KISS ME, MY BESTFRIEND

Selasa, 14 Februari 2012

Tittle : Wedding's Problem | Chapter 1 | Our Live Starting from Now

 
Tittle : Wedding's Problem | Chapter 1 | Our Live Starting from Now
Author : Rina Noona (Champions Minwoo)
Genre : romance (ini die yang susah)
Rating : PG-13
Length : Chaptered (kayaknya) 1 of ?
Cast :
1. Shim Hyunseong (BF’s Hyunseong)
 2. Han Haneul (Abbie/OC)
*cast bertambah sesuka hati author* #plak
Warning : alur berantakan, typo, gaje


Perkenalkan ini FF pertama saya yg dibuat berchapter *kalo jadi*. Tp kalo nanti jadinya oneshoot, itu kuasa Allah, author hanya berusaha ^^ sekaligus ini FF pertama yang main castnya Hyunseongie. buat Okky,, makasi saya jd terinspirasi buat FF bergabung, eh bersambung xD ini nikah beneran loh... #plak

Attention!!! Cerita punya author, cast milik Allah, tapi Minwoo ude distempel sama Allah punya author (no protes) xD

Plagiat? No!!! Silent readers?? Smoga anda ga DOSA gr2 nyolong2 n diem2 baca FF gaje ini…
Selamat menikmati ^^

“Appa, apa2an sih? Aku nggak suka dia, aku nggak kenal dia. Appa kenapa suka sekali seenaknya sama anak sendiri?”
“Haneul, appa hanya ingin yang terbaik buat anak appa tersayang.”
“Tapi appa, aku masih kecil. Usiaku baru 17 tahun.”
“Itu dia, kau masih kecil dan appa ingin kau dijaga seseorang yang appa percaya.”
“Appa, tapi aku bisa menjaga diriku sendiri.”
“Tidak. Appa tetap inginkan hal itu.”
“Appa…”
“Ini yang terbaik sayang. Appa yakin suatu saat kau tidak akan menyesali keputusan appa.”

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
3 bulan kemudian…
“Ya~ kapan kau bisa bangun pagi?”
“Memangnya kenapa? Ini rumahku. Kenapa kau bawel?”
Seorang namja dan yeoja yang tinggal satu atap, beginilah rutinitas mereka setiap pagi  selama 3 bulan ini. Hanya bertengkar dan saling mengumpat setiap pagi. Rumah itu cukup besar, namun terisi penuh oleh obrolan keras yang terkadang penuh ejekan.
“Ya~ Han Haneul. Sadar kau, aku suamimu. Setidaknya kau harusnya memperlakukan suamimu dengan baik.” Namja itu menarik selimut Haneul.
“Hyunseong, kau ini apa2an sih? Apa kau tidak dengar? AKU MASIH MAU TIDUR!” Haneul menarik kembali selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnya.
“Argh, kenapa appa musti menjodohkanku dengan yeoja bodoh seperti dia.”
Hyunseong menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lalu dia beranjak kekamar mandi. Muncul ide jahil dikepalanya. Sambil tersenyum jahil dia kembali ke kamarnya.
“Haneul,,masih tidak mau bangun?”
“Shireo!”
Hyunseong beranjak ketempat tidur lalu memeluk Haneul dari belakang. Menghembuskan nafas ke belakang telinga Haneul. Tentu saja hal itu membuat Haneul merinding.
“Ya~ Hyunseong. Kau mau apa? Lepaskan aku. Aku risih. Lepaskan.”
Haneul memberontak dan berusaha melepas pelukan Hyunseong. Tapi percuma. Badan Hyunseong terlalu kuat untuk dilawan.
“Shireo. Kalau tidak begini kau tidak akan bangun, iya kan?” Hyunseong makin mempererat pelukannya.
“Ah, sesak. Lepaskan Shim Hyunseong.”
“Shireo. Panggil aku oppa dan bangun baru akan kulepas.”
“Aku tidak sudi. Hyunseong, lepaskan!”
5 menit berkutat dengan hal itu, akhirnya Haneul tidak tahan. Dia merasa grogi dan salah tingkah diperlakukan seperti itu. Jantungnya berdegup kencang.
“Nae nae nae… hentikan. Aku menyerah. Lepaskan aku, Hyunseong op..opp..oppa.”
“Apa kau akan bangun dan membuat makanan untukku sekarang?”
“Nae, aku akan lakukan. Puas?”
“Tentu saja. Jika kau menghindar lagi. aku bisa melakukan sesuatu yang lebih dari ini.”
“Andwae. Baiklah. Aku ke dapur sekarang. Jadi lepaskan aku.”
Hyunseong melepaskan pelukannya dan beranjak. Dia berjalan ke kamar mandi.
“Baiklah istriku sayang. Aku mandi dulu.”
Blam.. Hyunseong ,menutup pintu kamar mandi.
“Cih, dasar namja aneh. Argh, tapi kenapa aku jadi deg2an begini. Dia memang suamimu Haneul, tapi kau tidak mencintainya kan? Lupakan.. lupakan.” Haneul berbicara pada dirinya sendiri.

Haneul berjalan ke dapur. Meracik bumbu. Dia membuat 2 omlet dan secangkir cappuccino dan secangkir susu.
“Hyunseong-ah, sudah siap. Cepat kau turun. Nanti dingin.” Haneul berteriak memanggil Hyunseong.
“Nae… tunggu chagi.” Hyunseong menyahut dari kamarnya.
“Cih, apa dia bilang? Chagi? Memang siapa dia?” Haneul bergumam. Dia masih belum rela memiliki suami Hyunseong.
“Wah, sepertinya ini enak. Kau tau saja makanan favorit suamimu.” Hyunseong menoel dagu Haneul.
“Aish, apaan sih? Cepat makan. Kau yang cuci piring ya?” Haneul duduk dan mulai menyantap omlet buatannya.
“Baiklah. Tapi ada satu syaratnya.”
“Mwo? Mencuci piring saja harus pakai syarat?”
“Geurae…”
“Shireo, aku saja yang mencuci piring. Pasti syaratmu aneh2.”
Hyunseong melirik tajam Haneul. Mata mereka tak sengaja bertemu dan alhasil Haneul ketakutan dan menundukkan pandangannya.
“Aku tidak akan bertindak macam2 padamu Haneul.”
“Geurae… aku terima syaratmu. Makanlah.”
“Ne” Hyunseong mulai melahap makanannya. Mereka berdua diam tanpa ada yang memecah keheningan. Setelah selesai, Hyunseong menyingkirkan piring ke dapur untuk dicuci.
“Haneul, kau mandilah. Syaratnya, hari ini kau harus ikut aku. Arasseo?”
“Ne.”

Setelah berdua selesai berdandan, Hyunseong menarik tangan Haneul ke mobil dan melajukan mobilnya. Keduanya hanya diam. Hyunseong sibuk menyetir memperhatikan jalan, sedangkan istrinya hanya diam menghadap keluar jendela samping. Entah apa yang dipikirkan keduanya. Sampai akhirnya Haneul tidak betah dan memulai pembicaraan.
“Hyunseong, kita mau kemana?”
“nanti kau juga akan tahu, Haneul. Sebentar lagi kita akan sampai.”
“Ya~ siapa tahu kau akan menculikku atau membawaku ke tempat terpencil, dan.. dan...”
“Hahahaha, jangan berpikir aneh Haneul. Mana mungkin aku menculik istriku sendiri.”
“Ah, iya ya…” Haneul menggaruk kepalanya sambil tersenyum kecil.
“Dasar pabo, lagian siapa yang mau membawamu ke tempat terpencil. Siapa yang mau dengan yeoja kutilang darat sepertimu.” Hyunseong menjulurkan lidahnya.
“Kutilang darat? Apa maksudmu?” Haneul yang polos hanya membuat Hyunseong semakin keras tertawa.
“Kau polos atau memang polos? Kutilang darat itu kurus tinggi langsing tapi ehm.. dada rata.”
“Ya~ apa-apaan kau ini.” Haneul menutupi badannya bagian atas dan mukanya kini sempurna memerah.
Hyunseong bebrbelok disebuah perbukitan kecil. Lalau didekat sebuah pohon tua dia menghentikan dan memarkir mobilnya. Haneul bingung untuk apa Hyunseong mengajaknya ke tempat ini. Selagi dia masih berpikir, Hyunseong membukakan pintu untuknya.
“Kajja kita turun.” Suara Hyunseong mengagetkan Haneul.
“Hyunseong, ini dimana?”
“Sudah kau ikut saja. Kajja.” Hyunseong tersenyum dan menarik tangan Haneul keluar dari mobil.
Mereka berjalan berdua. Tangan Hyunseong masih menggenggam tangan Haneul. Hyunseong yang terlihat mencari2 sesuatu tidak menyadari wajah Haneul memerah.
“Tangan Hyunseong hangat.” Pikir Haneul dalam hati. Dia tersenyum sejenak.
“Hei, Haneul. Kenapa kau senyum2 sendiri?” tiba2 wajah Hyunseong sudah berada dekat didepan mata Haneul.
“Ya~ kau mengagetkanku Hyunseong.” Haneul memalingkan wajahnya, malu kalau Hyunseong melihatnya tersipu seperti itu.
“Kita sudah sampai.” Hyunseong menarik tangan Haneul lembut dan mempercepat langkahnya.
“Ini makam siapa Hyunseong.” Haneul heran, mengapa da makam di tempat seperti ini.
“Ini makam eommaku.” Hyunseong tersenyum simpul.
“Ah~ jadi begitu.”
“Annyeong eomma. Apa kabar? Anakmu Hyunseong disini.” Hyunseong melepas tangan Haneul dan membungkuk sambil menyapa makam eommanya.
“Annyeonghaseyo eommeoni. Saya Han Haneul.”
“Eomma, dia istriku. Sekarang aku sudah menikah eomma.”
“Ya~ Hyunseong. Kenapa kau bilang begitu eoh?” Haneul menyenggol lengan Hyunseong. Sedikit keberatan dengan pengakuan Hyunseong.
“Ya~ kau kan memang istriku pabo. Apa aku salah?” Hyunseong sedikit geram.
“Ah ne~ hanya saja.”
“Hanya saja apa? Kau tidak suka? Baiklah kalau begitu..”
“Ani Hyunseong. Gwaenchana.” Haneul memotong kalimata Hyunseong. “Eommoni joseonghamnida. Saya Han Haneul, istri Hyunseong.” Kali ini haneul membungkuk memberi salam.
“Eomma, maafkan aku. Baru hari ini aku datang menengokmu, aku berniat memberimu kejutan. Anakmu sudah punya istri kali ini.” Hyunseong tersenyum dan kembali menggenggam tangan Haneul.
“Eomoni, anak anda usil sekali. Saya setiap pagi diganggu olehnya. Tapi saya janji bisa merubah dia.” Haneul tersenyum usil melirik Hyunseong.
“Ya~ ternyata kau ini tukang mengadu ya Han Haneul. Awas kau. eomma, jangan dengarkan dia, itu semua karena dia istri yang jahat pada suaminya.”
“Aniyo. Saya akan jadi istri yang baik untuk anak anda Nyonya Shim. Saya berjanji.” Haneul tersenyum tulus.
Hyunseong yang mendengar hal itu tersentak. Apa benar Haneul akan jadi istri yang baik untuknya? Batin Hyunseong. Dia menatap Haneul. Mencari keseriusan atas apa yang didengarnya tadi.
“Eommoni, lihat, Hyunseong anakmu tidak percaya padaku. Dia jahat ya.” Haneul memasang muka sedih.
“Ya~ siapa yang tidak percaya? Kau ini jangan seenaknya mengambil kesimpulan.” Hyunseong memalingkan mukanya. Dia menerawang jauh, larut dalam lamunan yang tidak dimengerti Haneul.
 “Hyunnie, gwaenchana? Ada masalah?”
“Hyunnie? Sejak kapan namaku jadi begitu?”
“Sejak aku memutuskan jadi istri yang baik bagimu.” Haneul menunjukkan sederetan giginya yang rapi. Hyunseong membalasnya dengan senyuman.
“Boleh aku memelukmu Haneul?”
“Aku malu tahu. Jangan disini.”
“Siapa yang melihat? Lagi pula kau istriku, aku berhak melakukannya kan?”
“Kau ini….” Hyunseong medekat pada Haneul dan memeluknya.
“Kajja kita pulang yeobo. Sudah terlalu siang. Eomma aku dan Haneul pamit dulu.”
“Kami akan sering berkunjung kesini eommoni.”
Hyunseong kembali menggenggam tangan Haneul menuju mobilnya. Sepanjang perjalanan, suasana di dalam mobil berubah. Tidak lagi hening.
“Haneul, apa kau sudah mulai mencintaiku?”
“Ehm, nan molla. Memangnya kenapa?”
“Lalu yang kau ucapkan didepan makam eomma tadi?”
“Aku serius Hyunseong. Baiklah, mulai sekarag aku akan mulai mencintaimu. Sebenarnya selama ini aku sudah mulai menyukaimu, hanya saja aku masih kesal dengan keputusan appa.”
“Tapi bukankah semua itu demi kau juga. Aku akan menjagamu, Haneul. Percayalah.”
“Aku percaya padamu. Tapi kan kalau tidak ada acara perjodohan itu, kita bisa melewati masa pendekatan yang alami, tanpa paksaan dan kita bisa pacaran layakanya pasangan kekasih lain.”
“Tapi aku tidak mau. Kalau begitu kau masih bisa lepas dariku. Akua ingin kita seperti ini. Kau milikku seutuhnya.” Hyunseong meraih tangan Haneul.
“Aku terima sekarang, aku yakin appa memilihkan seseorang yang pantas untukku.”

@rumah Hanseong

Hyunseong berjalan memasuki rumahnya sambil merangkul pinggang Haneul. Haneul tak menolak, karena dia mulai merasa nyaman bersama Hyunseong.
“Hyunnie, hari ini kau mau kumasakkan apa?”
“Terserah kau yeobo. Apapun itu pasti kumakan dengan senang hati.”
“Kalau kumasakkan air saja kau mau.”
“Dengan senang hati. Apapun yang dibuat istriku aku menyukainya.” Hyunseong mencubit pipi Haneul.
Ketika akan membuka pintu, Haneul kaget. Pintunya tadi sudah terkunci sebelum mereka pergi. Namun sekarang pintu itu terbuka sedikit. Jangan2 ada maling pikirnya.
“Hyunnnie, pintunya tidak terkunci. Aku takut ada maling.”
“Ayo kita masuk ke dalam. Kalau memang ada maling, aku akan menghajarnya. Kau jalan saja dibelakangku.”
“Ne. hati2 Hyunnie.”
Hyunseong berjalan memasuki rumahnya. Dibelakangnya Haneul berjalan pelan sambil memeluk suaminya dari belakang. Terlihat tv menyala. Dan ada seseorang yang menontonnya.
“Ya~ nuguya? Kenapa kau bisa masuk kesini?” Hyunseong berteriak.
Haneul melepaskan pelukannya dan berdiri di samping Hyunseong. Orang itu berdiri. Seorang yeoja. Ketika dia berbalik Hyunseong tersentak.
“Ka..kau.” suara Hyunseong terdengar parau.
Yeoja itu berlari menghampiri Hyunseong dan tiba2 saja dia memeluk Hyunseong manja.
“Hyunseong oppa, bogoshipeosseo.” Yeoja itu bersuara, dengan aegyo yang dibuat2. Haneul yang melihatnya langsung mengedarkan tatapan tidak suka.

-TBC-
RCL ye~ nona nona manis...
saya butuh saran,,klo gagal saya stop aja disini... Abbie,,this is for u looohhhh!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar