Title: Genie
Author: Rina Nuna
Main cast: Shin Yongjin, Minwoo
Genre: Umum
Rating: balita ++
Youngjin POV
“Yongjin-ah, kau sudah datang?”
“Nae harmoni,
aku datang.”
“Ah, cucuku
sekarang sudah besar”
“Tentu harmoni,
sekarang aku sudah kelas 3 SMA.”
Aku Shin
Yongjin. Saat ini aku berada di Jepang untuk liburan. Ya, ini rumah nenekku di kota
Osaka. Sejak kecil aku tinggal di sini bersama appa dan eomma, meskipun kami
warga Korea, tapi kakekku asli orang Jepang. Sampai akhirnya ketika aku masuk
SD, appa dipindahtugaskan ke Seoul. Jadi, aku dan eomma pun harus ikut pindah
tapi harmoni tetap bersikeras tidak mau pindah, dan tinggal di Osaka sendiri
karena haraboji sudah meninggal.
“Harmoni, apa
kamarku masih sama seperti dulu? Aku rindu kamarku.”
“Tentu Yongjin-ah.
Harmoni selalu membersihkannya, ayo dilihat dulu.”
“Nae, harmoni.”
Ah, masih sama.
Kamarku masih seperti dulu dengan pintu geser klasiknya, tempat tidur, tatami
bermotif sama dan futon pun masih ada. Aku akan tinggal disini selama tiga
hari. Puas-puaskan saja menikmati rumah ini. Lalu aku pergi ke depan rumah.
Pohon sakura ini masih indah seperti dulu, atau lebih indah menurutku meskipun
sudah sangat tua kelihatannya. Saat ini sakura sedang bermekaran, tepat musim
semi. Aku duduk bersandar pada pohon sakura, entah kenapa aku mengantuk sekali.
Sedetik kemudian mataku terpejam.
“Ya~ ireona. Kau
tidak boleh tidur disini Yongjin-ah.”
Aku tersentak
mendengar suara seorang namja. Mataku terbuka. Seorang namja dengan wajah imut
membungkuk di depanku. Wajahnya tepat berada di depan wajahku.
“Ya~ siapa kau?
Kenapa kau tahu namaku? Kau penguntit ya?”
“Seenaknya saja
menyebutku penguntit. Kau tahu, kau sudah tidur di rumahku.”
“Apa maksudmu?
Rumahmu? Ini rumah nenekku. Kau siapa?”
“Ah, bukan rumah
itu, tapi pohon ini. Aku tinggal di sini?”
“Hah? Di pohon?
Jangan bercanda. Ah, aku pasti sedang bermimpi.”
“Ini benar
rumahku. Kau tidak bermimpi Yongjin-ah. Aku penunggu pohon ini. Namaku Minwoo.”
“Tunggu
sebentar, kau penunggu pohon sakura ini. Berarti kau jin ya?”
“Ehm bisa
dibilang begitu.”
Saat itu juga
aku pingsan. Gelap. Ah benarkan, aku sedang bermimpi. Mungkin sekarang waktunya
aku membuka mata.
“Yongjin-ah. Kau
sudah bangun?”
“Harmoni, aku
tertidur disini."
“Ani, kau
pingsan dari kemarin di bawah pohon sakura itu. Yongjin-ah, jangan dekati pohon
itu lagi. Besok mungkin akan ditebang. Nikmati saja liburanmu. Tinggal hari ini
dan besok.”
“Ah, nae
harmoni. Aku berlibur hanya karena rindu pada harmoni dan rumah ini saja.”
“Ya sudah,
harmoni keluar dulu.”
Aku tidak
bermimpi. Aku benar-benar bertemu dengan penunggu pohon itu. Minwoo namanya.
Kenapa aku jadi penasaran dengan pohon tua itu. Aku keluar kamar menuju kamar
mandi. Selesai mandi aku berjalan keluar, entah kenapa langkahku tertuju pada
pohon itu lagi.
“Ya~ Yongjin-ah”
“Minwoo-ah, kau
mengagetkanku.”
“Maaf. Aku hanya
senang. Setelah sekian lama tidak bertemu dirimu, sekarang kau disini, dan ehm
kau terlihat lebih cantik dan dewasa sekarang.” Dia tersenyum. Ah manis sekali.
“Minwoo-ah, kau
mengenalku? Sejak dulu?”
“Tentu. Kau kan
sejak kecil berada disini. Aku selalu bersamamu, meskipun kau tak pernah
menyadarinya Yongjin-ah”
“Ah, jinjja?
Jadi Minwoo-ah, kau?”
“Yongjin-ah, kau
tahu, sekarang keinginanku sudah tercapai, sejak kau pergi aku berharap kau
akan kembali lagi ke sini. Setidaknya hanya sekali sebelum aku benar2 tak bisa
menemuimu lagi. Jadi, aku bisa pergi dengan tenang sekarang.”
“Apa maksudmu?
Pergi kemana?”
“Kau tahu kan?
Pohon ini adalah aku, waktuku sudah habis disini. Pohon ini terlalu tua. Kau
juga pasti sudah diberitahu nenekmu kalau besok pohon ini akan ditebang”
“Andwae, tidak
bisa. Aku, aku masih ingin mengenalmu. Kita baru bertemu, tapi kenapa kau harus
pergi terlalu cepat?”
“Yongjin-ah, aku
yakin suatu saat kita bisa bertemu lagi.”
“Minwoo-ah,
haruskah kau pergi sekarang. Setidaknya, temui aku sekali lagi sebelum kau
benar-benar pergi.”
Saat itu, Minwoo
mendekatiku. Kedua tangannya memegang pipiku. Hangat.
“Besok, aku
usahakan menemuimu. Sebelum kau pulang dan sebelum pohon ini ditebang”
“Jinjja?
Aku menunggumu sebelum aku pulang ke
Seoul.”
Minwoo hanya
tersenyum. Aku berharap senyuman itu kulihat besok sebelum aku pulang. Aku
tidak tahu, kenapa aku tak bisa berhenti memikirkannya. Entah kenapa aku merasa
terlalu dekat dengannya. Ah mungkin karena dia sudah bersamaku sejak kecil,
seperti yang Minwoo katakan.
“Annyeong
Yongjin-ah. Sampai ketemu lagi”
Wajahnya
tersenyum, lalu hilang bersama bayangannya. Entah kenapa aku merasa seperti ada
yang menetes di pipiku, hangat. Aku menangis. Kenapa? Kenapa aku merasa Minwoo
sudah pergi jauh. Apa besok dia tidak akan menemuiku lagi. Sudahlah, aku hanya
berharap dia benar menemuiku besok.
Besoknya setelah
berkemas, aku mendatangi pohon itu lagi. Lima, sepuluh, tiga puluh menit. Dia tidak
muncul. Ah, sakit sekali rasanya. Minwoo, apa kau sudah benar-benar pergi? Kau
sudah meninggalkanku? Aku hanya menangis dalam diam. Sesaat kemudian beberapa
orang penebang pohon datang.
“Minwoo-ah, apa
kau mendengarku? Aku menunggumu, akan menunggumu seperti dulu saat kau menungguku.”
Aku beranjak
pergi. Berat sekali langkahku. Aku harus kembali ke Seoul. Setelah berpamitan
dengan harmoni, aku langsung menuju airport. Selama perjalanan aku masih
memikirkan Minwoo. Minwoo-ah, ini terlalu cepat. Beberapa jam kemudian, aku
sampai di Seoul. Jadi sekarang aku harus memulai lagi hidupku, tentu saja
sambil menunggunya, menunggumu Minwoo.
Brugh..
“Ah, mianhamnida.
Aku tidak sengaja.”
Seseorang namja
berpakaian kaos putih dan blazer hitam memakai ransel menabrakku hingga
terjatuh. Tasku terlepas dari tanganku. Dia mengambilkannya untukku.
“Ini tasmu.
Sekali lagi mianhamnida.”
“Ani,
gwaenchana. Gumawo, sudah mengambil tasku.”
Ketika aku
menatap wajahnya, jantungku seakan berhenti berdetak. Senyum itu. Wajah itu.
Aku terdiam, tak bisa berkata-kata.
“Yongjin-ah..”
“Minwoo-ah.”
Ini tidak adil
Minwoo. Kau menungguku begitu lama, tapi aku, hanya sekejap saja. Tanpa pikir
panjang lagi aku memeluknya. Aku yakin, aku tak akan melepasnya.
“Yongjin-ah,
terima kasih sudah menungguku”
“Aku pikir...
menunggumu selama apapun akan kulakukan. Tapi kali ini dan seterusnya, jangan
pergi lagi. Aku tak bisa sepertimu yang sanggup menunggu lama.”
“Tentu saja. Aku
disini, tak akan pergi lagi. Hanya disisimu.”
Dia, jin
penunggu pohon sakura, ah bukan, saat ini dia manusia. Minwoo kini kembali
lagi. Dia akan disisiku seperti dulu, seterusnya. Aku yakin. Iya kan Minwoo?

END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar