka? Seperti orang kurang kerjaan saja.
“Minwoo, kau mau menerima ini dariku” mohon seorang yeoja pada namja berwajah imut bernama Minwoo itu.
“Geurae, aku senang sekali menerimanya. Gumawo.” Dia menerima hadiah itu sambil ber-wink ria. Aish, orang itu sungguh menyebalkan. Kemudian seorang yeoja mengacungkan bungkusannya pada namja yang satu lagi.
“Jeongmin, kau mau menerima juga kan hadiah dariku?”

“Tentu saja, gumawo.”
Aish, pipi yeoja itu dicium Jeongmin. Huh… dasar namja playboy. Aku benci dua orang itu. Sebenarnya bukan benci. Tapi aku cemburu. Ya tepat sekali. Aku suka pada Jeongmin sejak dulu, tapi tak bisa melakukan apapun seperti para yeoja itu. Aku terlanjur sakit hati mengingat kejadian dulu.
“Hyejin, kau melamun lagi?”
“Ya~ Yongjin, kau mengagetkanku.”
“Ah, arasseo. Kau bukan melamun, tapi kau memperhatikan Jeongmin kan?”
“Aniii, ngapain aku memperhatikan namja playboy seperti 2 orang di sana itu?”
“Ssstttt, bicaramu keras sekali. Mereka dengar nanti.”
“Biar saja mereka dengar, dasar 2 namja playboy.”
Kata2ku kali ini benar2 benar keras. Astaga. Apa yang kukatakan? Aku mengatupkan mulutku dan membungkamnya dengan tanganku. Kulihat wajah Yongjin panic. Kulirik ke arah Minwoo dan Jeongmin. Mereka menatap curiga ke arahku dan mulai berjalan kemari.
“Ige mwoya? Eottoke Yongjin? Mereka pasti dengar kata2ku barusan.”
“Kau ini Hyejin, makanya jangan bicara sembarangan.”
Jeongmin POV
“Biar saja mereka dengar, dasar 2 namja playboy.”
Apa yang kudengar barusan? Playboy? Aku dan Minwoo? Siapa yang berani mengatai kami seperti itu. Aku melihat ke kelas 3-1. Dua yeoja berdiri menatap kami. Yang satu membungkam mulutnya.
“Ah, jadi dia yang mengatai kita Minwoo. Bagaimana menurutmu?”
“Mereka? Yongjin dan Hyejin. Sudahlah kita datangi saja.”
“Nae, kajja.”
Dua yeoja itu terlihat panic. Dasar yeoja aneh. Aku berjalan mendekati yeoja yang tadi meneriakiku. Yeoja berambut ikal, berwajah manis dan berbadan kecil. Kudekatkan wajahku padanya sambil mengeluarkan tatapan garang.
“Ya~ kau. Apa maksudmu mengatai kami playboy?”
“Apa aku salah hah? Bukankah kau dan temanmu yang berwajah sok cute itu memang playboy.”
“Ah, neo jinjja, kau mengatai wajahku sok cute? Dasar yeoja…” Minwoo siap mengangkat tangannya untuk menampar wajah yeoja ini. Kemudian tangannya ditahan yeoja teman Hyejin.
“Geumane! Kalau kau menamparnya kujadikan kau daging cincang Minwoo.” Sedetik kemudian tangan Minwoo diuntir kebelakang.
“Hentikan Yongjin. Kau tidak perlu mengotori tanganmu untuk dua orang namja ini.” Kata Hyejin pada Yongjin.
Namun Minwoo dengan mudah membalik keadaan. Dia menguntir tangan yeoja itu ke belakang dan kini wajah mereka bertatapan.
“Kau kira bisa melawanku dengan mudah nona manis?”
“Argh, lepaskan aku. Lepaskan No Minwoo!”
“Ternyata kau masih kuat seperti dulu Yongjin. Tapi sekarang aku tidak akan kalah lagi darimu.”
Ah, kenapa rasanya kami malah menganiaya dua yeoja ini. Sudahlah, aku tidak peduli. Mereka sudah menggatai aku dan Minwoo playboy. Aku tidak suka hal itu. Ya, karena kami memang bukan playboy. Hanya sekedar bermain2. Ini semua karena dua gadis ini juga.
“Hei, kau Hyejin. Kau belum jawab pertanyaanku tadi, apa maksudmu mengatai kami seperti itu?”
“Hah, masih tanya juga. Bukankah kau memang begitu Jeongmin. Kau bukan lagi Jeongmin yang dulu. Sekarang kau merasa sok tampan dan mempermainkan yeoja di sini. Bukan begitu?”
“Oh jadi begitu. Kau cemburu hah? Kau cemburu dulu pernah kutolak? Kalau begitu jika kau nyatakan cintamu kali ini akan kuterima.”
Plak… mwo? Hyejin menamparku. Sangat keras. Pipiku panas terkena tangannya. Apa aku keterlaluan sampai dia menamparku sekeras ini.
“Geumanae Jeongmin. Aku memang menyukaimu, bahkan sampai sekarang. Tapi kau tak perlu berkata seperti itu. Mulai sekarang aku akan berhenti menyukaimu. Ingat itu!”
Lalu Hyejin pergi berlari meninggalkan kelas. Sekilas aku melihat setitik air di pipinya. Dia menangis? Apa yang sudah kuperbuat. Tiba2 saja Yongjin sudah mencengkeram kerah bajuku.
“Ya~ Lee Jeongmin. Puas kau menyakiti hati Hyejin hah? Cih, kau benar2 tidak berperasaan, kenapa orang sebaik Hyejin bisa menyukaimu.”
Yongjin pergi menyusul Hyejin. Aish, perasaan apa ini. Kenapa aku merasa sangat bersalah. Kenapa kau menyukaiku Hyejin? Aku bukan orang yang pantas, karena itu dulu aku tidak bisa menerimamu. Mianhae Hyejin.
“Jeongmin…” Minwoo menepuk pundakku.
“Apa aku keterlaluan Minwoo? Aku sudah menyakitinya?”
“Mollayo~ aku tidak mengerti yeoja. Sejak dulu, mereka membuatku bingung, termasuk yeoja itu, sampai sekarangpun aku tak bisa melupakannya.”
“Aku rasa aku juga belum bisa melupakan perasaanku Minwoo. Aku masih mnyukai Hyejin.”
“Sudahlah, aku yakin nanti dia akan mengerti”
Hyejin POV
“Hiks, dasar namja tak berperasaan. Kenapa dia bisa berkata seperti itu. Kenapa aku menyukainya?”
Tiba2 aku merasa ada seseorang mendekatiku yang sedang menangis. Dan orang itu menegurku.
“Annyeonghaseyo”
“Ah, nuguya?”
“Eh, aku murid baru dari kelas 2-3. Namaku Yoon Jihyun. Aku melihatmu menangis. Maaf, ada apa denganmu?”
“Ani, lupakan. Kau murid baru? Namaku Park Hyejin dari kelas 3-1. Pangabta.”
“Ah, sunbae ya? Senang beretemu denganmu. Akhirnya aku punya kenalan juga di sini.”
“Nae, selamat datang.”
Aku mengusap sisa air mataku. Ah sial, kenapa saat aku tadi menangis, anak ini melihatnya. Aku malu sekali. Sudahlah. Samar-samar aku mendengar Yongjin memanggilku.
Yongjin POV
“Hyejin… eodisseo?”
Ah aku melihat Hyejin di taman belakang. Dia bersama seorang yeoja. Aku belum pernah melihatnya. Siapa dia? Teman Hyejin yang ini aku tidak tahu.
“Yongjin, aku di sini.” Hyejin melambaikan tangannya
“Ah, kau ini. Menghilang tiba2 membuatku khawatir saja.”
“Mian. Oh ya, ini hoobae kita. Anak baru, namanya Jihyun.”
“Oh, hoobae baru. Pantas aku belum pernah melihatnya. Annyeong, namaku Shin Yongjin, kelas 3-1.”
“Nae sunbae. Senang berkenalan denganmu juga.”
“Geurae, Hyejin kajja kita masuk kelas. Sudah hampir bel masuk. Annyeong Jihyun, kami pergi dulu ya”
Aku menarik tangah Hyejin mauk ke kelas.
Minwoo POV
“Jeongmin, bagaimana kalau sebelum pulang kita pergi beli sepatu dulu?”
“Ah, aku sedang malas Minwoo, bisakah kau pergi sendiri? Entah kenapa aku merasa tidak enak, moodku buruk sekali hari ini.”
“Ah~ tidak seru kalau sendiri. Hanya sebentar saja. Kajja.”
Tiba2 saja Minwoo sudah menarik tanganku keluar. Senang sekali dia memaksaku. Apa boleh buat, mungkin aku bisa sejenak menyegarkan pikiran. Ketika kami keluar dari gerbang aku melihat seorang yeoja yang berjalan melamun. Astaga, ada mobil mau menabraknya. Aku harus  menolongnya. Aku berlari kea rah yeoja itu.
“Jeongmin, eodiga? Ya~ eodiga?”
“Aku harus menolongnya.”
“Hati2 Jeongmin… Jeongmin…”
Tiiiiiinnnnnn… bruuggg… mataku terpejam. Ah apa aku selamat? Apa yeoja tadi sempat kutolong. Kubuka mataku dan kulihat yeoja itu dipelukanku sambil menangis terkejut.
“Gwaenchana? Apa kau terluka?”
“A…aniyo sunbae. Gwaenchanayo. Su.. sunbae tidak terluka kan gara2 menolongku?”
“Syukurlah, lain kali kau jalan hati2. Jangan melamun saja, ara?”
“Mianhamnida sunbae. Kamsahamnida sudah menolongku.
Aku berdiri dan mebersihkan bajuku yang penuh debu karena tersungkur di aspal jalan.
“Jeongmin, gwaenchana? Kau tidak terluka kan? Tubuhmu baik2 saja kan? Nyawamu masih utuh kan?”
Bletak, kujitak kepala Minwoo. Bodoh.
“Ya~ pabo. Kau kira aku mati hah? Kau lihat aku masih bisa berdiri kan? Neo jinjja. Kajja kita pergi.”
“Ah, sunbae. Cakkamanyo” yeoja itu memanggilku lagi.
“Wae?”
“Ani, sekali lagi kamsahamnida. Eh, ah mianhamnida, kalau boleh tau nama sunbae siapa?”
“Oh, gwaenchana e. namaku Lee Jeongmin, kelas 3-3. Annyeong.”
Aku meninggalkan yeoja itu dan pergi bersama Minwoo. Untunglah yeoja tidak apa2. Setelah berjalan beberapa lama, kami sampai juga di toko sepatu.
“Jeongmin. Menurutmu mana warna yang bagus, hitam atau putih. Atau aku beli keduanya. Ah, tapi aku sudah punya warna putih dirumah.”
“Ya~ kau ini cerewet sekali, ppali. Pilih apa saja. Aish, kenapa aku mau kau ajak kesini? Kalau dalam waktu 5 menit kau tidak memilihnya, aku pulang.”
“Apa2an kau ini. Mana bisa begitu? Ya sudah aku beli yang hitam saja. Kajja kita bayar.”
“Hah, kenapa kau tidak mengajak yeoja chingumu saja.”
“Mana aku punya. Aku masih mengharap yeoja itu, yah meskipun dia benci padaku.”
“Yongjin? Yeoja tomboy itu. Otakmu benar2 tidak berfungsi.”
“Wae? Bukankah dia imut. Dia cinta pertamaku. Aku menyukainya sejak kelas 5 SD.”
“Lalu kenapa tidak kau jadikan yeoja chingumu bodoh?”
“Aku ditolaknya. Hahaha, tapi aku yakin suatu saat nanti ketika aku menyatakan cintaku lagi, dia pasti akan menerimanya.”
“Ya~ kenapa malah curhat disini. Kajja, ppali kau bayar.”
“Hahahaha, siapa yang memancing hah? Kajja kita pulang”
Hyejin POV
Ah, sekolah sepi sekali pagi ini. Apa aku datang terlalu pagi ya? Ah, mollayo~, aku ke taman belakang saja dulu. Aku rasa ada yang memanggilku.
“Sunbae… Hyejin sunbae.”
“Ah kau Jihyun. Jam segini sudah datang? Ada piket?”
“Aniyo sunbae. Aku dari kecil memang terbiasa datang pagi. Sunbae juga?”
“Ani, entahlah. Hari ini tidak seperti biasanya aku datang pagi.”
“Oh ya sunbae…”
“Jangan panggil aku sunbae. Eonni saja.”
“Jinjjayo? Oke, aku panggil Hyejin eonni sekarang.”
“Nae, ada apa?”
“Aku mau cerita deh, kemarin aku hampir tertabrak mobil.”
“Mwo? Kamu tidak apa2?”
“Nae eonni. Lihatlah, aku sehat kan? Ini semua berkat namja sunbae yang sekolah disini juga. Ah, eonni aku jatuh cinta padanya. Love at the first sight gitu.”
“Hahaha, kau ini. Siapa sunbae itu? Mungkin aku kenal.”
“Rahasia. Nanti eonni jatuh cinta sama dia lagi. Tapi mungkin eonni kenal juga.”
“Aish kau ini. Aku tidak akan jatuh cinta pada siapapun.”
Ya, tentu saja aku tidak akan jatuh cinta lagi. entah kenapa, sejak saat bertemu Jeongmin aku merasa tak bisa jatuh cinta lagi pada orang lain. Aish, kenapa aku malah memikirkan namja tak berguna itu. Kalau begini aku tidak bisa membuktikan padanya kalau aku akan melupakannya.
“Eonni… Hyejin eonni…”
“Ah nae, mian.”
“Eonni melamun?”
“Ah, ani. Sudah hampir bel masuk. Kajja kita pergi.”
“Nae eonni. Oh ya boleh aku minta nomor ponsel eonni?”
“Tentu, nomor ponselku 085xxxxxx”
“Gumawo eonni.”
“Cheon, aku masuk dulu ya?”
“Annyeong eonni”
Aku berjalan ke kelas. Bel sudah berbunyi ya? Kulihat seongsangnim sudah berjalan ke ruanganku. Eottoke? Aku harus berlari nih. Bisa2 telat masuk kelas.
Bruuugggg…
“Ya~ kalau jalan hati2 dong. Kau kira ini sekolah kakekmu hah?” seorang namja marah2. Ah aku kenal suara ini. Jeongmin. Aish, kenapa ketemu di saat begini sih?
“Heh, kau kira aku saja yang salah? Aku terburu2 tau!”
“Hyejin… aku…”
“Ah sudahlah, aku mau masuk kelas. Berdebat denganmu tidak penting.”
“Cakkaman” Jeongmin menarik tanganku. Ah, jantungku. Kenapa? Berdetak lebih cepat dari biasanya.
“Lepaskan Jeongmin.”
“Shiero. Aku mau bicara denganmu. Kau harus dengarkan aku dulu.”
“Lepaskan Jeongmin.” Kali ini kata2ku lebih pelan namun terdengar sangat kesal.
“Ara, aku lepas, tapi tolong dengarkan aku.”
Aku tidak mau. Lebih baik aku pergi saja. Aku tak mau salah tingkah di depan Jeongmin. Aku mulai berlari.
“Ah, Hyejin. Kajima.”
Aish, kenapa sih Jeongmin? Dia berhasil lagi menarik tanganku. Eottoke? Aku takut salah tingkah. Tiba2 saja dia menarikku pergi ke taman belakang sekolah.
“Jeongmin, lepaskan. Kau ini apa2an sih? Seenaknya saja.”
“Kalau tidak begini, aku tidak bisa bicara denganmu”
“Cih, apa maksudmu Jeongmin?”
Sekejap kemudian, Jeongmin memojokkanku di pohon. Aish, wajahnya dekat sekali denganku. Jeongmin, apa yang mau kau lakukan padaku? Apa yang di otakmu saat ini?
“Je… Jeongmin, mau apa kau?”
“Mauku? Aku mau kau bilang kalau kau masih menyukaiku sampai saat ini.”
“Ani, aku tidak menyukaimu lagi Lee Jeongmin. Perasaanku sudah lenyap.”
“Hyejin, lihat aku. Lihat mataku. Jangan berpura2 kau tidak menyukaiku lagi.”
Ya Tuhan, tolong aku. Tolong. Aku tak bisa seperti ini. Aku tak bisa menatap matanya. Aku memang masih menyukainya. Tapi aku tak mau Jeongmin tahu perasaanku.
“Shireo. Aku tidak suka padamu lagi Jeongmin. Jadi, lepaskan aku.”
“Shireo! Kau bohong Hyejin. Aku tahu.”
“Hah? Tahu apa kau tentang perasaanku? Bukankah kau sudah menyakiti perasaanku?”
“Mianhae Hyejin, waktu itu, aku benar2 dalam kondisi yang tak bisa menerimamu.”
Ah, kenapa dia mengingatkanku tentang masa lalu. Rasanya semakin sakit.
“Hiks, kondisi apa hah? Kau tahu, aku malu saat itu… semua orang menertawakanku ketika kau menolakku.” Jeongmin memegang kedua pipiku dengan lembut.
Jeongmin POV
“Hiks, kondisi apa hah? Kau tahu, aku malu saat itu… semua orang menertawakanku ketika kau menolakku” suara Hyejin terdengar parau. Dia mulai menangis. Aku memegang kedua pipinya lembut.
“Mian, jeongmal mianhae Hyejin…”
“Aku… aku…”
Aku mendekatkan wajahku ke wajah Hyejin. 20 cm, 10 cm, 5 cm. aku mengecup keningnya lembut. Dia tidak melawan. Hanya semakin terisak. Aku menengadahkan wajahnya agar aku bisa menatap wajanya.
“Hyejin, tahukah kau. Saat itu, sampai sekarang aku benar2 menyesal. Aku menyesal menolakmu, aku menyesal telah menyakitimu.”
Kembali kudekatkan kedua wajahku. Hyejin mulai memejamkan matanya. Ah apa ini terlalu jauh? Semakin kudekatkan wajahku dan kupejamkan pula mataku. Bibirku menyentuh bibirnya. Jantungku serasa berhenti berdetak. Ingin rasanya waktu berhenti saat ini….
Hyejin POV
“Hyejin, tahukah kau. Saat itu, sampai sekarang aku benar2 menyesal. Aku menyesal menolakmu, aku menyesal telah menyakitimu.”
Sesaat kemudian, Jeongmin mulai mendekatkan lagi wajahnya padaku. Aku pasrah. Aku memang menyukai Jeongmin, sangat menyukainya. Kupejamkan mataku. Jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Jeongmin menciumku.
Jeongmin POV
1 menit, 2 menit, aku tak mau menghentikan semua ini. Entah karena aku terlalu menyayangi Hyejin atau memang otakku yang sudah tidak waras, kuperdalam ciumanku. Aku melumat bibir Hyejin yang lembut semakin dalam.
Author POV
Seorang namja memperhatikan adegan Hyejin dan Jeongmin di taman belakang. Minwoo. Dia hanya tersenyum melihat kejadian itu.
“Kalian harusnya bersatu dari dulu, bodoh.”
Tiba2 seorang yeoja datang.. dia mengendap2 di belakang Minwoo. Dia penasaran apa yang dilihat Minwoo. Dia mendongak2an kepalanya. Dia terlalu pendek utuk melihat karena terhalang badan Minwoo.
“Kau lihat apa sih Minwoo? Mengintip yeoja ya?”
“Mwoya? Kau mengagetkanku. Ya~ Yongjin, ngapain kau disini?”
“Kenapa kalau aku kesini? Tidak boleh hah? Memangnya ini sekolah appamu?”
“Sssssttt, nanti ada yang dengar kita disini.”
“Memangnya ada apa sih?”
Yongjin melihat kearah taman. Dia kaget ketika mengarahkan matanya ke sebuah pohon besar. Dia tidak percaya apa yang dilihatnya. Melihat sahabatnya Hyejin, berciuman dengan namja, dan itu Jeongmin.
“Omo, apa2an mereka… aku harus menghentikannya, Hye…” Ketika mulai berteriak, mulut Yongjin dibungkam Minwoo. Minwoo menarik Yongjin ke balik tembok.
“Aish, kau ini. Tidak bisa ya melihat temanmu bahagia?” Minwoo berkata masih sambil membungkam mulut Yongjin. Lalu kaki Yongjin menginjak kaki Minwoo.
“Ya~ appeuda”
“Makanya jangan seenaknya. Main bungkam mulutku saja.”
“Habis kau ini cerewet sekali. Biarkan saja mereka menikmati moment itu.”
“Nae arasseo, aku tahu sebenarnya mereka saling menyukai. Tapi ini sekolah Minwoo. Bagaimana kalau mereka ketahuan?”
“Di sini aman, kajja kita pergi, jangan ganggu mereka”
“Ah, tapi Minwoo…”
Minwoo menarik tangan Yongjin kembali. Yongjin mencoba melepaskan tangannya, namun genggaman Minwoo terlalu kuat. Akhirnya dia menurut saja Minwoo membawanya pergi ke kelas masing2.
Hyejin POV
Ah, apa ini? Jeongmin semakin dalam menciumku. Aku takut. Jeongmin hentikan. Aku mulai meronta. Aku takut semua ini semakin jauh.
“Mmmhhhh…” aku mulai melepaskan tautan bibir kami.
“Jeongmin, tolong. Cukup….”
“Ah, mianhae Hyejin. Aku sudah keterlaluan.”
“Aku pergi…”
“Ah Hyejin…”
Jeongmin POV
“Mmmhhhh…” Hyejin mulai melepas bibirku.
“Jeongmin, tolong. Cukup….”
“Ah, mianhae Hyejin. Aku sudah keterlaluan.” Tapi aku tidak menyesal melakukan semua ini Hyejin.
“Aku pergi…”
“Ah Hyejin…”
Hyejin pergi berlalu begitu saja. Mungkin dia kaget. Semua ini terlalu mendadak. Aku yang tidak bisa menahan diriku. Aku lega mengetahui semua itu. Aku semakin menyukaimu Hyejin. Apalagi setelah menciummu. Ah, sial. Aku menginginkannya, aku menginginkanmu Hyejin.
“Hyejin, aku tidak pernah menyesal menciummu. Karena saat itu juga aku tahu perasaanmu. Aku yakin kau masih menyukaimu. Kini, giliranku yang memintamu jadi milikku.”
Hyejin POV
Aku pergi meninggalkan Jeongmin. Ah, kenapa hal itu terjadi. Aku pasti terlihat memalukan karena menikmatinya.
“Jeongmin, kalau begini, aku semakin sulit melupakanmu, bahkan mungkin tak bisa.”
Aku berlari. Aku bingung harus kemana. Ke kelas? Tidak mungkin dengan keadaanku yang seperti ini. Pulang? Tasku masih di kelas. Aku ke UKS saja.
“Ah, sepi sekali di sini.”
Aku merebahkan badanku disalah satu ranjang di UKS. Mungkin saja aku bisa tiduran sampai bel pulang. Jadi aku tidak bertemu Yongjin, nanti dia tanya aneh2 lagi kenapa aku tidak masuk.
“Ah, apa ini. Kenapa rasanya ada seseorang yang tidur disini.”
Aku meraba2 gundukan dibalik selimut itu. Lalu benda itu bergerak2.
“Kyaaaaa…” aku berteriak ketakutan.
Jeongmin POV
Aku kembali ke kelas saja. Ah tidak. Aku ke UKS saja. Pikiranku sudah banyak dipenuhi Hyejin. Mungkin tidur sebentar pikiranku bisa jernih. Aku mengambil ponselku dan memngirim pesan ke Minwoo.
Aku bolos sampai pulang nanti. Bawakan tasku ke UKS.
Sesaat kemudian, sms balasan dari Minwoo menghampiri ponselku.
Ara. Bagaimana rasanya? Apa saat ini kau sedang galau dibuatnya? Haha… XD
Aku tidak mengerti maksud Minwoo. Aneh sekali anak ini. Karena penasaran, akhirnya aku mengetik pesan lagi padanya.
Ya~ apa maksudmu bodoh? Aku tidak mengerti…
Ah, kemudian ponselku berdering lagi. ini pasti balasan dari Minwoo.
Ah, jangan pura2 tidak tahu Jeongmin. Aku melihatnya. Taman belakang, kau dan Hyejin. Itu seperti drama. Kalian benar2 menikmatinya. XD kissu ne?!
Mworago? Minwoo melihatnya. Minwoo melihatku dan Hyejin berciuman. Ah, jinjja… ah semoga dia tidak memberitahu siapapun. Aigo, bagaimana bisa begini.
“Kyaaaaa…” aku mendengar suara teriakan dari dalam UKS. Aku kenal suara itu. Itu Hyejin. Aku segera berlari ke UKS. Semoga Hyejin baik2 saja.
Hyejin POV
“Kyaaaa…” aku berteriak ketakutan.
“Kyaaaa…” aku mendengar teriakan lain. Benda di balik selimt itu bergerak. Selimut itu jatuh ke lantai.
“Hyejin eonni?”
“Jihyun? Aish, kau ini mau mebuatku mati jantungan ya?”
“Mian eonni, aku juga kaget waktu eonni berteriak.”
“Aish, kau ini.” Aku mengelus dadaku dan tanpa sadar aku berkeringat dingin dan posisiku terduduk di lantai karena lemas.
Jihyun POV
“Eonni, tidak apa2? Mianhae eonni. Ayo kubantu berdiri.” Aku memegang tangan Hyejin eonni dan membantunya berdiri. Aku ini bodoh sekali membuat orang lain kaget.
“Ani Jihyun, aku hanya kaget. Kalau kaget aku memang suka berkeringat dan lemas. Kau ngapain disini?”
“Ah, aku sedang tidak enak badan. Makanya aku tidur di sini.”
“Oh, begitu. Ya sudah aku keluar saja. Nanti malah mengganggu.”
“Aniyo. Aku senang eonni temani.”
“Omo, jangan. Aku ini berisik. Geurae, aku keluar dulu ya… annyeong”
“Ah, eonni…”
Hyejin eonni pergi keluar. Ah, padahal aku sedang ingin ngobrol dengannya. Tapi sepertinya suasana hatinya sdang tidak enak. Ketika aku berbalik untuk kembali berbaring, aku melihat sesuatu diranjang.
“Lho? Ini ponsel. Punya Hyejin eonnikah? Kenapa bisa disini? Ah mungkin tadi terjatuh. Nanti pulang sekolah aku kembalikan saja deh.”
Aku tak sengaja membuka tombol kuncinya. Ah menyala. Tak sengaja kulihat wallpapernya. Aku kaget sekali.
“Ini… ini kan foto Jeongmin sunbae…”
Brak…tiba2 pintu terbuka. Dan rang yang membuka itu…
“Je… Jeongmin sunbae?” spontan saja aku menyembunyikan ponsel Hyejin eonni.
“Ya~ tadi aku mendengar seseorang berteriak. Apa itu kau?”
“Ah, eh, itu tadi…”
“Nugu? Kau tidak apa2 kan? Atau ada seseorang yang jahat masuk ke sini?”
“A… ani sunbae. Itu tadi suara Hyejin eonni.”
“Hyejin? Lalu sekarang dia dimana? Apa terjadi sesuatu padanya?”
“Hyejin eonni baik2 saja. Dia tadi hanya kaget karena melihatku tidur disini”
“Ah, syukurlah.”
Aku melihat wajah Jeongmin sunbae sangat panic ketika aku bilang yang berteriak Hyejin eonni. Ada apa ini? apa mereka berdua… ah tidak mungkin. Tapi wallpaper ponsel eonni. Apa seseorang itu… Jeongmin sunbae?
“Su… sunbae… aku..”
“Wae? Apa kau sakit? Ada yang bisa kubantu?”
“Ani, aku hanya mau bertanya. Sunbae, apa kau…?”
“Nae? Aku kenapa?”
Hyejin POV
“Hwah, aku benar2 kaget. Gara2 Jihyun tadi. Lalu aku harus ke mana?”
Ah, mungkin harusnya aku ke kelas. Ini jam berapa? Apa seongsangnim yang tadi sudah pergi ya? Aku kirim pesan saja ke Yongjin. Aku mencari2 ponsel di kantongku.
“Mwoya? Dimana ponselku? Ah, hilang.”
Aduh… keman ponselku. Ah, mungkin terjatuh di UKS. Wuaaaa…. Bahaya. Bahaya kalau ponselku ditemukan Jihyun. Mana wallpaper yang kupasang foto Jeongmin lagi. Aku harus kembali ke UKS.
“Aigoooo, UKS itu kan jauh dari sini. Aish, tapi aku harus mengambil ponselku.”
Jihyun POV
““Su… sunbae… aku..”
“Wae? Apa kau sakit? Ada yang bisa kubantu?”
“Ani, aku hanya mau bertanya. Sunbae, apa kau…?”
“Nae? Aku kenapa?”
Aku harus berani bicara. Meskipun hal yang kuduga itu benar. Meskipun terjadi sesuatu antara Jeongmin sunbae dan Hyejin eonni. Jeongmin sunbae itu cinta pertamaku, aku harus mengungkapkan perasaanku.
“Hei, kalau tidak ada yang dibicarakan, aku harus pergi sekarang, annyeong.”
Ah, eottoke? Jeongmin sunbae akan pergi. Aku harus menahannya. Entah apa yang kulakukan. Tubuhku bergerak tak sejalan dengan otakku.
“Cakkamanyo sunbae…”
Jeongmin POV
Aku harus mencari Hyejin. Tapi anak ini ingin bicara sesuatu. Tapi dia terlalu lama berpikir. Ah aku harus pergi sekarang.
“Hei, kalau tidak ada yang dibicarakan, aku harus pergi sekarang, annyeong.”
“Cakkamanyo sunbae…”
Mworago? Aku merasa sesuatu yang aneh. Yeoja ini memelukku dari belakang. Apa2an ini.
“Ya~ wae geurae?”
“Sunbae, kajima. Ada sesuatu yang ingin kukatakan.”
“Ara… tapi tolong lepaskan aku.”
Dia melepaskan pelukannya. Aku berbalik menghadap yeoja ini. Apa yang mau dia katakan? Aku merasa akan ada sesuatu yang terjadi.
“Sunbae. Aku menyukai sunbae. Sunbae itu cinta pertamaku. Apa sunbae mau menerimaku?” aku kaget mendengar kata2nya. Dia menyukaiku. Tapi aku tidak bisa membalasnya.
“Ah, itu.. aku… Mianhae… aku…”
“Arasseoyo sunbae, tak perlu minta maaf. Aku hanya mau sunbae tahu perasaanku. Itu sudah cukup.  Sunbae menyukai Hyejin eonni kan?”
“Bagaimana kau tahu? Kau kenal Hyejin?”
“Tentu saja aku tahu. Sunbae begitu panic mendengar eonni berteriak, sunbae juga khwatir sekali padanya. Dan aku juga tahu, Hyejin eonni juga sangat menyukai sunbae.”
“Kau... darimana kau bisa tahu kalau Hyejin menyukaiku?”
“Ige…”
Yeoja ini menyerahkan sebuah benda padaku. Sebuah ponsel? Apa maksudnya memberiku benda itu. Tapi aku menerima benda itu.
“Ponsel ini, maksudmu?”
“Itu ponsel Hyejin eonni. Tadi terjatuh sewaktu dia kemari. Sunbae lihat saja.”
“Ini ponsel Hyejin? Gumawo…”
Aku masih tidak mengerti. Ada apa dengan ponsel ini. Aku membuka tombol kuncinya. Aku terkejut. Wallpaper ponsel Hyejin. Itu fotoku. Kenapa dia bisa mendapat fotoku? Darimana? Apa dia mengambilnya diam2? Aku tidak pernah merasa berpose seperti ini.
“Sunbae sudah mengerti sekarang. Aku lega… aish kalian ini. Kenapa kalian berdua menyimpan perasaan satu sama lain?”
“Hehehe… aku juga tak mengerti. Tapi berkat kau, aku tahu semua. Gumawosseo. Aku akan menemui Hyejin. Jeongmal gumawo.”
“Cheonmaneyo sunbae…”
Sebelum aku pergi, aku mengelus kepalanya. Dari mana ada orang sebaik yeoja ini? Dia harus mendapat namja yang lebih baik dariku. Ah, Hyejin. Aku harus mengejarmu. Aku yakin, kali ini aku harus mengungkapkan perasaanku.
Braakkk… pintu terbuka… Hyejin…
Hyejin POV
Braakkk… aku membuka pintu. Aku kaget. Pemandangan yang kulihat… Jeongmin mengelus kepala Jihyun. Apa ini?
“Ah, mian. Aku mengganggu kalian. Aku pergi…”
Aku tidak percaya. Mereka berdua. Setetes air hangat mengaliri pipiku. Ah, kenapa harus menangis Hyejin. Aku pergi dari ruang itu. Siapa Jeongmin? Bukankah dia menyakitimu lagi kali ini? Lupakan dia.
“Dasar bodoh. Jeongmin, kau memang namja yang tidak berperasaan…”
Aku berlari ke taman belakang. Kenapa mesti kemari sih. Di otakku terbayang2 kejadian tadi pagi bersama Jeongmin. Air mataku mengalir semakin deras saja…
“Jeongmin… aku benci padamu.”
Jeongmin POV
Braakkk… pintu terbuka… Hyejin…
“Ah, mian. Aku mengganggu kalian. Aku pergi…”
Hyejin tiba2 berkata seperti itu. Apa2an ini? Dia pasti salah paham. Hal ini seharusnya… aish…
“Sunbae, Hyejin eonni pasti salah paham. Cepat kita kejar.”
“Nae, kajja. Aish, kenapa jadi seperti ini sih?”
“Mianhaeyo sunbae. Ini semua gara2 aku. Hyejin eonni jadi salah paham”
“Bukan salahmu. Kita bisa jelaskan ke Hyejin.”
Aku berlari memutari sekolah. Dimana kau Hyejin? Tidak seharusnya kau salah paham. Itu semua bukan seperti yang kau pikirkan.
“Sunbae, aku rasa aku tahu ke mana dia pergi.”
“Jinjja, kemana?”
“Ayo ikut aku.”
Aku mengikuti kemana langkah yeoja ini pergi, sepertinya aku tahu dimana maksudnya. Ini kea rah taman belakang. Sampai di sana aku melihat Hyejin menangis. Salah paham ini bisa membuatnya seperti ini? Aku semakin merasa bersalah.
“Hyejin… dengarkan aku”
“Eonni…”
Hyejin POV
Aku mendengar ada yang datang. Dalam keadaan seperti ini?  Ketika aku menangis.
“Hyejin… dengarkan aku”
“Eonni…”
Suara Jeongmin dan Jihyun. Aish, kenapa sih mereka kemari. Aku sedang tidak ingin bertemu mereka. Rasanya ingin lenyap saja dari tempat ini. Aku segera menghapus air mataku. Aku tidak mau mereka melihat.
“Mau apa kalian kemari?”
“Hyejin, dengarkan dulu…”
“Shireo, silahkan kalian pergi”
“Eonni, kami tidak ada hubungan apapun. Aku memang menyukai Jeongmin sunbae, tapi…”
“Geumane! Aku tak mau mendengarkan apapun.”
“Tapi Hyejin…” Jeongmin mencoba meyakinkanku. Tapi itu sia2 saja.
“Sudahlah Jeongmin, pergilah.”
“Tapi Hyejin, aku mencintaimu!’ Kali ini Jeongmin berteriak.
“Benar eonni, sunbae hanya menyukaimu. Mianhaeyo eonni, tadi sunbae ke UKS untuk mencarimu. Dia mendengarmu berteriak, dia panic sekali dan mengkhawatirkanmu.”
Aku tak bisa berkata2. Apakah benar Jeongmin sampai seperti itu? Tapi…
“Hyejin, jebal… kali ini saja kau percaya padaku.”
“Aku kira tugasku sampai disini, Hyejin eonni…” tiba2 saja Jihyun memgang tanganku. Dia mendekat padaku dan berbisik “Aku tahu Hyejin eonni juga suka pada sunbae. Jadi, terima saja. Oke, aku pegi.”
Jihyun berlalu meninggalkan aku dan Jeongmin. Ah, aku masih merasa canggung. Aku tidak suka suasana ini.
“Hyejin… jadi apa keputusanmu? Kau percaya padaku kan?”
“Entahlah…”
“Wae geurae? Aku benar2 mencintaimu…dan…dan… aku mau kau jadi yeojachinguku.”
Deg… aku? Jeongmin mau aku jadi yeojachingunya. Aku bingung. Aku harus bahagia atau apa.
“Ayolah Hyejin… aku tahu kau juga menyukaiku.”
“Jangan sok. Tahu dari mana kau tentang perasaanku?”
“Kau mau bukti. Ige…” Jeongmin merogoh sakunya. Dia mengeluarkan sesuatu. Itu…
“Itu ponselku… dari mana kau dapat Jeongmin.” Aku berteriak dan beranjak mendekati Jeongmin. Aku merebut ponselku. Apa dia sudah melihat2 isi ponselku. eottoke?
“Aku sudah melihatnya. Sekarang kau tidak bisa mengelak lagi Hyejin.”
Astaga… Jeongmin tersenyum penuh kemenangan. Ah kali ini aku kalah telak. Aku tak bisa menghindar lagi kalau aku memang suka, ah tidak, aku mencintai Jeongmin.
“Nae… aku memang menyukaimu Lee Jeongmin. Sangat…” aku tahu saat ini wajahku pasti sudah berubah merah menyala.
“Geurom Hyejin…” Jeongmin mendekatiku.
“Wae?”
Jeongmin memegang bahuku dan mendekatkan tubuhku padanya. Sedetik kemudian bibirnya kembali menyentuh bibirku. Kali ini perasaanku benar2 melayang.
Jeongmin POV
“Geurom Hyejin…” aku mulai mendekati Hyejin.
“Wae?”
Kupegang bahunya agar dia semakin yakin padaku. Sedetik kemudian aku menciumnya. Entah kenapa, perasaanku pada Hyejin benar2 tersampaikan. Aku melepaskan ciumanku sebentar.
“Hyejin saranghae…”
Lalu aku kembali melumat bibir Hyejin tanpa memberi kesempatan dia untuk membalas kata2ku.
Hyejin POV
“Hyejin saranghae…” kata Jeongmin di sela2 ciumannya.
Tanpa memberi jeda untukku membalas kata2nya, dia kembali mendekatkan wajahnya dan bibir kami kembali bertaut. Ah, aku menyukainya. Entah kenapa, kini aku berani membalas ciuman Jeongmin. Semakin dalam, semakin lama. Rasanya tak ingin melepasnya.
Author POV
Yongjin kebingungan mencari Hyejin. Dari tadi dia tidak masuk kelas. Padahal ini sudah jam pulang sekolah. Kemudian dia berkeliling sekolah mencari Hyejin.
“Aish, anak itu. Kemana sih perginya? Apa masih di taman belakang?”
Lalau Yongjin memutuskan pergi ke taman belakang sekolah. Dia berlari, tapi ketika melewati kelas 3-3 tangannya ditarik seseorang. Minwoo.
“Ya~ Minwoo, apa2an kau ini.”
“Kau mau kemana? Terburu2 sekali?”
“Bukan urusanmu. Lepaskan, ppali.”
“Shireo, katakana kau mau kemana?”
“Aish, aku mau mencari Hyejin. Sejak tadi dia tidak masuk kelas.”
“Mungkin saja mereka masih menikmati itu.”
“Mwo? Tidak mungkin. Sudah lepaskan. Aku mau pulang, aku harus cepat2 mencari Hyejin.”
“Oke, aku ikut. Sejak tadi Jeongmin juga tidak masuk.”
Mereka berdua berlari menuju taman belakang. Betapa terkejutnya mereka ketika adegan yang sebelumnya mereka lihat, saat ini kembali terulang. Terpaksa kali ini mereka mencoba meng-cut adegan itu. Hyejin yang ingin memanggil temannya itu, kembali dicegah oleh Minwoo.
“Minwoo, kau ini apa2an sih. Aku harus menghentikan mereka.”
“Tapi lihat saja mereka, menikmati sekali.”
Yongjin nekad berjalan mendekati Hyejin dan Jeongmin. Kali ini Minwoo tidak bisa lagi mencegahnya. Dia mengikuti langkah Yongjin. Tapi sebelum mereka menghentikannya, Jeongmin dan Hyejin menghentikan keasyikan mereka.
“Ah, Yongjin, Minwoo…” kata2 Hyejin terdengar kaget.
“Wah, kalian asyik sekali ya? Hahaha, sampai2 membuat Yongjin iri, iya kan Yongjin?” Minwoo berkat sambil mencolek bahu Yongjin.
“Minwoo, apa2an sih? Siapa yang iri hah? Kau kan yang iri? Dasar bodoh.”
Minwoo dan Yongjin saling melempar ejekan. Jeongmin dan Hyejin hanya tertawa cekikan. Mereka heran melihat temannya, Minwoo dan Yongjin yang selalu bertengkar. Padahal keduanya juga sepertinya saling menyukai. Akhirnya Jeongmin menghentikan pertengkaran itu.
“Ya~ kalian berdua, hentikan. Aku mau memberi tahu kalian. Sekarang aku dan Hyejin berpacaran.”
“Jeongmin… memangnya aku sudah bilang mau?”
“Tidak perlu, aku sudah tahu, kau tidak bisa menolakku kali ini. Oke… karena kami sudah jadian, aku trakti deh. Kau dan Yongjin boleh ikutan.”
“Bagus, ini baru namanya teman. Selalu berbagi kebahagiaan. Iya kan Yongjin?”
Tangan Minwoo merangkul bahu Yongjin. Yongjin yang kaget, marah dan segera menampar tangan Minwoo.
“Minwoo, apa2an sih? Tanganmu ini usil sekali.”
“Sudah… kalian ini. Kajja kita pergi.”
Sebelum pergi, Jeongmin mendekati Minwoo. Dia berbisik di telinga Minwoo.
“Kini giliranmu. Aku tunggu kabar baik darimu Minwoo.”
Minwoo POV
Ketika kami akan pergi, tiba2 Jeongmin mendekatiku. Kemudian dia berbisik.
“Kini giliranmu. Aku tunggu kabar baik darimu Minwoo.”
“Nae, arasseo… aku rasa akupun tak bisa menahan perasaanku lagi.”
Lalu Jeongmin menarik tangan Hyejin. Sesuai janji Jeongmin, kami akan pergi makan. Ketika Yongjin mulai beranjak pergi, aku menarik tangannya. Aku rasa ini waktunya.
“Yongjin, cakkaman…”
Yongjin POV
“Yongjin, cakkaman…”
Tiba2 saja Minwoo menarik tanganku. Apa lagi sih? Aku memandang Minwoo. Entah kenapaaku merasa saat ini dia berbeda sekali. Ah, tapi…
“Apa lagi Minwoo?”
“Aku ingin kau mendengarku, sebentar saja.” Aku melihat raut wajah Minwoo berubah serius. Mwoya? Ada apa ini.”
“Apa yang mau kau bicarakan?”
“Dengarkan baik2, Shin Yongjin, sarangahae, aku ingin saat ini juga kau tahu perasaanku yang sebenarnya. Aku suka padamu  sejak kelas 5 SD, sejak kau mengalahkanku di lomba karate dulu.”
“Minwoo…”
“Jadi? Aku ingin mendengar jawabanmu,sekarang juga.”
“Ya~ apa2an kau ini? Ini namanya memaksa.”
“Jebal, aku bisa gila kalau terus begini Yongjin.”
“Geurae, aku tidak bisa…”
“Mwo? Tidak bisa? Apa kau tidak bisa percaya padaku Yongjin?”
“Ya~ No Minwoo, kalau orang bicara jangan suka memotong, aku tidak bisa menolakmu bodoh. Aku juga menyukaimu, tapi aku tidak tahu sejak kapan.”
“Jinjja? Gumawo.” Tiba2 saja Minwoo sudah memelukku.
Minwoo POV
“Jinjja? Gumawo.”
Aku memeluk Yongjin. Aku tahu dia juga menyukaiku. Aku senang sekali. Aku semakin mempererat pelukanku.
“Minwoo, apa2an kau ini? Kalau ada yang melihat bagaimana? Lepaskan.”
“Biar saja, biar tahu kalau kita sudah pacaran.”
Yongjin melepaskan pelukanku. Wajahnya memerah. Aku tersenyum melihatnya. Lucu sekali. Ah, kyeopta. Aku mencubit pipinya.
“Auw, memangnya aku mau jadi yeoja chingumu hah?”
“Mwo? Kau tidak mau?”
“Shireo.”
“Ara, kalau begini kau tak akan bisa menolaknya lagi.”
Aku memegang kedua pipinya yang merah itu. Lalau kudekatkan wajahku padanya. Kucium bibirnya sekilas. Saat itu juga aku lihat wajahnya yang kaget. Pipinya semakin merah. Aku menyunggingkan senyum kemenangan.
“Bagaimana Yongjin? Masih menolak…”
“Ya~ kau. Minwoo… awas kau ya.”
Aku berlari. Dan Yongjin, dia mengejarku. Pasti dia malu sekali. Jeongmin, sepertinya hari ini tidak ada acara kau mentraktirku. Karena, kita berdua harus saling mentraktir. Benarkan?
END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar